3 hari kemudian..
Sabtu, 13 Januari 2051
[Claire’s POV]
Aku melihat pantulan diriku di cermin yang ukurannya setinggi tubuhkuku di kamar.
Hari ini rambut hitam highlight-ku akan kuikat saja, agar tak menyusahkan misi penting hari ini.
Aku membawa tas selempangku hari ini (karna tidak akan ada pelajaran).
Di hari ulang tahun sekolahku ini, semua murid diwajibkan memakai seragam hari Senin, seperti ini.
Aneh.
Bukan, bukan seragamnya yang aneh.
Seragamnya bagus.
Hanya saja..
Ayolah! Aku dan teman-temanku ini adalah agen yang sedang menjalankan misinya!
Senior-seniorku di AOM dulu memakai seragamnya yang keren dan sangat mendominasi agen! Tapi mengapa aku dan teman-temanku yang menjalankan misi penting memakai seragam anak SMA!?
Aku tidak bisa membayangkan jika ada seorang gadis yang sedang berbisik dengan antingnya sambil bersiap-siap mengambil belati di sakunya diam-diam.. DENGAN SERAGAM ITU!
Mari kita bandingkan, seragamku di misi penting ini, dengan seragam seniorku.
Aku kesal? Jelas.
Entahlah, mungkin ini nasib agen yang ditaruh di sebuah sekolah untuk menjalankan misinya.
Kenapa harus di sekolah? Ini kan tidak keren sama sekali...
Suara shower dari dua kamar mandi itu sedikit... mengganggu.
Sebenarnya, itu adalah Nancy. Ia menempati kamar mandi di sudut kanan kamar, dan Val di kamar mandi sudut kiri kamar.
Mereka sedang mandi, lalu bersiap-siap ke sekolah.
Omong-omong, mau tahu letak perlengkapanku yang diberikan di rapat kemarin?
Satu belati, jam tangan yang terdapat kamera pengintainya, dan pulpen perekam suara.
Sebuah belati kecil tersimpan rapi di stocking transparanku yang tertutupi oleh rok, di pergelangan tangan kiriku, terdapat jam tangan yang tampilannya bagus dan mahal (sebenarnya bukan sekedar tampilan, tapi harganya memang mahal, AOM memang baik), tapi jam tangan ini terdapat kamera pengintai agar rekamannya bisa di lihat begitu misi hari ini selesai, dan di kantung kemejaku terdapat pulpen perekam suara.
Sudah, itu saja. Kurasa Kim memiliki lebih banyak senjata, karena dia yang sendirian di arah selatan.
"Maaf ya aku lama." ucap Val baru saja keluar dari kamar mandi.
"Gak apa-apa kok."
Val sudah lengkap dengan seragamnya, dia berjalan ke arah meja riasnya (masing-masing dari kami mempunyai 3 meja rias, ingat?) Dia menyisir rambut light blonde-nya dan membiarkan rambutnya terurai. Mungkin ia tak akan terganggu dengan rambutnya nanti. Val kan sudah lebih berpengalaman.
"Maaf lama, hehe." sesaat berikutnya, Nancy keluar dari kamar mandi dengan cengirannya.
"Iyaa, santai saja." ucapku dengan seulas senyum untuk meyakinkannya.
Tak menunggu lama lagi, setelah selesai, kita langsung pergi keluar dari kamar.
Saat di lift, hening. Aku pun sibuk memikirkan tentang apa yang akan terjadi nanti.
'Claire, nanti kita akan bertemu agen yang lain dulu di taman belakang asrama.'
Baiklah, Val. Aku akan cari cara nanti.
(Ucapku dalam hati, walau aku tahu aku tidak bisa bertelepati, tapi Val bisa membaca pikiranku, jadi sama saja, kan?)
Val tidak membalas lagi karena pintu lift sudah terbuka, menampilkan lobby asrama kita.
Walaupun Val tidak menjawab, aku yakin dari wajahnya yang bingung atas kata-kataku tadi 'aku akan mencari cara'.
Saat kita sudah keluar dari lobby, aku mulai memikirkan cara itu. Cara untuk membuat Nancy tidak bersama kita lagi.
Ah!
Aku ada ide!
Aku memelankan jalanku agar berada berada di belakang Val dan Nancy. Mereka tidak menyadari kalau aku sedang mundur. Lalu aku melepas kedua antingku (earzoom-ku) dan menaruhnya di kantung.
"Oh iya!"
Val dan Nancy menoleh kearahku bersamaan.
"Kenapa Claire?" Tanya Nancy, ia menautkan alisnya bingung.
"Aku lupa pakai anting-ku, aduhh kutaruh dimana ya!?" Ucapku sambil membuka tas selempang putihku dengan wajah cemas.
"Ketinggalan ya?" Tanya Nancy.
"Ehmm, coba aku cari dulu deh.. Val, boleh pinjem kaca ga? Aku gak bawa."
E-eh aduh, aku salah bicara.. kok kaca, sih?! Ah ya sudah lah.
Baiklah, sekarang aku tidak enak kepada Nancy karena jika rencana kecilku ini berhasil, itu berarti dia harus berjalan sendirian.
