[Author's POV]
"Kim masuk. Guys, kita harus berkumpul, ada yang gak beres." ujar Kimberly melalui earzoom-nya.
"Oke, aku segera datang." balas Valerie.
"Oke." balas Rylan dan Ruby bersamaan, lalu mereka bergegas ke ruang auditorium.
Ruang auditorium adalah ruangan kedua yang bisa digunakan sebagai markas jika tidak acara apapun disana, karena taman belakang asrama dan auditorium sangat sepi.
Dan jangan tanya dimana balasan dari Zav dan Jack.
Sebenarnya, Zav bukan tipe orang yang selalu dingin seperti ini, dia adalah teman yang menyenangkan, apalagi kalau diajak melakukan sesuatu yang nekad (cari mati), dia yang akan langsung maju paling depan. Hanya saja, ia belum menunjukkan itu pada orang baru ia kenal.
Begitu juga dengan Jack, teman seperdinginan Zav itu memang tak tersentuh, iya, tapi luarnya saja. Orang awam pasti mengira ia adalah sosok yang keras, sombong, tak peduli apapun, yah.. belum lihat saja aslinya.
[Di ruang auditorium]
Kimberly yang sudah sampai di ruang auditorium terlebih dahulu, berdiri dengan gelisah disertai kebingungannya.
Flashback On
Kimberly sedang berjalan keluar kelas saat bel istirahat berbunyi, ia hanya memantau dari luar kelas saja. Tiba-tiba, Alexa, teman Claire yang juga merupakan teman Kim itu menyapa.
"Hai Kim, mau ke kantin bareng gak?" Tanya Alexa.
"Eum.. gak deh aku lagi gak lapar.. hehe." tolak Kimberly.
Ya tentu saja, ia tak bisa kemana-mana, ia bertanggung jawab memantau di kelas karena Ruby sudah memantau di perpustakaan.
"Ya sudah, ke taman belakang asrama yuk!" tawarnya lagi.
Kimberly berpikir sejenak, taman belakang asrama sepi dan jauh dari gedung sekolah, terlebih lagi dia harus memantau kelas. Ah, tidak, tidak.
"Gak deh... aku lagi pegal-pegal nih, malas jalan, hehe." bohongnya.
"Ayoolahh!" perempuan itu menarik tangan Kimberly cukup kencang.
Kimberly tersentak kaget, Alexa tidak biasanya seperti ini.
Ya, walau terkadang seram, tapi ia tak pernah galak dengan teman perempuannya.
"Maaf Lexa, tapi aku harus mengerjakan tugas sehabis ini." ucap nya berbohong lagi dengan alasan yang ditambah.
Seorang agen memang harus bisa berbohong dengan baik. Mungkin saat pensiun nanti (kalau bisa), tempat pertama yang akan dikunjungi adalah tempat beribadah. Tobat!
Alexa mengerutkan alisnya, "Sebentar saja! Ayo pergi!" Bentak Alexa tiba-tiba.
Kimberly tersentak kaget untuk yang kedua kalinya.
Pertama, karena Alexa yang tidak pernah se-aneh ini hanya karena masalah yang sangat tidak penting ini, dan kedua, tangan Alexa yang menarik lengan Kimberly, mengeluarkan hawa panas.
'Ini tidak masuk akal.' pikir Kimberly.
Ia menatap mata Alexa, ada yang berbeda darinya... ia benar-benar yakin!
Tangannya semakin mengeluarkan panas, dan lama kelamaan semakin perih rasanya.
"Stop." gumam Kimberly sangat pelan.
Dia telah menghentikan waktu.
Setelah itu, Kimberly berbalik dan berlari dengan cepat menjauh dari Alexa. Karena ia tahu ada yang aneh.
Bukannya takut, tapi Kim sadar kekuatan supernya itu pasif, dan ia lupa tak membawa belatinya hari ini.
Ia mengerutuki dirinya sendiri dalam hati.
Disaat jarak antara Kimberly dan Alexa sudah sekitar 5 meter, Kim menoleh ke belakang.
Ya, tadinya ia ingin melihat Alexa.
Tapi nihil.
Alexa sudah menghilang.
Kimberly tahu persis manusia biasa tidak akan bisa bergerak ketika ia menghentikan waktu.
Flashback Off
Setelah mereka semua sudah berkumpul di ruang auditorium, Val tersentak kaget.
"Apa?! Bagaimana bisa dia menghilang begitu saja?" Ujar Val setelah membaca pikiran Kim.
