"Nancy juga belum kembali."
Huft... aku menghela napas. Aku tak bisa tenang sebentar saja sepertinya.
Tapi aku tak mungkin mengabaikan ini, takutnya... sesuatu terjadi pada mereka.
"Bolos kelas. Kita cari mereka dulu sampai ketemu." Ujar Kimberly.
"Oke, ayo berpencar." Ujar Rylan sesaat sebelum earzoom dinonaktifkan.
KRIINGG
Bel sudah berdering, aku segera berlari keluar kelas sebelum ada guru yang masuk.
Krskkrsk
Aku menghentikan langkahku tepat di depan koridor kelas. Earzoom-ku menyala lagi.
"... Claire?" Suara Ruby.
"Claire masuk."
Aku mendengar ia terkekeh samar-samar. "Gak perlu begituu, hahaha... ini komunikasi dua arah."
Oohhh, hehehe... aku tak tahu.
"Kenapa Ruby? Aku baru mau mencari di sekitar kantin."
"Jangan, Rylan sudah di situ kok, sini ke perpustakaan, kita cari bersama, kamu gak boleh sendirian... nanti pingsan gak ada yang tahu." Ledeknya.
Aku terkekeh, "Okee, aku akan ke sana."
Aku mematikan earzoom-ku, lalu berbalik arah menuju ke perpustakaan.
Tunggu.
Dari jauh aku melihat seorang perempuan yang sepertinya tak asing.
Aku menyipitkan mataku, lalu menyadari sesuatu.
"Nancy!" Aku berlari menghampirinya.
Ia tersentak sedikit, lalu menoleh padaku. Ia terlihat baik-baik saja.
"Kamu dari mana saja? Sudah bel loh!"
Ia terbelalak. "EEHH? Iya! Sudah sepi di koridor! Aduh..." Ia melihat ke sekeliling, sudah benar-benar sepi, kemungkinan sudah ada guru juga yang masuk ke kelas.
"Kamu darimana memangnya?" tanyaku.
"Itu, aku tadi dipanggil ketua koordinator acara, nanti saja ya Claire, aku harus buru-buru," ia berdecak, "ada ujian! Aduuh.. aku duluan ya!" Ujarnya dengan panik, lalu berlari ke kelasnya.
"Eh- iyaa... hati-hati, jangan lari nanti terpeleset!" Ucapku sedikit keras, agar terdengar olehnya yang sudah berlari.
Aku menyalakan earzoom-ku, "Claire masuk."
"Kamu dimana Claire?" Ruby menyahut.
Aku masih terfokus pada Nancy yang sedang berlari, punggungnya masih terlihat olehku, "Aku sudah menemukan Nancy, tadi kita bertemu di koridor."
"Baiklah, tinggal Alexa." Ini adalah suara Val.
Aku tak heran mengapa mereka tak menanyakan keadaan Nancy sedikit pun, itu adalah hal yang membuang-buang waktu bagi seorang agen. Aku mengerti itu.
"Jack..."
Aku memelankan langkahku. Terdengar seperti Ruby bergumam...
[Ruby's POV]
Aku mengerutkan alisku bingung..
"Jack.." gumamku.
Mengapa Jack kesini?
Mata kanannya telah berubah menjadi biru. Ia sedang melakukan scanning. Apa yang membuatnya kesini?
Apa jangan-jangan...
Aku menghampirinya, "Apa yang kau temukan disin-"
Ia menatapku dengan kedua matanya yang berbeda warna itu. "Panggil Claire." Ujarnya, lalu melewatiku. Ia berjalan dengan cepat memutari perpustakaan tanpa tujuan, seperti sedang mencari sesuatu.
Aku menyalakan earz- oh iya! sudah menyala sedari tadi.
"Claire, cepatlah ke perpusakaan." Aku berbisik pada earzoom-ku.
"Iya, aku sebentar lagi sampai." Ujar Claire dari suatu tempat. Berarti ia sudah mendengar percakapan aku dan Jack tadi.
Aku kembali melihat ke arah Jack yang masih mengelilingi tempat ini, ia kebingungan.
Aku menghampirinya, "Claire sebentar lagi sampai."
Kebiasaan, tanpa menanggapiku, ia kembali berlari menelusuri perpustakaan ini.
Ah!
Itu dia Claire!
Claire langsung berlari ke arahku. Saat ia sampai di sebelahku, ia mengalihkan pandangannya pada Jack. Dalam sekejap, raut wajahya berubah menjadi kaget melihat Jack--ralat, matanya. Lalu ia menoleh padaku. Mengerti raut kebingungannya, aku pun memberi tahu, "Sebelah mata Jack diprogram seperti mata robot, bisa memindai dan mendeteksi apapun.." Aku melihat ke arah Jack yang sedang menghampiri kita, "... termasuk Alexa."
"Dia ada disekitar sini." Jack hanya bisa memindai dan mendeteksi sesuatu, tapi ia tak bisa mengetahui posisi tepat sesuatu berada. Agak tanggung ya, professor memprogram matanya.. kenapa tidak sekalian saja begitu?
