Senin, 8 Januari 2051
Hari ini adalah hari pertama masuk sekolah- maksudku, hari pertama memulai pelajaran.
Aku sudah bersiap-siap, Val dan Nancy pun juga sudah.
Jika kalian bertanya dimana Nancy dan Val pergi semalam? Dan kapan mereka datang? Aku juga tidak tahu, karena aku telah menanyakan itu sejak mereka bangun tidur, tetapi mereka selalu mengalihkan topik pembicaraan.
Aku hanya tidak tahu Nancy pergi kemana, kalau Val, aku yakin dia membicarakan sesuatu dengan agen lainnya tentang Ruby.
"Sudah, yuk!" ujar Nancy yang sudah berpakaian rapi, begitu juga Val. Lalu mereka keluar dari kamar.
Aku hanya tersenyum lalu menyusul keluar kamar, setelah itu menguncinya.
Sekedar informasi, karena kamar ini ditempati oleh aku, Val dan Nancy, jadi untuk membuka pintu ini bisa dibuka dengan sidik jari kita bertiga.
Kami turun ke lobby, lalu keluar gedung asrama. Banyak murid juga yang sedang berlalu-lalang. Kebanyakan dari mereka sedang berjalan ke gedung utama.
Nah, akhirnya kami sampai di gedung utama, dan benar saja, di dalam gedungnya sangat banyak murid yang berjalan-jalan, berbincang dengan temannya, bahkan di hari pertama ini ada yang sudah bergosip disini, astaga...
Kalau di AHS, orang-orang yang bergosip pasti topiknya seputar membanding-bandingkan kekuatan mereka. Kalau manusia biasa begini, membicarakan apa kira-kira?
Omong-omong, bagaimana keadaan Ruby ya? Apa dia sudah sembuh?
Apa aku harus menanyakan ini kepada Val? Tapi bukankah terlalu mencurigakan? Seharusnya kan aku tak tahu apa yang terjadi pada Ruby kemarin.
Ya sudah lah, lebih baik aku tidak usah bertanya. Terlalu mencurigakan.
"Claire, aku masuk ya!" Val menepuk bahuku pelan, menyadarkanku dari lamunanku.
Aku baru sadar kalau kami sudah sampai di depan kelas 11 IPA 3 yang terletak di dekat tangga.
"Ehh oke okee!"
"Bye-bye, Claire!" ujar Nancy dengan senyuman khasnya.
"Dadaahh!"
Aku pun berjalan ke ruang kelas 11 IPA 1, lalu masuk ke kelas, saat aku melihat ke seluruh ruangan kelas ini, ternyata masih ada beberapa bangku yang kosong.
Suasana di kelas ini cukup ramai.
Hmm...
Sebentar...
Mengapa mereka melihatiku seperti itu?
Lebih tepatnya,
Mereka melihatku seperti melihat hantu, tatapan mereka seperti sangat kaget, kenapa? Ada apa?! Apa aku ketahuan?!
Apa ada aura-aura aneh memancar dari tubuhku?!
"Wooo... murid barunya cantik."
"Duduk denganku, yuk!"
"Disini saja denganku!"
"Salam kenal ya!"
"Claire ya?"
Aku tersentak. Para lelaki di kelas ini memusatkan pandangan mereka padaku dengan senyuman ramah- eh... bahkan aku tak tahu harus menyebut itu senyuman ramah atau menakutkan.
Manusia biasa memang suka begini, ya?
Dan darimana pula ada yang tahu namaku? Bahkan aku belum memperkenalkan diri.
Tiba-tiba, ada seorang perempuan yang berdiri dari tempat duduknya, lalu datang ke arahku.
Ia tersenyum manis, "Maaf yaa kesan pertamanya begini, tak usah didengarkan ya..." Ialu ia menoleh ke arah para lelaki di kelas ini dan memelototi mereka sekilas, kemudian ia menoleh padaku lagi sambil meringis, "Duduk sama aku saja, Claire."
Kok dia juga tahu namaku? Semua orang di sini aneh, deh.
Aku mengangguk dan tersenyum kepadanya.
Aku mengikuti dia berjalan ke tempat duduknya, yang ternyata baris ketiga dari depan dan terletak di tengah-tengah.
Aku duduk di bangku sebelahnya.