"Siapa yang hilang?!" Balas Ruby dengan panik.
"Ada yang hilang?!" ujar Zav tak kalah panik.
"Val, biar Kimberly yang menjelaskan, jangan dibaca dulu pikirannya." ujar Rylan berusaha menetralkan situasi, karena ia juga tidak mengerti apa maksud 'hilang' itu.
"Oke, jadi begini, tadi aku disapa oleh Alexa, kelas 11 IPA 1," Kimberly berusaha tenang, "pertama-tama ia mengajakku ke kantin, karena aku gak bisa, aku menolak... lalu dia mengajakku aku ke taman belakang sekolah, saat aku tolak, dia marah lalu menarik lenganku... tangannya panas." Kim meraba lengannya lagi. Dan benar, bahkan tangan Alexa tadi membekas di lengannya.
"Karena aku panik, aku menghentikan waktu, karena aku kira dia akan diam, lalu aku lari, tapi saat aku menoleh ke belakang... dia menghilang." Jelasnya panjang lebar.
"Apa?!" Ruby tersentak kaget.
"Kau tidak salah lihat?" Tanya Rylan memastikan.
Bahkan Zav pun sekarang tersentak kaget juga, walau tak bersuara.
Jack... yaa, sebenarnya dia yang paling tidak berekspresi.
Tiba-tiba Ruby terbelalak, "OH TIDAK!" ujarnya lantang.
"Kenapaa?" Tanya Kimberly, ia bertambah panik.
"Tadi kan Alexa masuk perpustakaan!"
Dan sekarang mereka semua menegang.
Bukan, bukan karena ini menyeramkan.
Tapi, karena... ini berarti si pencuri chip itu sudah memulai aksinya.
Si pencuri itu bisa merubah fisiknya, ingat?
"Arghh!!" tiba-tiba Ruby memengang dadanya seperti sesak napas.
Rylan dengan cepat langsung menghampiri Ruby dan merangkulnya. "Kamu kenapa?!"
"Ruby?!" Kimberly dan Val panik sekarang, sama seperti yang lain.
"S-sakitnya seperti kemarin... waktu ada yang menyerang Claire..." ungkap Ruby seraya merintih kesakitan.
"Tapi ini lebih sakit... s-sepertinya.. pelindung di tubuh Claire.. " ucapnya masih menggantungkan kata-katanya.
Kim terbelalak. "KAU MEMASANG GELOMBANG SUPERSONIKMU PADANYA?!"
Kim kaget bukan main, begitu juga dengan yang lain.
Terakhir kali Ruby memasang pelindung gelombang supersoniknya, yaitu pada Val dulu. Ruby jadi sering jatuh pingsan. Karena pada saat itu ia sengaja memasangkannya pada Val yang sedang menginjak umur 17 tahun. Ia tahu mutan yang baru berumur segitu, kekuatannya akan sangat tak stabil. Dan untuk menghindari hal buruk terjadi pada Val, Ruby memasangkan pelindung supersoniknya. Agar apapun yang akan menimpa Val, ia akan merasakan itu duluan. Sama seperti saat ini.
"D-dia mengeluarkan kekuatan yang besar."
"Maksudmu, pelindungnya hancur karena kekuatan Claire?!" Tanya Val panik.
Ruby mengangguk lemah.
"Jack!-" seru Val terpotong karena yang tadinya ia ingin meminta Jack melacak keberadaan Claire, batal. Karena dia sudah melakukannya.
Iris mata kanan Jack berubah menjadi biru. Ia melacak keberadaan Claire dengan melakukan scanning dengan mata kanannya.
Jack termasuk mutan yang kekuatannya hampir seperti robot, karena berhubungan dengan high-tech. Mata kanannya bisa berubah seperti itu jika ia mau.
Iris kanannya akan menjadi biru. Ia bisa mengenali objek kompleks. Menganalisis, dan juga mengembangkan data subjek. Siapapun. Kurang lebih, seperti ada komputer di dalam matanya.
Tapi Jack sangat jarang melakukannya, karena, jika orang lain melihat matanya yang satu berwarna hitam pekat dan yang satu lagi biru terang, ia akan terlihat aneh kan?
Setelah dua detik melakukan scanning di mata kanannya, ia mendapatkan keberadaan Claire.
Tanpa mengatakan apapun, ia langsung pergi meninggalkan teman-temannya yang lain.
Jack berlari ke ruang kelas Claire secepat mungkin.