"Ohh oke." jawab Val seraya membuka tas selempangnya. Bagusnya, Val langsung mengerti dan melanjutkan rencanaku. Walau tak ada hubungannya dengan kaca.
Val! Apa kamu sedang membaca pikiranku sekarang? Jika iya, tolong bantu aku agar Nancy tidak sendirian.
Kemudian Val melirikku diam-diam selagi mencari sebuah kaca di tasnya. Aku yakin dia mengerti maksudku.
Lalu arah matanya seperti mencari seseorang, dengan keadaan Val yang masih sedang mencari sebuah kaca (ya, padahal hanya itu) dia menatap seorang perempuan--yang tidak kuketahui namanya-- dari sudut mata Val, kemudian, perempuan itu yang tadinya sedang berjalan sendirian melewati kita bertiga, tiba-tiba menoleh, lalu berjalan menghampiri kami bertiga.
Sepertinya Val mengambil alih pikirannya.
"Eh? Nancy? Val? Claire..? Halo!"
Dia mengetahui namaku?
"Halo, Sa." sapa Nancy bersamaan dengan Val.
Sa? Sayur? Sasa?
"Uhm, halo.." ucapku ragu.
"Kamu pasti belum mengenalku ya? Namaku Vanessa, salam kenal." ucapnya dengan senyuman diwajahnya.
Aku membalas senyumnya "Salam kenal juga, Clair-"
"Aku udah tahu namamu kok." Ujarnya dengan senyuman lagi.
Baiklah, tidak ada waktu untuk perkenalan ini, pasti yang lain sudah menungguku dan Val di taman belakang asrama.
"Okee." Jawabku dengan sedikit gelisah, karena pasti aku dan Val terlambat lagi.
"Nancy, omong-omong, kamu dipanggil kepala sekolah, sepertinya kamu mau dijadikan panitia deh, walaupun agak mendadak tapi sepertinya harus tetep kesana."
Ah, Thank God!
Dan.. Val.
"Ohh begitu, ya sudah dehh.. Val, Claire aku duluan yaa, maaf gak bisa menemani kalian."
Ujarnya dengan raut wajah bersalah.
"Gak apa-apa, kok." Aku tersenyum.
"Ya ampun, ternyata aku taruh di kantung, kaca nyaa!" ucap Val terdengar konyol, tapi dia cukup pintar agar Nancy tidak curiga kalau sedari tadi Val mengulur waktu.
"Duluan ya." ucap Vanessa disertai senyuman Nancy.
"Iyaaa." ucapku bersamaan dengan Val.
Sedetik kemudian, Val menarik tanganku dan berlari sekencang-kencangnya ke taman belakang asrama.
"Pemikiran bagus, Claire." Ucapnya dengan seringaian di sela-sela berlari.
○○○
"Maaf terlambat." Ucapku bersamaan dengan Val, kita seperti saudara kembar sekarang.
"Ya, tak apa. Ayo!" ajak Kim.
Kemudian Jack melanjutkan kalimatnya yang tadi terpotong olehku dan Val.
"Kita akan menyamarkan nama kali ini." ujar Jack.
"Karena acaranya akan ramai, tidak ada waktu untuk mencari tempat aman untuk berbisik dengan earzoom, jadi terpaksa kita harus berbisik terang-terangan, tapi dengan sebutan lain."
"Baiklah, itu masuk akal." ujar Rylan.
"Orang-orang suruhan si penjahat itu akan disebut target, si penjahat akan disebut bom, dan nama samaran untuk partner masing-masing, itu kalian yang menentukan." lanjut Jack.
"Baiklah, kita harus mengusahakan tidak boleh terlihat mencolok, membuat kericuhan atau hal apapun yang bisa mendapat perhatian orang lain, karena otomatis target juga akan mengetahui penyamaran kita." ujar Kim.
"Kimberly, kurasa kau tidak bisa menggunakan kekuatanmu kali ini." ujar Zav tiba-tiba.
Uhm, kurasa itu benar.
"Ya. Secara logika, jika waktu berhenti, itu tidak akan mempan untuk target-target dan si bom, karena mereka juga mutan, jika ada pergerakan sedikit saja saat kamu menghentikan waktu, mereka akan langsung mengetahui yang mana saja agen utusan dari AOM dan yang mana yang manusia biasa." ujar Ruby sepikiran denganku.
"Oke, aku mengerti." sahut Kim setuju.
"Omong-omong, earzoom kanannya sudah terhubung dengan partner masing-masing, kan?" Tanya Val kepada Jack.
"Ya, sudah di setting ulang." jawab Jack.
"Jika ada yang mencurigakan, rekamlah dengan jam tangan atau pulpennya, secara tidak langsung kedua benda itu akan terhubung ke ruang pemantau." jelas Zav, yang tak sampai sedetik, raut wajahnya langsung berubah.
Aku mengerutkan alisku. “Ruang pemantau?”
Kim menoleh pada Zav. Tatapan Kim seperti…
… kaget?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 81 Episodes
Comments
🐝⃞⃟𝕾𝕳ᴹᵃˢDANA°𝐍𝐍᭄
menarik sih,, tapi agak bingung juga😄
2021-01-15
2