"Salam kenal, namaku Alexa Cypher." ujarnya dengan senyuman terukir di bibirnya, membuat kedua matanya terlihat seperti bulan sabit, ditambah pipi chubby-nya terangkat lucu. Dia sudah pasti orang Asia. Jepang? Korea mungkin?
Aku membalas senyumannya, "Salam kenal juga, aku Claire Harlyn."
"Aku sudah tahu namamu, kok. Hahaha." ia terkekeh sehingga memperlihatkan gummy smile-nya. Aduh gemas sekali! Ya ampun Claire tahan... jangan insecure...
"Kamu tahu namaku darimana?" tanyaku, akhirnya mengeluarkan pertanyaan ini dari benakku.
Jangan-jangan, dia tahu namaku karena dia adalah seorang agen juga? Siapa yang tahu... kan aku harus berjaga-jaga!
"Kemarin, di hari pertama, kudengar banyak orang yang menyukaimu sejak pertama kali menginjakan kaki di sekolah ini, jadi... siapa yang tidak mengenalmu? Hahaha." Ujarnya disusul tawa kecil.
Eh, masa iya?
Kok tak terdengar olehku?
"Ohh, tidak lah, tak seperti itu... hahaha, omong-omong, kamu anak baru?"
"Bukan," ia menggelengkan kepalanya, "aku disini dari kelas sepuluh."
"Ohh begitu, anak barunya sedikit ya ternyata."
"Tergantung sih, setiap tahun bisa aja berubah. Tahun lalu, anak barunya banyaakk sekali!" ujarnya.
Aku mengangguk mengerti.
Ya, termasuk Rylan, Jack, dan Zav. Mereka pasti baru masuk tahun lalu...
Tidak lama kemudian ada seorang wanita berpakaian formal, umurnya terlihat masih muda. Kutebak, dia adalah professor disini.
Ia berdiri di depan kelas dengan senyuman lembut, "Selamat pagi semuanya..."
"Pagi, Bu."
"Pagi, Professor." ujarku.
Eh?! Kok semuanya melihat ke arahku? Mengap-
Aku menoleh. Alexa menyenggol lenganku,
"Claire! Kok professor sih?"
Lah terus apa dong? Eh aku salah, ya?
Harusnya... uhm... aduh, apa ya- Oh! Oh! G-gu..guru?
Iyaa 'guru'!
"E-eh, Bu Guru maksudku." ujarku dengan penurunan nada di akhir kalimat.
Orang-orang di sekitarku terkekeh pelan, aku masih bisa mendengarnya.
Aduhh!! Ya mana aku tahu? Ah, saat aku kembali ke AOM nanti, aku harus mengajukan adanya pelajaran 'literasi bahasa manusia biasa'. Harus!
'Guru' wanita itu tersenyum padaku, lalu kembali memandang satu-persatu wajah kami semua, "Salam kenal, saya Tiffany Ashley, wali kelas kalian selama setahun kedepan. Terserah kalian ingin memanggil saya Bu, Kak, Miss, atau apapun itu."
"Baik, Bu."
"Okay, Miss."
"Sekarang, tolong perkenalkan diri kalian, cukup berdiri dari tempat duduk kalian saja, tenang saja, khusus hari ini, semua jam pelajaran akan dibuat untuk perkenalan saja."
Dan mulailah sesi perkenalan.
Selagi mendengarkan yang sedang mengenalkan diri, aku melihat-lihat fasilitas yang ada di kelas ini. Papan tulisnya adalah multi-touchscreen, air conditioner sebanyak dua buah, dan bangku di kelas ini berjumlah 25, itu berarti jumlah murid di kelas ini kurang lebih 25 anak.
Murid-murid perempuannya kurasa ramah semua, kalau yang lelaki... aku tidak akan membahas itu, sudah terlihat jelas dari pertama aku masuk kelas tadi, kan?
Ya begitu lah...
○○○
Sesi perkenalan sudah selesai, sekarang kita sedang memikirkan struktur kelas.
Aku hanya diam daritadi, karena aku tidak tahu harus berpendapat apa, aku saja baru mengenal murid-murid disini, bagaimana bisa aku langsung berpendapat siapa yang bisa menjadi ketua kelas?
