[Claire’s POV]
"Nanti malam kita akan meeting untuk membahas suatu rencana." Ujar Jack tiba-tiba.
Omong-omong, nada suara nya kali ini lumayan serius.
Rencana? Rencana apa?
"Sudah kuduga.” Gumam Kim di sebelahku.
Tentang apa, ya?
○○○
Setelah kurang lebih dua puluh menit aku merebahkan diri di kasurku (Aku tak tahu Nancy kemana, kalau Val, tadi ia masih berbincang dengan Kim), pintu kamarku terketuk dari luar, aku segera menyahut, "Masuklah, Val".
Tentu saja, siapa lagi?
Dan munculah sosok Valerie dengan seulas senyum ramah yang biasa ia tunjukkan. "Hai!" sapanya seraya meletakkan tasnya di samping meja belajarnya.
"Hai juga, Val."
Aku memikirkan tentang ucapan Jack tadi, membahas rencana? Untuk apa? Biasanya bukankah membahas rencana itu hanya dilakukan pagi-pagi sebelum ke sekolah? Apa ada yang penting? Mungkin aku akan menanyakannya kepada Val.
"Pertama, aku gak tahu pasti tentang itu, tetapi sepertinya nanti malam kita akan menyusun rencana untuk acara HUT sekolah nanti." Ujar Val.
Belum sempat bertanya ia sudah menjawabnya. Tak perlu bertanya kenapa.
Kenapa sepertinya membuat rencana untuk acara HUT itu penting sekali? Bukankah hanya acara biasa?
"Kedua, kalau benar akan membahas itu, berarti pentingnya rencana itu bahkan lebih penting dari kelulusanku... mungkin juga kelulusanmu." ujarnya seraya mengambil satu setel baju santai untuk menggantikan baju seragamnya.
Baiklah berarti ini penting sekali. Karena yang dimaksud Val, bukan kelulusan di IHS ini, melainkan di AOM.
"Okee." ucapku mengerti.
"Aku mandi dulu, ya." ucapnya seraya tersenyum, lalu masuk ke kamar mandi.
Aku lupa bertanya 'memangnya ada apa sih dengan acara itu?'
Tapi sayangnya mataku terasa berat, sepertinya aku terlalu letih hari ini.
Oh Tuhan! Jangan bilang hanya karena healing yang hanya memakan waktu sekitar 5 menit itu!
Payah sekali kekuatanku! Sedikit-sedikit melemah... huh, payah!
Sibuk berdebat dengan kekuatan payahku itu, sampai Val sudah keluar dari kamar mandi.
Sayangnya, saat aku ingin bertanya, mataku sudah menolak untuk itu, ketika Val menoleh kearahku, aku hanya merasakan.. gelap.
○○○
"Hei! Claire bangun!"
Suara Val.
Kurasa ada yang menepuk-nepuk bahuku lembut. Tapi mau se-lembut apapun tetap saja mengganggu tidur siangku.
"Ayoo!!"
"Aaaw!" Aku terlonjak kaget ketika Val (sepertinya) mencubit pipiku.
"Akhirnyaa… bangun juga." ujar seseorang yang sedang duduk di kasur sebelahku, hm… aku tidak bisa melihatnya dengan jelas, biarkan aku duduk dan mengumpulkan kesadaran sebentar.
Baiklah kurasa sudah, aku melihat orang yang tadi-
"Wah, Nancy!? Kok sudah disini?" ujarku kaget.
"Claire, kamu sudah tidur enam jam loh!” Val berdecak, lalu menggeleng-gelengkan kepalanya.
Nancy tetap tak menjawab pertanyaanku.
"Hai Putri Aurora! Sudah bangun? Hahaha." Ujar Nancy.
Eh?
Kalau sudah enam jam…
Saat aku pulang sekolah sudah jam 2 sore…
Berarti sekarang..
Pukul 20.00 malam?!
Aku langsung menoleh ke arah Val yang rupanya sudah memelototiku sedari tadi, memberiku kode agar cepat berjalan dan langsung ke-
AH IYA!