Begitu ia sampai, dia mendapatkan seorang gadis dengan aura merah membara di sekelilingnya, itu adalah Claire.
Ia sedang mengangkat tangan kanannya, dan di depannya ada sebuah meja melayang mengikuti arah tangannya.
Meja itu terangkat tanpa perlu ia sentuh sama sekali.
Ia mengarahkan tangannya ke arah seorang perempuan di depannya yang sudah tersungkur sambil menangis ketakutan. Meja itu pun melayang dengan cepat mengarah ke perempuan itu.
Jack menatap mata Claire yang tatapannya kosong itu. Posisi mereka memang berhadapan, walaupun jauh.
Tidak lama setelah itu, Claire menyadari ada seseorang yang menatapnya. Ia mengalihkan pandangannya kearah Jack. Masih dengan tatapan kosong.
Tiba-tiba, entah bagaimana caranya, Claire menghentikan lemparannya. Meja itu terhenti tepat sebelum tubuh perempuan itu babak belur.
"Tenanglah.." ujar Jack menenangkan.
Orang-orang di sekitar mereka bergidik ngeri, menatap Jack dan Claire bergantian.
Claire tak merespon.
Satu detik.
Dua detik.
Tiga detik. Tetap tak ada respon, seolah waktu telah dihentikan, saking tak ada yang berani bergerak.
Empat detik.
Lima detik.
Enam detik. Jack tetap tak mengalihkan tatapannya dengan Claire. Kontak mata itu tetap terjaga.
Tujuh detik.
Delapan deti-
BRUKKH
Berhasil.
Meja itu terjatuh ke lantai. Perlahan iris mata Claire berubah seperti semula, dan ia terjatuh lemas --ralat-- Tidak, karena Jack lebih dulu menangkapnya dengan sigap.
Jack membawa Claire yang sudah tak sadarkan diri itu ke taman belakang sekolah. Ia sudah tidak peduli dengan semua pasang mata yang memperhatikan mereka berdua dengan berbagai ekspresi, karena itu persoalan mudah, Kimberly dan Val bisa mengatasinya.
"Lokasi di 11 IPA 1." Ujarnya melalui earzoom alias jam tangannya.
Kemudian ia mematikan earzoom-nya, seolah tak mau repot-repot mendengar balasan yang lain.
○○○
[Kimberly's POV]
"Lokasinya di kelas 11 IPA 1."
WAHH! Apa yang kudengar barusan?! Akhirnya setelah sekian lama!! Terakhir kali aku mendengarnya bicara yaitu saat dia memberiku ucapan selamat ulang tahun, dan itu adalah setahun yang lalu. Kukira dia sudah bisu!! Wah, bagus kalau belum.
Baiklah! Tak ada waktu untuk membahas ini.
Aku memejamkan mataku, "Stop."
Kata mutiara bagi sang pengendali waktu, Kimberly Fern!
Saat waktu sudah berhenti, aku langsung pergi ke kelas 11 IPA 1, tentu saja dengan teleportasi, Val yang sudah berpegangan tangan dengan Zav, menggandeng tanganku, duhh.. jadi tidak enak.. kayak nyamuk gak sih?
Oh, kalian belum tahu ya?
Zav memang berpacaran dengan Val.
Sementara itu, Rylan memeluk Ruby agar dalam perjalanan yang secepat kilat itu, tulang Ruby tetap baik-baik saja.
Dalam sekejap, kita sudah sampai.
Wow...
Berantakan sekali.
Seisi kelas ini terlihat shock (aku tak tahu apa yang Claire perbuat, serius. Aku bahkan tak tahu kekuatan macam apa yang ia punya, sampai gorden kelas ini pun copot setengah). Mereka memandangi kita dengan tatapan kaget, seperti melihat hantu. Persis sekali.
"Maaf guys, atas apa yang terjadi." Zav melangkah maju, ia mengangkat tangannya seperti menenangkan para manusia yang gemetar ketakutan ini. "Maaf juga gordennya, nanti akan kami reparasi kok." tambahnya.
Aku memutar mataku, "Reparasi apanya." ujarku sambil mengangkat kedua tanganku.
Tangan kiriku berada tegak lurus dengan pandangan mataku, dan tangan kananku berputar di sekitar tangan kiriku membentuk lingkaran, aku memutarnya berlawanan arah jarum jam.
Ya, waktu.
Begitulah cara kerjanya.