Bu Tiffany menghela napas, mungkin ia sudah letih menunggu kami menentukannya tetapi daritadi tak ada hasil sama-sekali, "Saya saja yang menentukannya, kalian akan memakan waktu sampai jam pelajaran saya habis." kata Bu Tiffany, sebenarnya ia lebih cocok dipanggil 'Kak' daripada 'Bu' karena keperawakannya yang masih muda dan cantik.
"Ketua kelasnya Alexa, dan wakilnya..." ia menunjukku, "kamu, hmm... Claire?" ujarnya ragu.
"Claire." ucapku melancarkan.
Bu Tiffany mengangguk, "Ya, Alexa dan Claire saya percayakan untuk bertanggung jawab selama setahun kedepan menjadi ketua kelas dan wakil ketua kelas disini." ujarnya sambil tersenyum padaku dan Alexa.
"Oke Bu, terimakasih kepercayaannya." ujar Alexa.
Aku mengangguk setuju, "Kami usahakan untuk melakukan yang terbaik." ujarku lalu mengangkat jempol, seperti 'semuanya akan baik-baik saja'.
"Baiklah kalau begitu, jam saya sudah habis, selamat pagi semuanya!"
"Pagi Bu..." ujar kami.
Dan tidak lama kemudian, Bu Tiffany keluar kelas.
Aku duduk, dan saling bertukar pandang dengan Alexa.
"Ayo kita bekerja sama supaya kelas ini tak berisik lagi." ujar Alexa sambil memandangi sekitar. Begitu Bu Tiffany keluar, keadaan kelas memang langsung berisik lagi. Takutnya, kedengaran sampai kelas sebelah.
"Iya ya, ricuh sekali."
Semoga mereka bisa diatur.
Kemudian Alexa menetapkan beberapa peraturan kelas, yang tentunya hasil dari keputusan kita berdua dan telah disetujui oleh seisi kelas. Peraturan seperti... jangan mem-bully teman, jangan berisik di jam pelajaran, jangan membuat masalah, dan sebagainya.
Tidak lama kemudian, ada yang mengetuk pintu kelas, dan saat terbuka- aahh yang benar saja...
Mau apa manusia datar itu kemari?
"Permisi."
"Astaga tampan sekali ya ampun!"
"Kak Jack kesini untuk apa, ya?"
"Duhh kok tiba-tiba panas sih?"
Tok tok tok
Itu suara penggaris besi Alexa yang diketuk-ketuk ke mejanya, hahahaha.
"Diam dulu hey! Kak Jack mau bicara." ujarnya dengan suara yang tiba-tiba mengerikan. Wah, ia bisa jadi malaikat, bisa iblis juga ya. Seram.
Setelah itu, para perempuan di kelasku hening.
"Claire, ikut aku sebentar."
Aku tersentak, aku langsung menoleh ke arah datangnya suara. Jack sedang menatapku dari ambang pintu.
Aku mengerutkan alis bingung.
"Ayo!" ujarnya lagi, ia seperti terburu-buru. Kenapa sih? Aduuh! Malas ah.
"Belum istirahat kan?" tanyaku. Dengan harapan bisa menjadi alasan yang kuat agar aku tak harus mengikutinya.
Kringg..
Sial.
Akhirnya aku berjalan keluar mengikuti Jack dengan pasrah. Mau apa sih?
Dia berjalan di depanku. Keperawakannya tegap, dari belakang sudah terlihat kalau tubuhnya berbentuk, dan tingginya... mungkin sekitar 180 cm, intinya memerlukan usaha lebih dariku untuk sekedar menatap wajahnya.
Eh? Kalau tidak salah, ini kan arah ke taman belakang sekolah yang terkenal sepi itu. Urusan apa-
T-TUNGGU!
JACK KAN SALAH SATU DARI AGEN MUTAN!
JANGAN-JANGAN...
OH TIDAK! D-dugaanku benar!!
Sampai di taman, aku melihat ada 5 orang sedang menunggu. Ada Val, Kimberly, Zav, Rylan, dan Ruby. Mereka sedang bersandar pada tembok di sisi yang berbeda-beda.
Ruby!! Ia sudah pulih!
Rylan menoleh, "Nahh, datang juga." ujarnya lalu tersenyum padaku.
Fokus Claire!
Mereka... sudah tahu!?