Aku berlari secepat cheetah (yang nyatanya masih jauh lebih buruk dari larinya Rylan) ke kamar mandi dan selesai mandi dalam 5 menit.
Aku langsung berlari ke arah pintu kamar.
"Claire..." ujar Val masih di tempat yang sama dengan 5 menit yang lalu, berdiri di sebelah kasurku sambil memutar matanya.
Kenapa sekarang dia yang lambat?
Saat itu juga dia yang sudah rapih dengan setelan yang cocok untuknya, langsung bergegas menyusulku.
"Nancy, aku duluan yaa." ucapku dan Val bersamaan sebelum ia menutup pintu kamar kita yang akan otomatis terkunci sendiri.
Setelah itu kita berlari ke arah lift.
Di sela-sela suara sepatu kita berdua yang menurutku sedikit berisik (karena kita berlari) Val melirikku sekilas, "Aku gak lambat, ya." seraya menyipitkan matanya berpura-pura sinis.
Aku terkekeh, ia membaca pikiranku di waktu yang tepat tadi, dan aku ketahuan, hahaha.
Saat sudah sampai di lift, aku menekan tombolnya dan kami berdua hening, hanya terdengar suara letih napas kami berdua setelah berlari.
"Val, apa yang kamu katakan pada Nancy saat membangunkanku?"
"Anak ini tidurnya pulas , ck ck ck.." ujar Val seraya mempraktekkan gaya bicaranya.
Aku menatapnya datar, "Bukan, bukan itu."
"Tentang pertemuannya." lanjutku.
"Hahaha.” Ia melihat angka lantai pada lift ini, “Aku bilang padanya kalau kita akan ke minimarket di dekat IHS untuk membeli keperluan pribadi."
Sedikit tega memakai alasan itu tetapi tak mengajaknya, apa boleh buat.
"Lalu apa katanya?"
"Dia mau ikut, niatnya mau menggantikan kamu yang sedang tertidur, tapi aku bilang ‘gak apa-apa, Claire sebentar lagi juga bangun’, dan semenit setelahnya kamu bangun."
"Okee, omong-omong, maaf aku terlambat bangun tadi, meeting-nya jam berapa? Hehe."
"Gak apa-apa, jam 7 tadi."
Aku terbelalak kaget.
"MAAF VAL, KITA JADI TERLAMBAT!" Aku langsung menarik tangannya dan berlari sekuat tenaga, cheetah mungkin akan kalah denganku (tapi tetap lebih buruk dari Rylan).
"Claire."
Bagaimana kalau kita dimarahi Kim dan yang lainnya (Kim bisa berubah menjadi tegas tanpa diperkirakan!).
"Claire.."
Aku tidak bisa membayangkan bagaimana kalau aku dipecat-maksudku, di-drop out dari AOM karena ini?
"Claire!!"
Aku menghentikan lariku.
"E-eh? Kenapa? Sekali lagi maaf yaaa."
Dia berusaha fake smile tetapi malah menjadi seperti ini :")
"Claire, bukan itu masalahnya.."
Aku menunggu Val melanjutkan.
"Kita sudah berlari sejauh seratus meter. Tapi memangnya kamu tahu dimana tempatnya?" ujarnya dengan fake smile yang amat lebar.
Sepertinya, kalau aku bukan temannya sekarang, pasti dia sudah mengacaukan memori dan pikiranku, sehingga saat kembali nanti, Nancy akan menyernyit heran mendengarku berbicara aneh dan berperilaku seperti orang gila.
"Eumm.. hehe, gak tahu.."
"Zav tolong kesini, aku butuh bantuanmu." ujar Val yang lebih terdengar seperti berbisik. Tapi aku tahu sedari tadi dia tak menyalakan earzoom di antingnya.
Hei! Itu telepati, kan?
Lalu apa gunanya earzoom kalau begini?
Ah! Jika memang benar itu telepati, hanya Val yang bisa menyampaikan pesan, orang lain tak bisa membalasnya. Yah, kurasa sekarang aku lebih melihat sisi berguna dari earzoom walau sedetik yang lalu aku menganggap benda di daun telingaku ini tak ada gunanya.
