Jody dan Jovanka sudah berada di ruangan mereka, hari itu mereka tampak sibuk. Jovanka yang benar-benar fokus bekerja untuk perusahaan keluarganya pun tidak semata-mata mengabaikan apa yang harus dia kerjakan.
"Jo! Pilah berkas ini sesuai tanggal ya!" pinta Jody yang menyerahkan setumpuk kertas penuh dengan informasi perusahaan ke meja Jovanka.
Namun pria itu tidak melihat ke arah Jovanka karena mata yang memakai kacamata baca itu tengah fokus dengan berkas lain yang ada di tangan satunya.
"Iya," Jovanka menerima berkas itu, sama seperti Jody matanya terus tertuju ke layar laptop yang ada di depannya.
Langkah Jody yang ingin kembali ke mejanya terhenti ketika ia menengok ke arah jam tangannya.
"Astaga! Kenapa bisa lupa?" keluh Jody.
Mendengar bosnya itu berkata lirih, Jovanka pun menatap penuh tanda tanya.
"Apa yang lupa?" tanya Jovanka yang mendongakkan kepalanya ke arah pamannya berdiri.
"Kamu nggak lapar?" tanya Jody.
Jovanka menggelengkan kepalanya, ia tidak tahu kenapa Jody menanyakan hal itu.
"Ini sudah jam makan siang, Jo! Kamu beneran nggak kerasa lapar?" tanya Jody sekali lagi.
Jovanka menengok ke arah jam tangannya, ia juga baru sadar jika itu sudah masuk jam istirahat mereka.
"Aku juga lupa waktu, pekerjaan ini masih sangat banyak!" keluh Jovanka seraya memegangi keningnya.
"Istirahat dulu, ayo ke kantin untuk makan siang," ajak Jody.
Jovanka mengangguk, ia mematikan laptop dan menutupnya. Ketika hendak melangkah ke arah pintu, terdengar suara ketukan dari luar, Jovanka pun membuka pintu itu, ia terkejut dengan siapa yang ia lihat.
"Aiden!" teriak Jovanka senang.
Tanpa aba-aba gadis itu langsung memeluk teman masa kecilnya itu. Aiden yang tengah membawa sesuatu ditangan kanannya hanya bisa membalas memeluk gadis manja di depannya itu dengan tangan kirinya.
Jody yang melihat Aiden datang tiba-tiba saja merasa tidak senang, entah kenapa melihat kedua orang itu berpelukan membuatnya merasa tidak nyaman.
"Uhukk," batuk Jody ia buat-buat untuk memberi isyarat kepada dua orang itu jika ada dirinya disana.
"Hai, Paman!" sapa Aiden pada Jody.
Jody membalasnya hanya dengan sebuah senyuman.
Aiden ternyata membawa makanan kesana, itu membuat Jody dan Jovanka tidak jadi keluar ke kantin.
Mereka sama-sama duduk di sofa tamu dan mulai makan siang, Aiden duduk di samping Jovanka meladeni gadis itu dengan membukakan pembungkus makanan yang ia bawa.
Jody hanya melirik ke arah kedua muda mudi yang tampak asyik makan itu, sesekali Aiden menggoda Jovanka dengan mengambil lauk miliknya, yang membuat gadis itu tampak terkekeh sesekali.
"Aku mendapat pekerjaan disini," jelas Aiden begitu mereka selesai makan.
Jovanka terlihat terkejut tapi senang, ia tidak menyangka jika ia akan berada satu kota lagi dengan temannya itu.
"Itu bagus," Jovanka tidak dapat menyembunyikan rasa senangnya.
"Dan mungkin yang lebih mencengangkan lagi, tenyata aku bekerja di perusahaan Paman Nath," sambung Aiden seraya tertawa.
Jovanka terlihat tertawa mendapati jika mereka sama-sama bekerja di bawah naungan orang terdekat mereka.
Jody hanya menyangga dagunya dengan kepalan tangannya yang bertumpu pada pinggiran sofa, melihat betapa asyiknya kedua orang itu bercanda dan melupakan dirinya yang ada disana.
"Oh iya, Jo! Nanti bantu aku cari tempat tinggal ya! Aku masih tinggal di Hotel untuk sementara waktu," jelas Aiden.
Jovanka menoleh ke arah Jody, seakan meminta izin pada pamannya itu untuk pergi.
"Bukankah kau bisa mencarinya lewat internet!" ungkap Jody.
"Iya sudah, aku hanya belum melihat lokasinya," kata Aiden.