Val menghampiriku, "Iya kita sudah tahu semuanya, Claire. Aku senang kalau ternyata kamu bagian dari kita!" ujar Val antusias.
Val!!
B-berarti dia bisa membaca pikiran!?
"Iya aku bisa, hahahaha... tapi tenang saja aku tak melakukannya 24 jam kok!" ujarnya yang langsung disusul oleh pembelaan diri, mungkin Val takut aku marah.
"Astaga, Val jangan baca pikiranku lagi, ya!" Wah, gawat kalau begini! Hal-hal yang merupakan privasiku bisa diketahuinya!
Ia terkekeh, "Iya-iyaa..."
Aku mengalihkan pandanganku pada ke-6 orang ini bergantian, "Darimana.. kalian tau?" Tanyaku bingung.
"Ruby yang memberi tahu kita terlebih dulu, setelah itu Valerie." Rylan membuka suara.
Kalau begitu pertanyaannya akan ku ubah.
Bagaimana Ruby bisa tahu?
Hmm...
Earzoom!! Ya! Pasti dia tahu sejak mengembalikkan earzoom-ku! Dia tahu kalau antingku itu adalah earzoom.
"Salam kenal Claire, kita adalah agen dari AOM yang dimisikan untuk mencari chip itu juga," Kim mengulurkan tangannya, "aku Kimberly Fern," ia tersenyum. Aku menjabat tangannya, lalu balas tersenyum.
"Aku di kelas 11 IPA 3 sama seperti Val dan Ruby," ujarnya. Aku menoleh pada Ruby dan Val, mereka melambai-lambaikan tangannya padaku. "Haaii!" sapaku. Aneh rasanya bertemu Val di sini. Bersama dengan mutan-mutan yang sama dengan yang kulihat di auditorium kemarin. Tak kupercaya aku akan mempunyai rekan sebanyak ini!
"Yang ini namanya Jack, yang tadi mengantar kamu kesini, dia ada di kelas 12 IPA 1," Aku mengalihkan pandanganku pada Jack, dia sedang melihat ke arah lain seolah tak perduli. Huh. Sok cuek sekali, sih. Menyebalkan.
"Ini Zav, kelas 12 IPA 2," Kim menunjuk Zav yang... ugh! sama cueknya dengan manusia dingin bernama Jack itu! Kemudian, ia menunjuk Rylan yang sudah melihatku, "dan yang ini Rylan kelas 12 IPA 3," ia melemparkan senyuman ramahnya lagi, aku membalas senyumannya sekilas lalu segera memalingkan wajahku pada Kim lagi. "Sekarang kamu sudah tahu kelas-kelas kita, jadi... kalau ada apa-apa kamu tahu harus kemana."
"Kekuatanku adalah mengendalikan waktu." lanjut Kimberly.
Ia menoleh ke arah teman-temannya yang lain seperti sebuah kode agar mereka mengenalkan diri masing-masing.
"Aku mempunyai gelombang supersonik," Sekarang Ruby yang membuka suara, "kalau Val, dia bisa mengendalikan pikiran." lanjutnya. Val hanya meringis menunjukkan deretan giginya yang rapih.
Aku mengangguk, lalu memusatkan pandanganku lagi pada Ruby. Ia sangat cantik. Rambutnya berwarna violet gelap, panjang dan bergelombang mengkilap. Kulitnya hampir bisa disebut 'eksotis'. Manik mata kelabunya seolah bisa membuat semua yang menatapnya jatuh hati. Kalian tahu apa artinya? Yup! Insecure-ku yang kedua kalinya hari ini.
"Apa kamu udah sembuh?" Tanyaku. Sebenarnya aku juga ingin bertanya apa yang terjadi dengannya kemarin, tapi kurasa jangan sekarang... takutnya kurang nyaman kalau dibahas sekarang.
"Aku udah baik-baik aja kok sekarang, hehe, tenang sajaaa." ia mengangkat ibu jarinya sambil terenyum manis.
Ah, syukurlah... aku jadi lega.
Kemudian Rylan maju mendekatiku, "Aku Rylan." katanya ramah sambil mengulurkan tangan.
"Claire." aku membalas uluran tangannya.
Pandangan kami lagi-lagi terkunci.
Ah, sial.
Kalau sudah begini aku tak bisa apa-apa.
