Sesampainya aku di kelas, hmm... normal.
Tak ada yang janggal.
Tidak ada yang ketakutan melihatku atau sebagainya..
Apakah Valerie menghapus ingatan mereka?
Aku melihat Alexa di tempat duduknya sedang melamun melihat ke arah jendela.
"Hei!" Aku menghampirinya.
"A-ah! H-hai.." katanya terbata.
Kurasa ada yang aneh dengannya... mengapa dia gelisah begitu melihatku?
"Aku mengagetkanmu ya? Maaf yaa." Tanyaku.
"H-hah? oh.. tidak kok ha-ha-ha." ucapnya sambil tertawa. Aku tahu itu pura-pura..
Ada apa sebenarnya?
"Terus kamu kenapa begitu, deh?"
"K-kenapa apanya?"
"Gugup, gelisah... seperti habis melihat hantu saja."
"Eee... iya- eh maksudku gak kok... nanti aku mau presentasi, jadinya gugup.. hehe."
"Oohh.." aku hanya ber-oh ria.
Presentasi? Presentasi apa? Sepertinya tak ada presentasi hari ini. Atau aku yang ketinggalan informasi? Kemarin kan aku bolos.
"Iya.. ehm.. Claire, aku ke toilet dulu ya."
"Ohh okee."
Tapi, kurasa ada yang disembunyikan Alexa.
Apa aku harus bertanya kepada Val?
Aku melihat ke sekelilingku, semuanya sedang sibuk sendiri, baiklah. Aku mengaktifkan earzoom-ku dan mengganti mode team menjadi komunikasi dua arah dan menghubungkannya dengan Val.
"Val? Ini aku, Claire." bisikku. Aku tak mau orang-orang menyangka aku berbicara sendiri.
"Eh, Claire? Kamu dimana? Sudah membaik?" Ujar Val dari suatu tempat.
Aku menghela napas, mengingat kejadian tadi, aku merasa bersalah. "Sudah kok Val, maaf ya.. kalau tahu begini harusnya aku di asrama saja tadi."
"Jangan bilang begitu ih.. semuanya butuh proses kok, wajar. Eh, kamu mau bilang apa?"
Aku tersenyum, mereka ini baik sekali, ya.
"Uhm, soal kejadian tadi... apa kamu udah menghapus ingatan mereka?" Tanyaku langsung pada intinya.
"Oohh... sudah dong, hahaha. Tenang saja Claire.. aman.. tapi lain kali, lebih hati-hati, ya?"
Ah, akhirnya aku bisa bernapas lega. "Okee Val! Terimakasih ya.. sekali lagi aku minta maaf sudah merepotkan..."
Lalu terdengar ia terkekeh, "Gak apa-apa kok, minta maafnya sama Jack tuh, yang sudah menggendongmu dua kali! Hahahah."
Aku terbelalak, "H-hah!?"
Pintu kelas terbuka, menampilkan Alexa yang baru kembali.
"Eh Val, nanti lagi ya, Alexa datang.." Ujarku.
Tanpa sempat mendengar jawaban dari Val, aku sudah harus mematikan earzoom-ku, karena Alexa sudah berjalan ke sini.
"Sudah?" Tanyaku kepada Alexa yang baru kembali ke kelas.
"Iyaa, sudah."
Dia sudah tak gugup lagi dan sudah biasa saja sekarang.
Kalau memang Val sudah menghapus ingatan mereka, kenapa Alexa bertingkah aneh tadi?
Dia kembali duduk di sebelahku. Ia menarik napas lalu menghembuskannya, seperti sedang menenangkan diri.
"Ada masalah?" Tanyaku.
"Gak kok." Ia menunduk, "Ehm, pulang sekolah nanti kamu gak ada urusan kan?" Tanyanya.
"Gak nih, kenapa?"
"Boleh minta waktunya nanti pulang sekolah?"
"Boleh saja, kamu mau membicarakan apa memangnya?"
"Adaa deh, nanti saja hehehe." Ujarnya sambil tertawa kecil.
Mengapa aku merasa dia hanya berpura-pura tenang, ya?
Aku tetap tersenyum, "Okee.."
