Ternyata Jody mengaktifkan aplikasi pelacaknya, dia sudah menghubungkan IMEI ponsel Jovanka ke ponselnya, sehingga kemanapun Jovanka pergi ia akan tahu dimana itu, Jody tersenyum karena tahu kalau Jovanka masih berada di perusahaan yang artinya gadis itu makan di kantin karyawan.
***
"Kau yakin tidak ingin makan diluar?" tanya Aiden ketika mereka sedang mengantri.
"Iya, tidak perlu. Aku tidak ingin terlambat masuk, pekerjaanku benar-benar menumpuk," jawab Jovanka.
"Aku mengerti,"
Sebenarnya jarak perusahaan Aiden dan Jovanka tidak terlalu jauh, karena itu ia menyempatkan diri datang mengajak temannya itu untuk makan siang karena ia sebenarnya memang ingin melihatnya juga.
***
Jovanka kembali ke ruangan Jody dengan sebuah bungkusan di tangannya setelah ia makan dengan Aiden, Jova tahu jika pamannya itu pasti belum makan.
Benar saja, saat Jova masuk kedalam ruangan, Jody masih terlihat di kursinya dengan laptop yang menyala, tatapannya terus tertuju pada layar laptop.
"Paman, aku bawakan makan siang! Istirahatlah untuk makan terlebih dahulu," kata Jovanka.
"Taruh dulu saja, setelah semuanya selesai, aku akan makan," kata Jody yang tatapannya tak teralihkan dari layar laptop.
Jova menghela napas, ia kemudian membawa bungkusan yang ia bawa ke meja Jody, jova berdiri di belakang meja Jody, bersebelahan dengan tempat Jody duduk namun dengan posisi yang menyender di sisi meja dan menghadap kepada Jody.
"Buka mulutmu!" perintah Jovanka yang tangan kanannya sudah siap menyuapi Jody.
Mendengar perintah Jova, Jody pun mendongakkan kepalanya melihat ke arah gadis di depannya itu, dengan sedikit senyum ia membuka mulutnya.
Jova menyuapi pamannya itu, karena ia tidak ingin jika paman kesayangannya itu tidak makan siang hanya karena terlalu fokus dengan pekerjaannya.
Jody terus membuka mulutnya meski tatapan matanya terus tertuju pada layar laptop, sedangkan Jova tampak terus menyuapi pamannya itu hingga makanan yang ia bawa habis, tak lupa Jovanka juga membuka botol air mineral yang ia bawa agar Jody tinggal meminumnya.
"Terimakasih," ucap Jody ketika dia selesai minum.
Jova kembali ke mejanya setelah Jody selesai makan, ia kemudian mulai melakukan pekerjaannya lagi.
Jody sedikit melihat ke arah gadis kesayangannya itu, terlihat seulas senyum bersarang di bibirnya, ia merasa senang karena Jova ternyata peduli dengannya.
***
Disisi lain Aiden sudah sampai di ruangannya, ia menggantung jasnya di sandaran kursi, sambil duduk Aiden menggulung ujung lengannya ke atas.
Ia siap dengan pekerjaan yang sudah menantina, hingga sebuah Surel masuk ke email-nya. Aiden tampak begitu fokus melihat isi surel itu, kemudian raut wajahnya berubah, tangannya ia gunakan untuk menyangga dagunya, matanya terus menatap layar laptopnya.
"Kenapa? Kenapa?" kata itu yang muncul dari bibir Aiden.
Layar ponsel Aiden tampak berkedip, sebuah pesan chat masuk kedalam aplikasi chatnya
[Aku sudah melakukan apa yang kau suruh, jangan lupa transfer uangnya, aku butuh]
Isi pesan itu, Aiden kemudian mengetik sebuah pesan untuk membalas pesan yang dikirimkan kepadanya.
[Oke! Aku akan segera mentransfernya, tapi tolong tetap pantau untukku]
Selang beberapa saat, muncul lagi sebuah pesan balasan.
[Heh! Emang aku kurang kerjaan apa! Jika bukan kau yang minta, ogah aku melakukan ini]
Membaca pesan balasan itu membuat Aiden tersenyum, kemudian ia mulai mengetik untuk membalasnya.
[Uangnya sudah aku transfer, terimakasih karena sudah membantuku, You'r the Best]
Setelah mengirimkan balasan chat itu, Aiden hanya mendapat balasan emoji yang membuatnya tertawa. Aiden kembali menatap layar ponselnya, ia masih terlihat berpikir.