"Ehm, yang lain..." ujar Ruby sambil memberi kode pada Jack dan Zav, membuat kontak mataku dan Rylan tersudahi. Ah syukurlah!
Jack dan Zav tetap datar seolah tak ingin berkata apa pun.
"Hmm, maaf ya Claire, mungkin bisa kenalan lain waktu, haha..." kata Val berusaha mencairkan suasana. Ia memicingkan matanya sekilas pada kedua lelaki dingin itu seolah berkata 'ish menyebalkan sekali, sih!' yang sebenarnya juga mewakili kata hatiku.
"Iya, tak apa-apa." ujarku lalu tersenyum.
Budayakan senyum saat kau dihadapkan dengan orang-orang semacam ini, kawan-kawan!
"Claire, kita akan jadi rekanmu untuk mencari chipnya, aku tahu kamu pasti tak tahu kalau akan punya rekan, kita juga tadinya tak tahu karena Kak Brian memang tak bilang apa-apa..." Val menjelaskan.
Aku mengerutkan alisku, "Oohh kalian juga tak diberi tahu apapun toh..." ujarku. Ini benar-benar aneh. Apa Kak Brian melewatkan sesuatu sepenting ini? Aku sangat bingung.
"Apa kamu punya earzoom-nya?" Tanya Kimberly.
"Ehm... ada kok, tapi tak kupakai, karena tadinya kupikir akan menjalani misi ini sendirian." ucapku jujur.
"Oh, bagus kalau begitu. Mulai besok, kalau ke sekolah pakai ya, supaya kita bisa saling berkomunikasi."
"Setiap pagi, sebelum berangkat sekolah, kita berkumpul dulu ya di taman belakang asrama, setiap hari kita akan menyusun rencana baru." Lanjutnya.
Aku mengangguk mengerti. Diikuti yang lain.
Kringg
"Sudah ayo kita masuk!" ujar Rylan sambil merangkul Zav dan Jack untuk pergi, lalu kita semua bubar.
Aku pun berjalan kembali ke kelas, aku masih tidak menyangka aku mendapat rekan kerjasama yang keren, dan hebat-hebat seperti mereka.
Syukurlah! Setidaknya aku mulai bisa berpikir positif karena kurasa ini akan menjadi lebih mudah jika dapat bekerja sama dengan agen mutan yang lain.
○○○
Aku kembali ke kelas dengan senang yang tentunya tidak kutunjukkan, aku berusaha bersikap biasa saja.
"Hai, Claire!" sapa Alexa.
"Hai Lexa, belum masuk kan?" tanyaku memastikan.
"Iya, belum. Oh iya, tadi kamu kemana saja? Kok bisa bersama Kak Jack?"
Flashback On
Aku berjalan menuju kelas bersama Valerie. Katanya, yang lain ingin pergi ke kantin dulu, jadi aku hanya bersama Val.
"Claire."
Aku menoleh pada Val, "Kenapa?"
"Nanti, kalau sampai di kelas sudah ada guru, dan ia menanyakan sehabis darimana kamu, jawab saja tadi kamu dipanggil Jack karena ditawari untuk menjadi anggota OSIS."
Oh iya, bahkan aku hampir lupa memikirkan alasan yang harus ku berikan nanti. Tapi, sebentar...
Osis? Semacam... sosis?
"Sosis maksudmu? Eh- apa sih, aku tak mengerti." Tanyaku benar-benar bingung.
Val malah tertawa kencang, "Kamu ini gimana sih? Kok malah sosis! Hahahaha!" ia memegangi perutnya masih tertawa geli, "bukan sosis, tapi OSIS. Singkatan dari Organisasi Siswa Intra Sekolah. Kalau masih bingung, intinya organisasi di sekolah gitu deh."
Aku ber-oh ria, "Hehe, ini misi pertamaku tahu, Val! dan di AHS tidak ada literasi bahasa manusia biasa. Ini semua terasa sangat baru bagiku." Aku menghela napas.
Tawa geli Valerie memudar, dan hanya digantikan oleh senyuman tipis. Seperti ada yang mengganjal pikirannya saat aku berkata begitu. "Jadi ini adalah kali pertama untukmu, ya?" ia menunduk, seperti memikirkan sesuatu.