"Paman! Apa boleh aku mengantar Aiden?" tanya Jovanka dengan memasang mimik memelas.
Melihat tatapan Jovanka yang memelas dan manja itu membuat Jody tak kuasa untuk menolak, akhirnya ia menyetujui permintaan Jovanka.
"Oke, tapi jangan pulang lebih dari jam 8 malam!" jawab Jody yang juga memperingatkan.
"Oke Bos!" sahut Jovanka dengan rasa senang.
Sore itu Jovanka memakai mobil Jody untuk mengantar Aiden melihat Apartemen yang akan ia sewa, mereka sudah berada depan gedung yang mereka tuju.
"Ini tempatnya?" tanya Jovanka yang sedang melepas seat beltnya.
"Iya, tidak begitu jauh dari perusahaan agar aku tidak terlambat masuk kerja," jawab Aiden.
Mereka pun turun dari mobil bersama, masuk ke dalam Apartemen itu untuk menemui pengembang gedung itu.
Jovanka dan Aiden melihat lihat isi ruangan itu yang ternyata harga sewanya sudah termasuk properti di dalamnya.
"What do you think about this place? Isn't it very suitable for a young couple like you?"
"Bagaimana menurut anda tempat ini? Bukankah sangat cocok dengan pasangan muda seperti kalian?" tanya seorang wanita paruh baya yang merupakan sales Apartemen itu.
Mendengar pertanyaan wanita itu membuat Jovanka dan Aiden hampir tertawa terbahak-bahak, namun mereka mencoba menahannya agar terlihat sopan.
"Of course! This place is great, the atmosphere is comfortable!"
"Tentu saja! Tempat ini sangat bagus, suasananya juga nyaman," jawab Aiden.
"But we're not a couple, we're just friends, "
"Tapi kami bukan pasangan, kami hanyalah sebatas teman," imbuh Aiden.
Wanita itu tertawa mendengar perkataan Aiden serta meminta maaf karena telah salah paham.
"Sorry ... sorry, you guys look so good together that's why I thought you were a couple on vacation, "
"Maaf ... maaf, kalian begitu terlihat serasi karena itu saya pikir kalian pasangan yang sedang berlibur," ujar wanita itu seraya minta maaf.
*
*
*
*
*
Aiden dan Jovanka hanya tersenyum, setelah merasa cocok dengan tempat itu, Aiden pun akhirnya menyewa tempat itu untuk ia tinggali.
Jovanka juga membantu Aiden membeli beberapa barang kebutuhan pemuda itu, jovanka asyik memilih barang yang dibutuhkan Aiden, sedangkan pemuda itu hanya berjalan mengekor sambil mendorong troli untuk meletakkan barang belanjaannya.
"Ini kamu butuh, ini juga butuh, ini juga," Jovanka sibuk memasukkan berbagai barang ke dalam troli.
Aiden hanya tersenyum melihat betapa sibuknya teman masa kecilnya itu memilihkan barang untuknya, hingga ia merasa jika sedang menemani belanja sang istri.
"Aiden, mana yang lebih kamu suka? Lavender apa Chamomile?" tanya Jovanka yang sudah memegang dua botol pengharum ruangan yang berbeda di kedua tangannya.
"Terserah kamu saja, apa yang kamu pilihkan aku pasti suka," jawab Aiden santai.
"Kalau begitu aku pilihkan saja aroma kotoran kuda jika apa-apa menurut padaku," canda Jovanka yang berlanjut dengan tawa.
"Boleh kalau ada," sahut Aiden menanggapi candaan Jovanka seraya tersenyum.
"Hmm Dasar!" gerutu Jovanka seraya memalingkan wajahnya dari Aiden.
Jovanka akhirnya memasukkan aroma lavender kedalam troli belanja, sungguh belanja adalah kesenangan para gadis, tanpa Jovanka sadari troli yang di bawa Aiden sudah penuh dengan barang-barang yang dia pilih, dari air mineral, buah, sayur, peralatan mandi, dan kebutuhan dapur lainnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 225 Episodes
Comments
Just Rara
eah paman jody punya saingan skrg😄😄
2022-04-03
1
Erika Darma Yunita
Aiden yg bakal buka hati Jody.......bikin sadar
2021-09-28
0
Aish🍿ᗰՏᖴ🍿᯽ℒ𝓊𝒸𝒶𝒾𝓂❦︎🍆
uhuk Paman Jody jeleus juga😅🤭
2021-04-27
0