***
Jody tampak berjalan di koridor menuju ruangannya, ia baru saja kembali dari bagian administrasi untuk mengurus sesuatu hingga ia berpapasan dengan Alice.
Tidak heran jika wanita itu berada disana, bagaimanapun sebagai salah satu pemegang saham ia berhak mendatangi perusahaan itu sebagai dalih untuk bisa melihat Jody.
"Hai," sapa Alice ketika bertemu Jody.
Jody hanya memasang senyum sekilas dan hendak melanjutkan langkahnya. Namun Alice langsung menghadang Jody.
"Ada apa?" tanya Jody.
Gadis yang terlihat tidak lebih tinggi dari Jody itu tampak sedikit mendongakkan kepalanya agar bisa melihat wajah Jody, dengan senyuman di bibirnya.
Alice sadar jika Jovanka muncul dari arah belakang Jody, dengan sengaja Alice sedikit berjinjit serta mendekatkan bibirnya ke arah telinga Jody.
"Papa mengundangmu untuk makan malam, malam ini! Dia sangat berharap kau datang, karena dia juga ingin membicarakan masalah bisnis," bisik Alice ketelinga Jody, namun matanya terus mengarah pada Jovanka yang tampak terdiam di posisinya berdiri.
Jody sedikit terkejut ketika Alice berbisik jika hanya untuk mengatakan hal itu, yang lebih membuatnya terkejut lagi ketika Alice mengecup pipinya.
Melihat Pamanmu yang tampak berciuman jika dari sudut pandangnya, Jovanka pun memilih untuk berbalik pergi dari arah yang seharusnya ia tuju.
Alice tersenyum puas melihat ekspresi Jovanka yang terlihat marah, ia kemudian kembali ke posisinya berdiri.
"Jika ingin mengatakan sesuatu katakan saja, tidak perlu berbicara dengan jarak sedekat itu dan juga kenapa kau mencium pipiku?" protes Jody seraya mengelap pipinya.
Alice memang sengaja ingin membuat Jovanka cemburu dengan mencium Jody, terlihat senyum licik di wajahnya.
"Aku suka melakukannya, bukankah kau tahu kalau aku menyukaimu sejak lama," kata Alice yang penuh dusta meski di bagian dia menyukai Jody itu benar.
Jovanka kembali ke ruangan Jody, ia melihat Jody yang tengah menelfon seseorang dengan posisi berdiri menghadap ke arah luar jendela kaca, terlihat senyum yang terus mengembang di bibirnya.
Jovanka langsung begitu saja duduk di kursinya, kemudian tangannya tampak sibuk mengutak-atik keyboard laptopnya, karena penasaran ia sedikit menajamkan pendengarannya agar bisa mendengar apa yang di bicarakan pamannya di telefon.
"Tentu ... tentu saya akan datang, saya yang merasa terhormat karena mendapat kesempatan untuk bisa bertemu dengan Anda," sekilas itulah yang Jovanka dengar.
Jovanka tampak memegang pulpennya erat, tampak raut kesal di wajahnya ia mengingat perkataan Alice beberapa waktu yang lalu di dalam toilet wanita.
Jovanka baru saja membasuh wajahnya di wastafel setelah melihat adegan ciuman yang tidak ingin dia lihat, gadis itu menatap dirinya dalam pantulan cermin.
"Memangnya siapa aku! Bukan hakku juga melarangnya mau berhubungan dengan siapa, bodohnya kau Jovanka, apa yang kau pikirkan?" gerutu Jovanka memaki dirinya sendiri dalam hati.
Kini Jovanka merasa jika pamannya selalu menuruti keinginannya karena tidak ingin dia marah, dia sadar betapa bodohnya dia yang menganggap jika pamannya akan selalu memberikan apa yang dia inginkan hingga ia sendiri lupa dengan kebutuhan hidup pamannya, sampai pamannya menyembunyikan semua perasaan yang diinginkan demi Jovanka, setidaknya itulah yang dipikirkan Jovanka tentang pamannya.
Tanpa Jovanka sadari Alice sudah berada di sampingnya, ia mengeluarkan lipstik dari clutch yang ia bawa, seolah mengisyaratkan jika ia sedang membetulkan warna bibirnya.
"Betapa senangnya aku," ungkap Alice.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 225 Episodes
Comments
Just Rara
duh tu si alice kayak ulat keket aja🙄🙄
2022-04-03
0
Andriea Andrianshah
Mak lampir....
2021-06-27
0
Aish🍿ᗰՏᖴ🍿᯽ℒ𝓊𝒸𝒶𝒾𝓂❦︎🍆
mak lampier😤😤
2021-04-27
1