Setidaknya jika aku mengatur waktu di lokasi kejadian, aku bisa memperkirakan suasana yang tepat untuk diulang.
Selagi waktu dimundurkan, aku bisa menonton reka ulang kejadian yang terjadi tadi. Begitu juga Val, Rylan, Ruby, dan Zav.
Aku membulatkan mataku. Kejadian saat Claire berubah.
Wooah!!!
Aku menoleh pada yang lain. Mereka semua menganga. Sama kagetnya denganku!
"T-telekinesis?" ujar Val pelan, tanpa mengalihkan pandangannya dari 'kejadian reka ulang' ini.
"Hanya satu di bumi..." Zav menimpali.
Aku ingin mengusap mataku tapi tak bisa (karena aku sedang mengatur waktu dengan kedua tanganku), memastikan apakah ini nyata? Seorang mutan dengan kekuatan telekinesis ada di sekitarku selama ini?!
Sulit dipercaya.
Aku benar-benar terkesima. Kekuatannya begitu besar.
Aku bahkan bisa bertaruh ia bisa menghancurkan satu kota dengan kekuatan telekinesisnya.
"Kim, jangan terlalu lama. Ingat, hukum alam." ujar Rylan menyadarkanku.
AH IYA!
Benar! Hukum alam! Aku akan jelaskan itu nanti.
Aku langsung memutar tangan kananku dengan cepat, mengembalikan waktu seperti semula. Saat perempuan--yang kalau tidak salah mengejar Jack mati-matian-- itu menghampiri Claire. Ralat, tapi sekarang Claire sudah tak ada (mungkin dibawa oleh Jack), karena Claire yang kita lihat tadi hanyalah dalam dimensi 'reka ulang', ini adalah dimensi yang asli. Realita.
"Ayo, kita semua pergi dulu!" Ujar Rylan, lalu mereka keluar dari kelas ini, hanya tersisa aku mutan sendiri di sini.
Aku menjentikkan jariku. Sedetik kemudian, waktu kembali berjalan. Manusia-manusia ini pun ikut bergerak.
Mereka menatapku bingung. Seolah mengatakan 'Mengapa tiba-tiba dia ada di sini?'
"Maaf, aku mau mencari Bu Tiffany," ujarku seraya menoleh ke kanan dan ke kiri, berpura-pura mencari wali kelas ini, "oh tidak ada di sini ya... ya sudah terimakas-"
BRAKK
Seseorang membuka pintu dengan kencang.
Ohh... jadi ini dia si perempuan itu. Kasar sekali, pantas Claire marah.
Aku memutar mata sebal, "Claire gak ada." ujarku malas.
Ia menatapku sinis, "Siapa kau?" ujarnya sambil menelusuri ruangan ini, mencari keberadaan Claire, "Dimana dia?!"
Aku mengerutkan alisku, menyebalkan orangnya ternyata.
Masa bodoh ah. Malas sekali aku berdebat dengan orang seperti ini. Buang-buang waktu.
Hargailah waktumu kawan! Jangan suka berdebat dengan orang bodoh!
Aku berjalan melewatinya dengan santai, lalu keluar kelas ini.
Sekilas sempat terdengar hentakkan kakinya kesal. Ih, seperti anak kecil saja.
Sampai di luar, koridor sudah sepi. Mungkin Val dan yang lain sudah pergi entah kemana.
Dan Claire pasti sudah bersama Jack di suatu tempat.
Aku menghela napas.
Saat kiranya memori itu ingin memasuki benakku, dengan segera aku menangkisnya jauh-jauh.
Sudah lah Kimberly.
Lebih baik, sekarang aku menjelaskan tentang hukum alam itu.
Hukum alam yang ini berbeda dengan yang dimiliki manusia biasa. Hukum alam ini adalah ketentuan untuk semua mutan dengan kekuatan sepertiku. Berhubungan erat dengan semesta. Hukum alam berjumlah 5 peraturan.
Pertama: Jangan menghentikan waktu lebih dari 30 menit.
Kedua: Jangan memutar waktu sampai lebih dari dua abad.
Ketiga: Jangan memberi tahu tentang masa depan kepada siapapun.
(Aku masih belum bisa melihat masa depan, umurku belum genap tujuh belas tahun, tapi sebentar lagi, kok!)
Keempat: Saat melihat masa lalu yang sudah sangat lama, misalnya satu abad yang lalu, kita tak boleh tinggal di dalamnya lebih dari dua jam.
(Aku juga masih belum memiliki yang ini.)