"Di ruang rapat AOM." Val tiba-tiba berbicara padaku.
Oh..
"Apakah kamu bertelepati tad- APA!? AOM!?"
Jarak AOM ke perkotaan di sini cukup jauh, bahkan bisa menempuh waktu 3 jam! Dan malam-malam seperti ini aku dan Val akan menghabiskan waktu 3 jam untuk kesana!?
Bagaimana bis-
"Hhh… Claire, itu mengapa aku memanggil Zav kesini." Ujarnya dengan nada lelah (apa dia lelah menghadapiku?).
Ah ya! Benar! Karena itu Zav dipanggil, kan? Val pintar sekali ya.
"Hei." Ujar seseorang dari belakangku dan Val.
Oh, Zav rupanya.
Val merapatkan tubuhnya dengan Zav, mereka berpegangan tangan. Ah! Mereka cocok sekali jika disandingkan!
Val menggandeng tanganku dan menariknya sedikit agar lebih mendekat kearah mereka berdua.
Aku tak sengaja melihat wajah Val yang memerah, tetapi ditutupinya dengan wajah sok polos, padahal sebenarnya berbunga-bunga.
Hahaha maaf Val, aku tahu kamu begitu karena membaca pikiranku tadi, kan? Kalian memang cocok!
"Zav cepat." Ujarnya dengan kepala tertunduk (yang kuyakini tertunduk malu, karena ia terus-terusan membaca pikiranku).
Tak ada balasan dari Zav, tapi jujur aku sangat antusias ingin melihat proses teleportasinya, karena aku belum pernah mencoba ini! Tetapi saat aku berkedip, malangnya nasibku… kami sudah sampai di luar ruangan rapat AOM. Yang sudah jelas kita sudah di dalam gedung AOM sekarang. Ah! Seharusnya aku tidak berkedip tadi, aku benar benar ingin tahu apa yang terjadi!
"Terimakasih ya." Ujar Val dengan datar pada Zav.
Alih-alih memasang wajah datar juga, Zav menjawabnya dengan seulas senyuman hangat.
Woah.. senyuman dari seorang Zav yang selama ini raut wajahnya hanya datar saja, 11/12 seperti Jack.
Andai aku bisa membaca pikiran Val sekarang, pasti isinya kata-kata seseorang yang habis memenangkan lotre, karena senyuman Zav yang hanya ditunjukkan kepada Val itu, ditambah wajah Val yang sudah merona menjelaskan semuanya.
"Claire, ayo masuk." Ujar Val yang seharusnya disampaikan jika ia mengajaku masuk kedalam bersama, tapi dia masuk duluan (mungkin wajahnya sudah seperti kepiting rebus jika tak masuk kedalam).
"Hei,” aku menoleh ke arah lelaki berdarah korea ini, “aku mendukungmu dengannya, kalian cocok." ujarku pada Zav yang senyumannya telah berubah menjadi seringaian, seolah diam-diam ia mengetahui kalau Val sedang tersipu malu.
"Ya, aku tahu." Ujarnya sambil tersenyum tipis melihat Val yang sedang berjalan masuk.
Sungguh jawaban yang tak terduga dari seorang Zav.
Ia menoleh padaku, "Mau tunggu di sini sampai Jack menjemputmu?" ujarnya dengan seringaian aneh.
"Hah? Maksudnya?"
Kenapa jadi Jack? Si datar menyebalkan itu?
Sebenarnya kata-katanya tidak selalu menyebalkan, tapi raut wajahnya yang selalu begitu membuatku bergidik ngeri, karena hanya dengan raut datarnya itu, terpampang jelas sifat tegas di wajahnya.
Zav menunjuk pintu ruang rapat di depan kita saat ini dengan tatapan matanya, seolah menyuruhku agar cepat masuk tanpa banyak berpikir.
Baiklah, baiklah. Aku masuk.