Kemudian ia sibuk menulis sesuatu di buku tugasnya.
"Hai Claire!" Sapa Hana, temanku yang menjabat sebagai sekretaris di kelas.
"Oh? Haii.."
"Sudah makaan?" Tanyanya dengan senyuman lebar.
"Sudah, kamu?"
"Oohh.. aku juga, by the way, kamu sudah mengerjakan tugas bahasa?"
"Sudahh dongg, hehe."
"Nice" katanya sambil tersenyum dan menunjukkan jempolnya.
Oh iya, aku bisa mecoba bertanya kepadanya!
"Hm, aku mau bertanya."
"Apa? Tanya saja."
“Apa kamu merasa seperti ada sesuatu yang terjadi.. tetapi, kamu seperti tak bisa mengingatnya?”
Kalau iya, berarti itu adalah Val dan Kim yang bekerja sama.
"Hah? Maksudnya apa?"
"Maksudnya, seperti ada yang mengganjal di benakmu, tapi kamu tak bisa mengingatnya." Ujarku mencoba menjelaskan.
Kurasa dia sudah mengerti maksudku.. karena dia terlihat sedang berpikir keras sekarang.
"Umm.. kamu mengerti kan?" Tanyaku memastikan.
"... nggak, hehehe." Ujarnya seraya menunjukkan cengiran tanpa dosa.
"Aa... haha.. it's okay, forget it.." ujarku sambil tertawa.
Susah juga ya.
"Maaf ya Claire, hehe."
"Ga-"
EH!? Apa itu di belakangnya!? Ada cahaya merah tua… yang bentuknya seperti.. belati(?) datang kearah Hana!
Aku refleks menghadang belati beraura merah gelap itu dengan punggung telapak tanganku dengan posisiku yang memeluk Hana, agar dia tidak curiga. Karena kurasa dia-
"ARGH!"
Rasa sakitnya tak bisa kutahan sama sekali… i-ini sangat sakit…
Aku melihat ke arah datangnya belati tadi, tapi tak ada siapapun.
Hanya ada Diana dan Agnesy yang sedang berbincang, Karen dan Nancy yang sedang merangkum catatan, yang lain mungkin di luar kelas. Aku tak tahu. Ah… ini sakit sekali…
Hana melepaskan pelukanku, alisnya berkerut bingung, "Eh? Kamu kenapa Claire?" ujarnya seraya memperhatikanku dari atas sampai bawah.
"H-hah? G-gak apa-apa kok…" ujarku sambil mengigit bibir bawahku untuk menahan rasa sakitnya, agar suaraku tak menjadi parau.
"Kenapa kamu memeluk aku?" tanyanya, ia tersenyum tipis, tapi raut wajahnya mengisyaratkan kebingungan.
"Eum, aku hanya mau bilang 'gak apa-apa' sambil memeluk kamu, hehe."
Ia menatapku dengan kening berkerut, "Kamu tadi mengerang kesakitan, kan?" Ah, tolong jangan ajak aku bicara. Aku sedang ingin teriak, ini sakit sekali…
Aku melirik ke arah tanganku yang tertancap belati beraura aneh tadi.
Apa!? Tidak ada luka sedikit pun? Tapi aku bisa merasakan sakit yang luar biasa! Seolah telah menembus telapak tanganku!
Di lantai, aku bisa melihat belati beraura aneh itu sudah hancur dengan ajaibnya. Aku mengerutkan alisku. Bagaimana bisa…
"Claire, sepertinya kamu baik-baik saja..." ujar Hana setelah selesai melakukan observasinya terhadap tubuhku.
"Aku memang gak kenapa-napa kok hahaha… omong-omong, itu belati siapa ya?" Ujarku seraya menunjuk belati yang telah hancur itu di lantai.
Kemungkinannya lima puluh persen.
"Hah? Belati?” Ia mengikuti arah telunjukku, lalu mengalihkan pandangannya padaku lagi, “Maksudnya?" Ia terlihat kebingungan.
Sekarang, tujuh puluh persen.
"Belati, itu loh di lantai.." ujarku seraya menunjuk belati itu lagi.