Tanpa kebingungan lagi, Claire memejamkan matanya.
Aura ini...
Aku merasakan kekuatannya menjalar dalam tubuhku. Tetapi berbeda dengan yang sebelumnya, saat Claire hilang kendali karena telekinesisnya.
Tentu. Tentu aku merasakannya, sejak saat pencuri chip it-- ah, maaf aku tak bisa memberi tahu kalian.
Intinya, aku membuat gelombang supersonik di sekitar tubuh Claire untuk melindunginya. Aura jahat dan kekuatan apapun yang ingin melukainya, aku bisa rasakan sakitnya duluan. Begitu juga dengan semua kekuatan dan aura yang keluar dari dalam raganya sendiri, aku bisa merasakannya. Telekinesisnya tadi... terasa kuat, sangat kuat sampai sedikit sakit. Tetapi kekuatannya kali ini berbeda, seperti... memulihkanku.
Terlihat jelas dari kobaran aura yang keluar dari tubuh Claire, seperti cahaya tapi tak menyilaukan. Ia membuka matanya, aura putihnya semakin terlihat jelas, ia terlihat sangat seperti malaikat, aku tidak berbohong.
Ia berjalan... semakin cepat... melewati rak-rak buku yang besar dan tinggi ini. Aku dan Jack berlari mengikutinya.
Claire berhenti di pojok perpustakaan yang luas ini. "Seseorang mempunyai kekuatan yang cukup besar, sampai bisa menyembunyikan dia disini." Ujarnya sambil menatap sudut tembok perpustakaan ini.
Tak ada apa-apa.
Aku tak bisa melihat apapun disitu!
Jack maju selangkah, ikut menatap pojok ruangan yang kosong itu, lalu mengangguk menyetujui.
EHH?? Masa hanya aku yang tak melihat apa-apa disitu??!
T-tunggu... kekuatan dari dalam tubuh Claire membesar, kalau ingin tahu rasanya, seperti melayang di udara. Ah, enak sekali. Seperti di sembuhkan, walau tak punya penyakit.
Aura putihnya bergelombang keluar dari tubuhnya, lalu memutari sudut kosong di depan kita, pojok perpustakaan ini.
Perlahan, mulai terlihat samar-samar... bayangan seorang perempuan tergeletak di sudut ruangan itu.
Bayangan itu berubah menjadi suatu raga yang lebih terlihat.
Jack mengaktifkan earzoom-nya. "Alexa ada di perpustakaan." Ujarnya tanpa mengalihkan pandangannya dari tubuh Alexa yang semakin terlihat jelas. Ya, ternyata benar, itu adalah Alexa.
Waahh... jadi, selain telekinesis, Claire juga mempunyai healing. Kedua kekuatan ini adalah dua kekuatan paling berguna, walaupun sifatnya berkebalikan. Telekinesis tergolong kekuatan aktif dengan sifat chaos, atau perusak, sedangkan yang satu lagi, sifatnya menyembuhkan. Begitulah yang kutahu dari apa yang kupelajari saat di AHS.
Tiba-tiba, terdengar suara langkah kaki.
Aku menoleh ke belakang, Rylan menghampiri kita disusul dengan Zav, Val, dan Kim di belakangnya.
Sesaat setelah mereka datang, Claire menyudahi kekuatannya. "Astaga!!" Ujar Claire terdengar kaget. Aura putihnya memudar. Seperti masuk kembali ke tubuhnya.
Aku sih sudah kaget sedari tadi Claire..
Alexa (yang sudah benar-benar terlihat) tergeletak pingsan di pojok dinding itu.
Aku yakin ini ulah si pencuri chip itu. Pasti.
[Claire's POV]
Aku terbelalak melihat Alexa yang sudah tak sadarkan diri. Aku mendekat dan berjongkok di sampingnya, aku meletakkan tanganku berjarak kurang lebih 30 senti di atas tubuhnya. Aku memejamkan mataku lagi, aku menyalurkan energiku padanya, agar ia bisa segera sadar nanti.
Aku merasakan energiku menjalar melewati tubuhku, keluar... lalu memasuki raga Alexa. Setelah kurasa cukup, aku membuka mataku, lalu berdiri. "Dua puluh menit lagi dia akan sadar." Baiklah, aku tak mau berlagak mengalahkan dokter, tapi begitulah nyatanya. Ia akan pulih dalam 20 menit.
Tak kusadari, ternyata Kim, Val, Zav, dan Rylan sudah ada disini.
"Biar aku." ujar Zav.
Aku refleks mundur dengan cepat.
Kaget.
Bisa bicara ternyata..
Zav menyentuh bahu Alexa. Lalu dengan sekejap, mereka berdua menghilang.
Mengapa tak digendong saja? Kalau nanti Alexa keseleo bagaiman-
"CK."
Aku tersentak, Val tiba-tiba berdecak kencang. Kenapa dia...?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 81 Episodes
Comments