Ketika aku masuk, yang pertama kali kulihat adalah Kim, ia menopang dagu dengan wajah datar kearahku.
Lalu tatapanku beralih ke sebelahnya, terdapat Val yang masih menundukkan kepalanya dengan seulas senyuman yang ia tahan. Dan disebelahnya-
"Ruby!?"
Aku langsung berlari ke arahnya. "Maafkan aku Ruby, selalu membuatmu kesakitan."
"Ahahaha, sudah lah gak apa-apa, santai saja. Ayo duduk." ujarnya seraya terkekeh dan menepuk-nepuk kursi rapat di sebelahnya.
"Maaf juga terlambat.." Ujarku dengan cengiran, tidak enak kepada semua orang disini.
Lalu aku duduk di sebelah Ruby dengan kaku.
Mau tahu kenapa? Di seberangku terdapat Jack yang sedari tadi melihatku dengan tatapan mengintimidasi. Mau tahu kenyataan apa yang lebih mengerikan? Dia adalah pemimpin tim agen ini.
Astaga, aku tidak enak terlambat satu jam seperti begini..
"Oke, ayo kita mulai meeting-nya." ujar Jack.
"Yup, pertama, sepertinya Claire harus tahu sesuatu.” Kim menatapku datar.
Aku menoleh pada Kim. "Apa itu?"
"Di acara itu, si penjahat akan banyak memakan korban, jadi, kita harus melindungi semua orang yang ada di situ, kalau bisa, temukan si penjahat itu." ujar Kim.
Si pencuri chip itu memakan orang-orang!? Apa dia kanibal!?
Oh Tuhan! Kenapa aku tiba-tiba jadi takut begini!?
Yang kutahu, nyaliku cukup kuat untuk menghadapi dua atau tiga orang bersenjata, tetapi tidak dengan seseorang yang kanibal.
Dug dug dug
Suara meja?
"Astaga Val!? Kenapa!?"
Aku terbelalak kaget melihat Val menjedot-jedotkan kepalanya ke meja.
"Kim tolong, aku mau nangis sekarang.."
"Ehh?? Kamu kenapa Val?" Ujar Kim kaget. Ia memegangi bahu Val berniat menghentikan aksi anehnya.
Tiba-tiba Val menoleh ke arahku dengan senyum miris.
"Bukan begitu Claire, maksudnya, si penjahat itu akan menyerap energi orang banyak nanti… karena di acara besar seperti ini adalah waktu yang tepat baginya untuk menyerap energi sebanyak mungkin. Jadi, akan banyak korbannya." jelas Val.
Oh, begitu maksudnya..
Eh, Val membaca pikiranku, ya?
"Oohh… begitu, ya." Ujarku dengan cengiran asal.
Lalu Ruby bertanya kepada Val tentang apa yang terjadi melalui bisikkan, lalu Val mengatakan apa yang di pikiranku tadi, mungkin(?) Karena aku hanya menebak dari gaya bibirnya dan raut wajahnya yang seolah pasrah denganku. Haha, maaf.
"Oke, sekarang kau sudah mengerti, kan?" Tanya Rylan.
"Sudah kok." jawabku mantap.
Baiklah, jadi itu masalahnya.. si pencuri chip itu-kurasa namanya terlalu panjang, mulai sekarang akan kusebut Kancil (karena sama-sama suka mencuri) menyerap energi manusia, dan biar kutebak, itu untuk membangkitkan energinya dan mempercepat penyembuhan luka apapun pada tubuhnya, kan?
Cih, sangat egois.
"Back to the topic, jadi, kita akan berpencar kan?" Tanya Zav menoleh ke arah Jack dengan maksud agar ia menjelaskannya lebih lagi.
"Ya, kita akan berpencar dari arah yang berbeda-beda." ujar Jack seraya menyalakan tablet hologram yang diletakkan di atas meja di depannya, lalu muncullah sinar hologram itu.
Yup, inilah teknologi. Keren, mempermudah semuanya.
Di hologram itu, terpampang jelas gambar seluruh gedung HIS beserta ruangan-ruangannya.