Aku mengangguk. Tapi tak ada respon lagi dari Val, sepertinya ia sedang bergelut dengan benaknya. Aku memutuskan untuk mengembalikan ke topik pembicaraan yang tadi, "Tapi, Val... memang tak apa-apa kalau aku berbohong tentang organisasi seperti itu pada guru?"
Aku bukan mengkhawatirkan kebohongan yang akan kulakukan, karena semua agen sudah harus terbiasa berbohong, kau tau lah alasannya, aku khawatir karena tidak ada bukti yang cukup untuk mengatakan alasan itu.
"Tenang saja, aku akan memanipulasi pikiran Bu Linda, sang kepala sekolah, agar ia meng-iyakan kalau kamu adalah anggota OSIS yang baru."
Eh ya ampun... maksudku ganti saja alasannya, bukan malah dijadikan OSIS sungguhan. Tapi ya sudah lah, Val se-niat itu, hahahaha. Jadi OSIS jalur manipulasi pikiran.
"Baiklah." ujarku menurut.
Flashback Off
"Tadi aku hanya ditawari menjadi anggota OSIS saja." ujarku sambil duduk.
"Ohh begitu... pantas saja kamu berurusannya dengannya, Kak Jack kan ketua OSIS."
Oohh, Jack ketua OSIS rupanya.
Aku tak bisa membayangkan bagaimana kerjanya kalau bicara saja satu-dua kata begitu. Aneh sekali.
○○○
14.00
Aku sudah pulang sekolah, tadi benar-benar hanya perkenalan..
Yaa setidaknya aku sudah mengenal guru-guru disini, dan beberapa teman manusia biasa. Oke, kurasa aku harus berhenti menyebut mereka begitu. Aku terdengar... angkuh. Baiklah tak akan kuucapkan lagi. Janji.
Aku akan langsung ke asrama karena aku sudah lelah.
Aku mengantuk.
Yaa, perkenalan yang kukira akan seru ternyata tidak, lebih tepatnya membosankan.
Oh ayolah! Bukannya aku malas mengikuti kegiatan itu, tapi siapa yang tidak kesal mendengar celotehan berisik murid-murid di kelas disaat jam pelajaran walaupun aku dan Alexa sudah menenangkan bahkan Alexa sempat kesal dan terpaksa mengetuk-ngetukkan penggaris besinya dengan sangat keras hingga patah (aku tidak tahu kenapa dia bisa sekuat itu) saking kesalnya Alexa.
Aishh... jika aku mempunyai kekuatan menghentikan waktu, saat itu juga sudah kuhentikan dan kubuat mereka yang berisik tidak bisa berbicara lagi.
Ya sudah lah, aku tidak ingin membahasnya...
Omong-omong, tadi aku sempat berpikir mengenai para agen (yang sekarang menjadi rekanku itu) sekilas.
Aku bingung, kenapa Val dan agen lainnya itu anak lama di sekolah ini? Apa mungkin mereka sebenarnya juga baru masuk, tapi Kimberly menghentikan waktu, dan Val memanipulasi seluruh pikiran murid, serta guru-guru disini? Sehingga seisi sekolah ini menganggap bahwa mereka adalah anak lama? Kau tahu kan, Val bisa menambahkan memori palsu ke dalam pikiran orang?
Hmm, biar kujelaskan lebih lagi, pencuri chip itu datang dan berbaur sehari sebelum aku datang ke sini kan? Sementara aku datang tepat pada tanggal pendaftaran murid baru, itu berarti seharusnya si pencuri chip itu adalah murid baru sama seperti aku, dan Val bilang, mereka ditugaskan mencari chip itu juga, berarti mereka seharusnya datang kesini sebagai murid baru, karena pencuri itu baru datang..
Mengapa semua ini membingungkan, sih?
Sampai sekarang juga Kak Brian masih belum menghubungiku, seharusnya kalau memang semua ini benar adanya (kalau aku punya rekan) ia pasti akan memberitahuku!
Atau mungkin Kak Brian sedang mengurus hal lain yang lebih penting tentang hilangnya chip mutan? Hmm... mungkin saja sih.
Dan yaa... mungkin agen-agen telah bekerja sama dengan Val dan Kimberly agar waktunya tidak berubah. Tapi, ini tetap tidak masuk akal.
Tak terasa, aku sudah sampai di lobby asrama perempuan.