Hana memperhatikan lantai di tempat belati itu hancur, ia menautkan alisnya, lalu menoleh ke arahku. "Gak ada apa-apa disitu, Claire. Kamu berhalusinasi, ya?"
Seratus persen.
Dia tidak bisa melihatnya, hmm… menarik. Karena aura aneh seperti itu biasanya hanya berasal dari mutan yang memiliki kekuatan super dengan golongan aktif saja. Jadi, wajar ia melihat apapun.
Berarti, ada yang berniat jahat padaku.
Apa ini ada hubungannya dengan si pencuri chip itu? Apa dia bekerja sama dengan mutan?
Tapi, bagaimana mungkin…
"Claire!" Ujar Hana memudarkan lamunanku.
"Ehh? Iya?"
"Kenapa malah melamun? Kamu kenapa, sih?"
"Gak kok, eh! Duduk Han! Sudah ada prof- guru!" Ujarku setengah berbisik setelah mengetahui Bu Lea--guru Sastra Inggrisku-- sudah masuk ke kelas.
Diam-diam aku menyalakan earzoom-ku, seraya berpura-pura menghafal materi di buku catatanku. Tentunya itu akan membuat Alexa, teman sebangkuku mengira aku sedang bergumam menghafal materi.
Sebelum itu, aku menekan tombol di ujung pulpen hitamku. Ujung pulpen ini bisa merekam suara dengan menekan tombolnya selama ingin merekam, lalu untuk memutar suaranya kembali, aku melakukan hal yang sama.
"Claire masuk,"
Kemudian beberapa suara masuk kedalam pendengaranku melalui earzoom.
"Ada apa Claire?" Suara Ruby.
“Kenapa Claire? Ada Sally lagi ke kelasmu?” Aku hampir tersedak ludahku sendiri, lihat, tenggorokanku saja sudah menolak saat Val menyebut namanya.
“Iya? Benar begitu? Aku ke kelasmu sekarang.” Ujar Kim.
“E-eh, bukan ituu…” sadar suaraku tak cukup kecil, aku mengecilkan suaraku, "Ada seseorang yang mengintai di kelasku, kalian harus lebih berhati-hati di kelas masing-masing." Bisikku pelan. Sangaat pelan.
"Apa kau mengenalnya?" Ujar Jack, aku sudah mengenal suaranya meskipun dia tidak pernah berkata 'Jack masuk' atau apapun.
Aku menutup wajahku dengan buku catatan Inggrisku agar tidak dicurigai berbicara sendiri, karena kali ini aku akan berbicara sedikit panjang.
"Aku tidak melihat wujudnya, aku tidak tahu apakah dia menyamar menjadi teman sekelasku atau dia memang… tidak berwujud.” jelasku.
"Seperti.. teror?" Tanya Kim.
Aku berpikir sejenak. “Mungkin.”
"Baiklah, terimakasih atas informasinya, Claire." Kata Rylan mewakili yang lain.
"Sama-sama"
“Hati-hati, Claire.”
"Claire? Kamu mengantuk?" Ujar Alexa mengagetkanku.
Dengan cepat aku langsung mematikan earzoom-ku dan menurunkan buku catatan Inggrisku yang menutupi wajahku, lalu membuat raut wajah mengantuk.
"Iya nih..." ucapku seraya menaikkan alisku lalu membuka sebelah mataku seolah habis tertidur, setelah itu aku menguap.
"Mau kutemani cuci muka?" Tawarnya.
"Gak perlu kok, sudah segar nih, hehe." Ujarku seraya membulatkan mataku, dan tersenyum.
"Ok-"
"Claire, coba katakan materi yang saya jelaskan barusan." ujar Bu Lea sambil berkacak pinggang di depanku.
Aku pun langsung menopang daguku dengan sebelah tangan yang sudah memegang pulpen tadi.
Kudekatkan ke telingaku perlahan agar orang melihatku seperti menopang dagu saja. Lalu aku menekannya. Semua yang dijelaskan tadi sudah terekam, aku menjelaskan materi itu dengan lancar sampai Bu Lea mengerutkan alisnya.
"Bukankah kamu tertidur tadi?" tanyanya.
"Iya, Bu… maaf."