Kelima: Kita tak boleh memasuki dimensi paralel, walau kita bisa memiliki pengelihatan dengan akses penuh ke dalam dimensi paralel.
Ya, dimensi paralel memang ada. Kaget?
Tapi maaf, aku tak bisa mengatakan lebih jauh tentang itu. Karena itu adalah rahasia kami para mutan pengendali waktu. Bahkan teman-temanku tak ada yang tahu ini, jadi... kalian tahu kan harus apa?
Sssst.
○○○
[Claire's POV]
Astaga... mengapa tubuhku lemas sekali...
Mataku sulit untuk dibuka, aku merasa tak punya energi untuk bangun...
Sudah jam berpakah ini? Apakah sudah pagi? Kalau begitu aku harus pergi ke sekolah...
Tapi aku bersumpah, mataku masih tak bisa terbuka... bahkan tubuhku tidak mau bangun, lemas sekali.
Omong-omong, mengapa alas tidurku ini keras ya? Seperti bukan kasur..
Kurasa aku harus memaksa diriku untuk membuka mataku sekarang.
Satu..
Dua..
Aku harus bisa!
Tiga..
Perlahan, aku akhirnya bisa membuka mataku.
Baiklah aku memang tidak berada dikamarku, tetapi di-
KENAPA AKU BISA DISINI!?
Di taman?!
Ini taman belakang asrama, bukan?
Jadi sedari tadi aku tidur di bangku panjang taman ini?
"Jangan dipaksakan bangun."
Aku tersentak. Suaranya tidak familiar, sepertinya aku tidak pernah mendengarnya!
Tiba-tiba, datanglah seseorang dari belakangku, aku pun memperbaiki posisiku menjadi duduk.
APA!? BAGAIMANA BISA DIA DISINI!?
Jack si datar, bukan?
Oh ya ampun, aku sedang tidak mood melihat wajah datarnya.
"Mengapa kau di sini?" ralat-- pertanyaan yang tepat adalah, "Mengapa aku di sini?"
Alih-alih menjawab pertanyaanku, ia mengulurkan tangannya, memberiku sebotol air, "Istirahat dulu." jawabnya singkat, padat, dan tidak jelas.
Oh, baik juga. Tapi tetap tidak jelas.
Aku mengambil air itu. "Terimakasih, tapi mengapa aku di sini?" Tanyaku lagi.
"Jangan banyak bicara, istirahat dulu."
"Mengapa aku di sini?" ujarku yang membuat dia mengerutkan alisnya. Hahaa! Ya, perkenalkan! Namaku Claire Harlyn si 'aku kan bertanya terus sampai kau jawab'.
"Tadi kau pingsan."
Aku terbelalak. AKU PINGSAN?
"Kok bisa?!"
Ia menatapku datar, "Istirahat dulu, nanti aku ceritakan." ujarnya seraya menyilangkan tangannya. Ia sedari tadi berdiri sambil menyender pada ujung bangku taman ini, sementara aku duduk.
"Ish, ini kan aku sudah sambil istirahat! Ayo ceritakan, kok bisa?!" Aku akan menuntut penjelasan darinya terus menerus kalau ia tak mau bilang.
Ia menghela napas, "Tadi kau menggunakan telekinesismu, aku datang, lalu kau pingsan." jelasnya singkat dan menyebalkan.
E-EH?!
Oh ya ampun!!
Aku mulai teringat! Terakhir kali sadar, aku sangat marah saat si menyebalkan itu memutus-
Aku langsung meraba leherku, nihil. Kalungnya benar-benar terputus. Ah dasar!!
Sudah kuduga ini akan terjadi.
Telekinesisku memang akan keluar dengan sendirinya saat emosiku tar teratur, dan.. saat itu terjadi, itu akan merenggut seluruh kesadaranku... bahkan, aku tak pernah ingat apa yang kulakukan saat telekinesis itu menguasaiku.
Aku melihat Jack yang ternyata sudah duduk di sebelahku. Ia menatapku datar (memang tak pernah tidak).
"Kenapa?" Tanyaku ketus.
"Sudah mikirnya?"
Kuharap dia tidak bisa membaca pikiran seperti Val.
"Kenapa saat kau datang, aku bisa langsung pingsan?" Ya, itu cukup membingungkanku.
Kak Brian pernah bilang padaku, di AOM dulu, setiap kali aku kehilangan kendali atas kekuatan ini, aku harus disetrum dulu baru bisa pingsan. Bahkan orang yang menyetrumku ikutan pingsan.