"Kita akan berpencar dari 4 arah." Ujarnya.
"Karena jumlah total kita ada 7 orang, masing-masing arah, ada dua orang, kecuali satu orang, tapi dia akan bawa lebih banyak senjata."
Aku mengangguk paham, kira-kira siapa orang itu?
"Partner ini kutentukan dilihat dari sisi simbiosis mutualisme." Lanjutnya.
Jujur, ini adalah hal yang baru bagiku untuk mempraktekan membawa senjata untuk berjaga-jaga langsung, dulu, di AOM hanya sekedar simulasi memakai senjata.
"Di arah utara, Claire berpartner denganku, Di arah timur, Ruby berpartner dengan Rylan, karena kalau terjadi sesuatu dengannya, Rylan bisa langsung bertindak. Di arah barat, Zav berpartner dengan Val, karena kalau kalian berdua bekerja sama, bisa mengepung banyak orang, dan di arah selatan, Kim dengan belatinya dan senjata tambahan."
APA!? Bukankah dilihat dari simbiosis mutualisme!? Lalu apa keuntungannya berpartner dengannya!?
"Earzoom sebelah kanan akan di-setting ulang supaya hanya tersambung ke partner masing-masing, dan earzoom kiri di-setting khusus supaya tersambung dengan Kimberly."
Aku bisa stres karena berbicara sendiri dari earzoom kananku, karena mau sepanjang-lebar apapun ucapanku, tak akan ada jawaban.
"Gimana? Ada yang mau nanya? Kimberly tak apa?" Tanyanya.
"Oke, gak ada masalah." jawab Kim, Jelas tak masalah baginya, dengan tangan kosong saja dia mungkin sudah bisa melumpuhkan dua atau tiga orang.
"Sepertinya, semua setuju." ujar Ruby disertai anggukan dari yang lain.
"Tunggu, aku mau Tanya." ujarku seraya mengangkat tanganku.
"Apa?" Ujar Jack.
"Kalau didasarkan simbiosis mutualisme, kalau begitu apa untungnya aku berpartner denganmu?"
Ups..
Apa aku terlalu ketus?
"Maksudku, tolong jelaskan simbiosis mutualismenya." ucapku dengan menyesal telah mengatakan yang itu tadi.
Aku takut dipecat jujur saja. Apalagi aku sudah terlambat satu jam tadi.
"Oh ya! Keputusanmu membagi partner kita disertai alasan, tapi kenapa tak ada alasan berpartner dengan Claire?" Tanya Val menatap Jack dengan seringaian aneh, kenapa dia?
Tapi aku setuju dengan pertanyaannya.
Jack membalas tatapan Val dengan raut wajah datar. Huh! datar, datar dan selalu saja datar!
Saat aku menoleh pada Kim, raut wajahnya seperti sedang teringat sesuatu. Tiba-tiba dia menatap Jack, seolah tahu mengapa Jack tidak menjawab sampai sekarang.
[Kimberly’s POV]
"Oh ya! Keputusan membagi partner kita disertai alasan, tapi kenapa gak ada alasan berpartner sama Claire?" Tanya Val.
Haha!
Kurasa Jack menetapkan itu tanpa alasan agar ingin dekat dengan Clai-
Eh- Tunggu.
Oh ya ampun! Aku tahu kenapa!
Karena, saat Claire lepas kendali karena telekinesisnya, satu-satunya orang yang bisa meredakan amarahnya hanya Jack.
Kurasa Jack tidak menjawab karena ia tidak mau Claire tahu bahwa saat ia sedang lepas kendali, dia bisa melukai orang, seperti kejadian yang lalu-lalu.
Sebenarnya menurutku, seburuk apapun itu, mau tidak mau, Claire nantinya harus mengetahuinya, agar dia lebih menjaga amarahnya dan mengetahui dampak dari telekinesisnya yang masih belum bisa dia kendalikan ini.