"Lalu kenapa kamu bisa menjelaskan materinya?"
"Saya tak terlalu pulas tadi, jadi masih bisa terdengar, Bu." Alasan.
Tuh kan, sudah kubilang, menjadi agen itu resiko yang paling sering terjadi adalah harus.sering.berbohong.
Semoga Tuhan mengampuni dosa-dosaku ini..
"Oke, kita lanjut ke materi." Ujar Bu Lea lalu lanjut menjelaskan.
Sejujurnya, bukannya ingin menyombong, tapi materi pelajaran disini jauh lebih mudah dibanding materi di AHS dulu, jadi aku bisa mengikuti pelajarannya dengan mudah.
"Itu tadi keren." ujar Alexa tiba-tiba.
"Maksudnya?"
"Menjelaskan dengan sangat detail semua yang Bu Lea jelaskan walaupun kamu sedang tertidur."
"Ahaha... aku gak terlalu pulas tadi."
Entahlah.. apa karena acting-ku yang bagus atau karena memang mereka semua mudah dibohongi. Maafkan aku ya, hehe..
"Oh iya, kenapa kamu memegangi tanganmu terus dari tadi?" Alexa memperhatikan tanganku.
"Oh ini.." aku melihat tanganku yang masih sakit ini, "… aku hanya mau memijat jari-jariku saja haha." Ujarku seraya memijat jari-jariku.
Ck, aku terlihat bodoh sekarang.
"Tapi sepertinya kamu kesakitan…"
Aku refleks menautkan alisku, tapi langsung kuganti dengan senyuman.
Mengapa dia banyak bertanya, ya? Aku sudah sering memancing orang dengan pertanyaan-pertanyaan kecil seperti ini, jadi aku merasa seperti… sedang dipancing.
"Gak, biasa aja kok."
Dia menatap mataku dengan datar, seolah mengoreksi kebohongan dalam mataku. Masa sih dia tahu aku berbohong?
"Oke.. oh iya, jangan lupa nanti pulang sekolah ya."
Ya ampun, aku hampir lupa kalau ada janji dengannya pulang sekolah nanti, berarti aku tidak bisa langsung bertemu yang lain.
"I.. iyaa."
○○○
"Jadi, mau bicara apa Alexa?" Ujarku saat kami berdua sudah duduk di bangku panjang di taman belakang sekolah, dia yang menentukan tempatnya, berarti memang penting.
"Aku akan langsung to the point denganmu."
"..oke..?" Jawabku agak bingung.
"Claire... tadi pagi aku baru sampai di sekolah, aku sedikit terlambat, saat aku jalan ke kelas, terdengar kericuhan.."
Firasatku tidak enak.
"… dan aku melihatmu, Claire.."
Ia menundukkan wajahnya dan menggenggam tangannya kuat, seperti ketakutan.
"Kim masuk, tolong datang ke ruang auditorium sekarang, Ruby melemah."
"..dengan aura-"
"Ah! Maaf Alexa, aku ada urusan mendadak sekarang, maaf ya." ujarku dan langsung pergi ke ruang auditorium seraya menyalakan earzoom-ku.
"Baiklah." bisikku.
"Rylan masuk, on the way."
Ruby melemas? Maksudnya? Apa yang terjadi?
Aku berlari secepat cheetah ke ruang auditorium, bukan, aku tidak memiliki kekuatan seperti Rylan, tapi kurasa 11/12 sepertinya haha, oke ini bukan waktunya bercanda.
Saat aku sedang berlari, tiba-tiba ada yang menggenggam tanganku dan-
"Bersiaplah."
"AAAKH!"
Astaga!! Aku kaget sekali!!
Rylan tiba-tiba menarikku ke ruang auditorium dengan kekuatan lari secepat kilatnya itu, dan yah! Sudah sampai!
Baiklah kuakui larinya tidak 11/12 denganku, melainkan 10 kali lipat dariku kira-kira. Padahal aku sudah berlari kencang tadi. Hei! Ini bukan waktunya memikirkan lari tercepat!
"Maaf ya, lagipula sudah kubilang ‘bersiaplah’ ahaha."