Tapi tenang saja! Memang sih kedengarannya kejam, tapi aku tak terasa apapun kok!
Aku menoleh pada Jack. Ia masih belum menjawab pertanyaanku. Keningnya berkerut, ia memandang ke bawah, seperti sedang memikirkan sesuatu. "Karena matamu berubah."
"Mataku berubah... begitu kau datang?" tanyaku tak kalah bingung.
Ia mengangguk, lalu mengalihkan pandangannya padaku, ia menatapku lekat-lekat, masih dengan raut bingungnya. Manik hitamnya mengkilap seperti langit malam dengan bintang-bintang di sekitarnya. Membuat irisku terkunci dengannya sepersekian detik. Tanpa aba-aba, benakku menyadarkanku dengan cepat. Ia melakukan hal yang sama, ia menatap lurus ke depan, "Aku tak tahu mengapa..." ujarnya pelan.
"Tapi kurasa-"
"Haii!"
Aku dan Jack menoleh ke belakang, ada Zav, Val, Ruby, dan Rylan entah datang darimana.
"-- eh maaf ganggu" ujar Ruby sambil meringis.
Aku membulatkan mataku, "Eh? Gak kok! Sini!" Ucapku sambil menepuk-nepuk tempat kosong di sebelah kananku. Tiba-tiba Jack langsung berdiri dari tempatnya (yang di sebelah kiriku), lalu mengusap tenguknya. Ia menghampiri Zav dan Rylan.
"Eum, Claire... sepertinya kamu masih butuh istirahat, biar Zav mengantar kamu ke lobby asrama, ya?" ujar Val dengan senyumannya.
"Gak usah deh, udah gak apa-apa kok, hehe."
Sebenarnya memang sudah tidak terlalu terasa lemas lagi seperti tadi.
"Benar gak apa-apa?" Tanya Rylan dengan raut wajah khawatir.
Aku tersenyum, "Iya."
Setelah itu, Val dan Ruby menggandeng kedua tanganku, mungkin mereka takut aku terjatuh, oke... ini agak berlebihan.
Aku sudah dijelaskan mengapa Kimberly tidak ada, ia sedang mengatur waktu kan? Ya, pantas saja waktu di sekitarku sekarang bergerak mundur.
"Terimakasih ya... Val, Ruby, aku sudah bisa sendiri kok." ucapku ketika sudah sampai ambang pintu kelasku.
"Benar bisa?" tanya Val.
Aku tersenyum lalu mengangguk meyakinkan.
Ruby melirik ke dalam kelasku. Ia menyipitkan matanya tajam (seolah akan menerkam siapa saja yang menggangguku) lalu kembali melihatku, "Kalau ada apa-apa bilang yaa."
"Jangan sampai tidak lhoo!" Ujar Val menimpali.
Aku terkekeh, mereka pasti mengetahuinya dari Jack. "Iyaa-iyaa tenang saja nanti kalau ada apa-apa, aku bilang."
"Okay, aku balik yaa!" Val melambaikan tangannya, diikuti Ruby yang berjalan dibelakangnya. Aku membalas melambaikan tangan pada mereka.
Setelah punggung mereka sudah tak terlihat dari belakang, aku pun masuk ke kelas, lalu duduk di kursiku. Dan kebetulan sekali waktunya sudah selesai diatur, sudah kembali seperti semula.
Baiklah... ini menjadi normal lagi. Itu berarti tidak akan ada kejadian tadi.
Tentu saja karena aku akan menghindari perempuan itu jika ia datang nanti.
"Kim masuk, semuanya sudah normal."
"Terimakasih banyak Kim, maaf merepotkan." ucapku berbisik sangat pelan, tetapi aku yakin terdengar.
"Sama-sama, ini gak merepotkan sama sekali, santai saja." balas Kimberly.
"Ruby masuk, semua baik-baik saja." kata Ruby.
"Lanjutkan rencana kita." Ujar Rylan.
Bersyukurlah aku karena sudah bisa mengenali suara mereka, kecuali Zav yang belum pernah kudengar suaranya.
"Sepertinya ada yang aneh.." Aku bersuara lagi.
"Kenapa Claire?" Ujar Val.
Aku menatap kursi di sebelahku yang kosong, "Alexa belum kembali."
Hening.
"Kurasa memang ada yang gak beres dengan Alexa." Kimberly menyahut.
"Nancy juga belum kembali."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 81 Episodes
Comments