Tapi aku tahu, maksud Jack hanya ingin menjaga perasaan Claire. Aku sendiri tidak bisa membayangkan betapa terkejut dan sedihnya dia jika mengetahui kekuatannya yang diluar batas dan bisa melukai orang itu.
Padahal, telekinesis bisa menjadi kekuatan yang luar biasa berguna jika sudah bisa mengendalikannya.
Oke, kembali ke pembicaraan tadi.
"Hei, omong-omong aku ingin bertanya." ujarku memecah keheningan sekaligus mengalihkan topik.
Dan semua arah mata tertuju padaku.
"Kalau Ruby melemah lagi, lalu Rylan membawa dia ke AOM, siapa yang menggantikan mereka berdua di sisi timur?"
"Zav yang menggantikannya." jawab Jack singkat.
"Ada baiknya kau menjaga partnermu sebaik mungkin, Jack." Ujar Rylan tegas.
Aku tahu, secara tidak langsung Rylan seolah berkata 'Jaga baik-baik Claire, karena jika dia sakit, Ruby akan merasakan lebih sakit darinya'.
Sungguh penuturan yang bagus.
"Hah?" Ujar Claire bingung karena merasa disebut. ( 'partner Jack' )
"Maksudnya, para lelaki harus menjaga partnernya dengan baik." ujarku agar Claire tidak bingung.
Hening sesaat.
"Walau acaranya masih tiga hari lagi, aku akan memberikan perlengkapannya sekarang." ujar Jack memecah keheningan.
"Silahkan diambil." Lanjutnya.
Tak menunggu lama, aku menempelkan ke-lima sidik jariku di atas meja di sisi depanku. Tak lama kemudian muncul laci berukuran 30×30 cm di bawah sisi meja yang kutempelkan sidik jariku tadi.
Laci itu terbuat dari besi (yang entah untuk apa) dan berisi pistol, belati, jam tangan yang terdapat kamera pengintainya, pulpen perekam suara dan-
ASTAGA!!
JAGDKOMMANDO!
Ya ampun aku terharu…
Senjata tajam paling mengerikan di era ini!
Aku menoleh ke arah Jack yang sedang duduk di kursinya, berniat berterimakasih kepadanya, tapi dia sedang tersenyum memperhatikan Claire yang takjub melihat peralatannya.
Aku melihat senyuman hangat Jack yang jarang sekali ia tunjukkan, dan ia hanya menunjukkannya kepada Claire.
Aku menoleh ke sebelahku yaitu Val. Kulihat peralatannya, dan semuanya hampir sama denganku, hanya saja tak ada pistol dan jagdkommando.
Aku menoleh ke sebelahnya lagi dan melihat Ruby dan peralatannya, ada pistol tapi tak ada belati dan jagdkommando.
Kurasa Jack hanya memberi pistol kepada Ruby (dan aku, tetapi karena itu pengganti partner buatku, kan?) Karena Ruby bisa menyamarkan suara tembakan dengan supersoniknya jika memang harus menembak.
Aku sendiri sepertinya tidak akan menggunakan pistol, karena dengan menghentikan waktu, aku tetap saja tidak bisa menyembunyikan suara tembakkannya nanti ketika waktu berjalan kembali. Mengerti, kan?
"Oke, terimakasih." ucapku disusul ucapan terimakasih dari yang lainnya.
"Lebih berhati-hati dan tetap waspada karena penjahat itu gak mungkin sendirian nanti." ujar Zav.
[Author’s POV]
Di tempat lain
00:00
Mereka duduk dengan situasi hening.
Menunggu seseorang berbicara.
“Baiklah.” Akhirnya ia membuka suara. “Aku memperbolehkan kalian menundanya, tapi ingatlah perjanjian kita…”
“… maka dari itu, saat kita bertemu lagi di tempat yang sudah kutentukan, kalian sudah harus siap.”
Pria itu diam-diam menggertakan giginya. Manik matanya mengisyaratkan kebencian pada orang itu.
Ia tak tahu pasti mengapa ia merasa kesal, yang pasti… ia merasa ada sesuatu dalam dirinya yang menolak.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 81 Episodes
Comments