"Ya, tak apa.. ssstt.." balasku seraya mendekat ke tempat Kim berad-
"Ruby! Ada apa dengannya!?" Ujar Rylan panik.
"Kim? Kenapa dia?" Ujarku sedikit dipelankan.
Tak lama kemudian Zav, Val, dan Jack datang.
Val langsung berlari mendekat ke arah Ruby, "Ruby! Astaga!” ia menoleh pada Kimberly, “Kim, apa dia…" ia menggantungkan kalimatnya, tapi anehnya, Kim mengerti dan menganggukan kepalanya.
Apa maksudnya?
"… Claire, apa ada sesuatu yang melukaimu?"
Lanjut Val dan yang lainnya langsung menoleh ke arahku.
Hah? Kenapa aku?
"Tidak ko- eh! i-iya.." astaga aku hampir melupakan rasa sakit di telapak tanganku ini.
"Kalau begitu proses penyembuhannya akan sedikit lama." kata Kim dengan raut wajah pasrah.
Kemudian Rylan maju dan mengangkat lalu menggendong Ruby.
"Hei! Zav kan lebih cepa-"
"Biar aku saja." elak Rylan. Kemudian ia dan Ruby menghilang, maksudku, terlihat bayangannya saja yang sangat cepat.
Saat kupikir sudah waktunya untuk bertanya, aku menoleh kearah Kim dan Val.
"Apa maksudnya? Dan apa hubungannya denganku?"
"Seperti yang terjadi sewaktu di ruang auditorium, ia kesakitan karena ada yang ingin menyakitimu. Intinya, ia memasang pelindung dari gelombang supersonik miliknya di tubuhmu Claire, jadi, jika ada yang menyakitimu, ia bisa merasakannya duluan, tetapi kurasa kali ini kau merasakan sakit, jadi dia merasakan yang lebih sakit darimu." Kim menjelaskan.
Jadi.. itu semua karena aku? Astaga.. mengapa Ruby mengorbankan dirinya begitu.. bodohnya aku sangat ceroboh!
Jack menghampiri Kim, "Hei, sudah." Ujarnya tegas.
"Maafkan aku..." Aku menunduk.
"Gak apa-apa Claire, jangan menyalahkan dirimu sendiri, hanya saja.. tolong lebih berhati-hati, yaa." ujar Val yang kupastikan dia sudah membaca pikiranku.
"Baiklah, aku akan lebih berhati-hati, sekali lagi maaf ya." Aku sangat merasa bersalah...
"Oke, by the way, bisa kau ceritakan kejadiannya?" Ujar Zav.
Wahh hanya wajahnya yang selalu jutek, perkataannya tidak tajam atau acuh.
Aku pun mulai menceritakan tentang belati aneh itu.
"Tapi.." Val meraih telapak tanganku dan memperhatikannya, lalu ia menoleh ke yang lain, seperti menyetujui suatu pendapat.
"… kita gak bisa melihatnya, Claire."
"Ya, aku juga, tapi rasa sakitnya ada.” Aku mengusap tanganku, “Apa mungkin… berhubungan dengan mutan pencuri chip itu?" Tanyaku.
Seketika, mereka semua menjadi hening.
Val dan Ruby saling bertukar pandang diam-diam. Aku menyadarinya.
Sementara itu, raut wajah yang lain berubah.
“Ada apa?” tanyaku.
"Kalau memang berhubungan, mungkin karena telekinesismu." ujar Jack serius.
"Ah! Benar juga! Karena telekinesismu termasuk golongan aktif, jadi dengan kata lain, tubuh kamu mengandung telekinesis, Claire. Jadi, mungkin saat belati yang ber-aura merah itu menancap telapak tanganmu, belati itu hancur karena bertabrakan dengan telekinesismu, dan luka nya menjadi tak kasat mata." ujar Kim.
Jadi maksudnya.. telekinesis bertabrakan dengan telekinesis menjadi tak terlihat meskipun rasa sakitnya ada.
"Itu berarti, kau bisa menyembuhkan lukamu sendiri." ujar Zav.
Benar, dan aku bisa menyembuhkan diriku sendiri karena aku memiliki telekinesis didalam tubuhku, kan?
"Benar juga, aku akan coba."