Dengan sangat letih aku melangkahkan kakiku menuju lift. Saat aku sudah masuk, ada seorang perempuan yang sedang menggenggam minuman kaleng di dalam lift ini, ia mendekat ke arahku untuk menekan tombol lift yang berada di sampingku.
Tapi- A-ASTAGA!!
Aku terbelalak. Apa-apaan ini?! Dia menumpahkan minumannya ke baju seragamku!!
Kau tahu kenapa kubilang 'dia menumpahkannya'? Ya karena aku jelas-jelas melihat dia sengaja memiringkan minuman kalengnya saat dekat dengan bajuku!
Ia melihat noda di seragamku lalu berlagak menutup mulutnya, "Upss... maaf." ujarnya dengan nada yang menjengkelkan.
Aku menatapnya tidak percaya, "Hey!! Apa maksudmu?!"
Lagak kagetnya berubah menjadi tatapan sinis, "Mengapa? tak suka?" ujarnya enteng.
EHHH??
SABAR CLAIRE, SABAR.
Aku memejamkan mataku sejenak untuk meredam amarah ku.
Tarik napas...
Buang...
Aku harus sabar, aku tidak boleh menambahkan musuh di sini, sementara masalah si pencuri itu belum selesai.
Aku mencari tissue di tasku, dan membersihkan atau setidaknya menyerap basah dari seragamku agar tidak terlalu bernoda.
"Hei! kau yang bersama Jack tadi kan!?" Ujarnya lantang.
Masa bodoh, aku tidak akan mendengarkannya, aku sedang meredam amarah sekarang.
Aku melihatnya dari sudut mataku, ia terlihat kesal karena aku tak menanggapinya, "Heii!!" Ujarnya semakin lantang.
Ah, coba kalau aku bisa teleport, kan tak usah pakai lift! Malas sekali bertemu manusia biasa seperti ini!! Eh- tuhkan jadi kusebut lagi!!
"Apa kau tuli!?"
Aku menoleh, lalu menatapnya acuh tak acuh. Agar ia semakin kesal.
Pintu lift terbuka dan aku sudah di lantai tiga, akupun keluar lift dengan santai (agar ia semakin kesal sendiri), dan benar! Perempuan itu hanya bisa mengerang kesal, hahaha!
Aku tidak peduli lagi, aku langsung masuk ke kamar, dan menemukan Nancy sudah di sana.
"Eh, ternyata kamu sudah pulang." ujarnya.
"Yaa, aku lelah dihari pertama walaupun hanya sesi perkenalan, jadi aku langsung kesini." Ungkapku jujur.
Ia melihatku dari atas sampai bawah. Lalu pandangannya terhenti pada noda di bajuku, ia mengerutkan alisnya, "Itu kenapa, Claire?"
Aku menghela napas, "Oh ini..." aku teringat wajah perempuan itu, mengingatnya saja sudah membuatku kesal, "tadi ada orang iseng." ujarku tak ingin membahasnya lebih lagi, aku hanya butuh tidur.
Nancy terkekeh, "Kenapa? Jack ya?"
Aku terbelalak, "Kok kamu tahu?"
Iya. Manusia itu memang benar-benar menyusahkan. Apa urusannya sih, padahal dia yang memanggilku, kok aku yang disiram minuman?!
"Saat jam istirahat kan?" Nancy terkekeh lagi, "sudah menyebar tahu! Kamu tak sadar apa, kalau orang-orang memperhatikan kalian berdua?" ujarnya dengan tatapan menggoda.
"APA? Ya... mana aku tahu!"
"Hati-hati lho Claire, Kak Jack banyak sekali yang suka, kamu bisa diterkam sama fans-nya." Nancy memicingkan matanya. Seperti ibu tiri yang sedang mengompori suaminya agar membuang anaknya ke jalanan.
Aku mengangkat alisku dengan wajah datar, "Well..." aku berpikir sejenak, "aku juga tak ingin dekat-dekat dengannya lagi." ujarku lalu langsung ke kamar mandi dan bersiap untuk menghampiri kasurku.
Banyak sekali kejadian hari ini, tapi aku terlalu lelah untuk memutar ulang itu semua dalam benakku.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 81 Episodes
Comments
Nayla Syberia
awal² Claire polos iya 😁,tapi lama² serem juga iya 😓awal prolog nya
2023-01-30
0