Kalau dengan hilangnya rasa sakitku bisa menyembuhkan Ruby, aku harus mencobanya.
[Author’s POV]
Claire memejamkan matanya dan berkonsentrasi. Tiga detik kemudian, ia mulai bisa merasakan telekinesis mengalir di tubuhnya, lalu berkumpul dan memusat pada telapak tangannya.
Zav, Valerie, Jack dan Kimberly terkagum melihat Claire disertai aura merah yang indah, bukan aura merah gelap seperti biasanya ketika Claire meluapkan amarahnya. Selain itu, mereka juga merasakan energi mereka bertambah dengan sendirinya, seolah telekinesis Claire bisa menjadi healing untuk orang disekitarnya.
Setelah itu, Kimberly dan Valerie saling menoleh satu sama lain, mengisyaratkan 'Wah! Dia berhasil!'
Valerie tidak sengaja melihat ke arah Jack yang tersenyum melihat Claire, karena penasaran, Valerie dengan jahil membaca pikirannya.
‘Tak bisa dipungkiri, dia cantik.'
"PPFFFT" suara tawa yang tertahan pun langsung keluar dari mulut Valerie.
Kimberly, Zav dan Jack pun bingung melihat Valerie yang menahan tawa sendiri.
Jack tak tahu bahwa Valerie itu menertawakannya.
Aura merah Claire perlahan menghilang, mata mereka semua tertuju pada Claire yang rupanya sudah membuka matanya.
"Wahh Claire!! Kamu tahu? Itu sangat keren! Bahkan aku merasa energiku bertambah. Coba kamu rasakan, masih sakit?" Ujar Valerie antusias.
"Iya kah? Hahaha. Sudah gak sakit lagi." ujar Claire seraya menyentuh telapak tangannya di tempat yang tadinya tertusuk itu.
"Kamu selama ini tidak mengetahui kalau mempunyai healing?" Tanya Kimberly.
"Tidak tahu.." jawab Claire dengan wajah polosnya.
Tanpa Jack sadari, ia tersenyum melihat Claire seperti itu.
'Polos sekali sih, she's cute'
"PFFFTT... AHAHAHA!" Tawa Valerie yang sudah tak tertahan itu keluar begitu saja. Ia tak tahu jika Jack yang luar nya tripleks seperti ini bisa luluh hatinya hanya dengan melihat wajah polos Claire.
"Val! Kenapa sih?" Tanya Kimberly penasaran.
"Bukan apa-apa... hanya saja, ada es batu yang sudah mencair saat melihat seekor kelinci."
Valerie berpikir, ia rasa itu perumpamaan yang cocok untuk Jack.
"Apa sih? Ahaha." Claire terkekeh, padahal ia tak mengerti.
"Oh ya, kalau boleh tahu, Ruby dibawa kemana sama Rylan tadi?"
"Oh itu, Rylan akan membawanya kembali ke AOM dan akan disembuhkan oleh Professor Chloe, karena rumah sakit biasa gak akan bisa menyembuhkan mutan." jawab Kimberly.
Claire ingat tentang Profesor Chloe. Dia ahli medis dan mengetahui segala kelebihan dan kekurangan setiap mutan.
"Oh… begitu.." ujar Claire menunduk karena kembali teringat akan kesalahannya.
"Kurasa Ruby sudah membaik, karena secara gak langsung, kamu sudah memberikan healing untuknya lewat tubuhmu yang terpasang pelindungnya.”
Claire mengangkat kembali wajahnya dan sudah terukir seulas senyum di wajahnya, sehingga ia semakin terlihat manis.
"Gak apa-apa Claire, jangan dipikirkan." ujar Jack melemparkan senyumnya yang membuat semua perempuan di sekolahnya luluh seketika, mungkin terkecuali Valerie, Claire dan Ruby.
"Okay..." ucap Claire masih tak enak.
Di sisi lain, Claire masih tidak menyangka kalau wajah Jack yang datar terus itu ternyata mempunyai ekspresi lain juga. Serta yang tadinya bisu sekarang sudah ada banyak kemajuan.
○○○
Claire, kamu ini sebenarnya siapa?- Alexa.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 81 Episodes
Comments