"Dia keponakanku, perkenalkan ini Jovanka," ucap Jody.
"Hai, aku Alice teman Jody," Alice mengulurkan tangannya.
Jovanka terlihat enggan, tapi Jody meliriknya membuat gadis itu akhirnya mau menjabat tangan Alice.
"Jovanka," ucapnya yang menjabat tangan Alice tapi langsung dia tarik kembali.
"Mau mencari pakaian kerja ya?" tanya Alice.
"Mau aku bantu?" tawar Alice kemudian.
"Iya,"
"Tidak usah,"
Jody mengiyakan, tapi Jovanka menolak secara bersamaan. Alice pun tersenyum ketika mendengar jawaban kedua orang itu.
"Kenapa, Jo? Bukankah baik jika ada seseorang yang membantumu? Paman juga tidak mengerti tentang style wanita," ucap Jody.
Dengan terpaksa Jovanka menuruti kata pamannya itu, ia akhirnya menerima Alice membantu dirinya memilih pakaian.
Setelah memilih beberapa stel baju, Jovanka pun mencobanya di ruang ganti ditemani oleh Alice. Jody menunggu mereka seraya duduk di sofa yang di sediakan disana.
"Pamanmu itu sangat tampan ya, aku sudah mengenalnya sangat lama," kata Alice tiba-tiba.
Jovanka yang sedang mencoba pakaiannya di ruang ganti pun terhenti ketika mendengar perkataan Alice.
"Kalau dia tampan memangnya kenapa?" tanya Jovanka sedikit ketus.
Terlihat senyum jahat di bibir Alice, ternyata wanita itu sudah menyukai Jody sejak lama, sebagai salah satu pemegang saham di perusahaan Michelle tentu saja Alice bisa dekat dengan Jody.
"Ya dia tampan aku cantik, terlebih aku juga salah satu pemegang saham di perusahaannya, bukankah menurutmu kami serasi?" ujar Alice.
Mendengar perkataan Alice membuat Jovanka geram, entah kenapa gadis itu sama sekali tidak menyukai tabiat Alice.
"Kenapa kau bisa sangat percaya diri bisa mendapatkan pamanku?" tanya Jovanka yang mencoba tetap tenang.
"Karena kami berpacaran," jawab Alice.
Mendengar jawaban Alice membuat Jovanka tanpa sengaja menjatuhkan pakaian yang hendak ia bawa setelah selesai mencoba, Jovanka memungut pakaian itu lalu kemudian ia membuka tirai dan langsung menatap ke arah Alice.
"Kalau kalian pacaran, kenapa tadi kau bilang kalau kau temannya bukan kekasihnya?" tanya Jovanka penuh curiga.
Alice sedikit menyeringai, ia kemudian berjalan mendekat ke arah Jovanka, dia berdiri tepat di hadapan Jovanka.
"Ya ... itu karena Pamanmu tidak ingin hubungan kami di publikasikan dia hanya belum siap, karena itu aku maupun dirinya tidak memperkenalkan kami sebagai sepasang kekasih satu sama lainnya," jelas Alice.
Mendengar pernyataan Alice membuat Jovanka benar-benar kesal, dia tidak tahu kenapa Alice harus mengatakan itu padanya. Tanpa bicara apa-apa lagi Jovanka berjalan keluar dari kamar ganti.
Begitu melihat Jovanka yang telah selesai Jody segera mendekat. Jovanka menatap Jody dengan tatapan kesal, kemudian ia menumpuk semua pakaian yang ia coba tadi di atas meja kasir.
"Bungkus semua! Biar pria itu bangkrut!" perintah Jovanka dengan nada kesal.
Jody yang menyadari Jovanka sedang marah pun tampak heran, namun ia juga tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi, tanpa meninggalkan Jody, Jovanka langsung keluar dari toko meninggal Jody yang tengah membayar belanjaannya.
"Ada apa dengannya?" tanya Jody pada Alice.
Alice yang masih berdiri di samping Jody hanya mengangkat kedua bahunya berpura-pura tidak tahu apapun.
Jody mengernyitkan dahinya, ia tahu pasti ada sesuatu yang terjadi antara Jovanka dan Alice saat di ruang ganti.
"Terima kasih sudah membantu kami, aku pergi dulu," pamit Jody yang tangannya sudah penuh dengan pakaian yang di beli Jovanka.
"Tidak masalah, jika butuh bantuan bilang saja," ucap Alice dengan nada manja.
Jody hanya tersenyum, kemudian ia pergi beranjak dari sana meninggalkan Alice.
Begitu Jody pergi Alice menyeringai senang, entah kenapa tapi ia ingin sekali merenggangkan hubungan antara Jody dan Jovanka.
Alice sebenarnya tahu hubungan antara Jody dan Jovanka, wanita itu pernah mengutarakan perasaannya pada Jody, namun di tolak oleh Jody dengan alasan yang tidak jelas. Alice ingat betul bagaimana cara Jody ketika bercerita tentang Jovanka, ia hanya merasa jika Jody memiliki perasaan khusus pada gadis itu.
Jovanka menyilangkan kedua tangannya di depan dada seraya bersender di mobil, ia menunggu Jody datang.
Jody yang berjalan ke arah mobil serta melihat Jovanka yang tampak cemberut lagi, ia tidak tahu kenapa gadis itu uring-uringan semenjak bertemu dengannya.
Jody memasukkan barang belanjaan mereka ke bagasi mobil. Jovanka langsung masuk kedalam mobil, gadis itu tampak masih kesal serta enggan bicara dengan Jody.
"Kamu kenapa sih, Jo?" tanya Jody begitu ia masuk ke dalam mobil.
Jovanka tidak menjawab, ia memalingkan wajahnya ke arah jendela mobil. Jody hanya bisa menghela nafas, ia kemudian mengemudikan mobilnya.
Begitu sampai rumah pun Jovanka langsung masuk ke kamar Jody karena kamarnya belum selesai di bereskan.
"Kalau ada masalah kenapa tidak bicara?" tanya Jody dengan begitu sabar.
Jovanka duduk di atas tempat tidur, bibirnya tampak ia manyunkan karena kesal. Jody duduk di sebelah Jovanka mencoba mengajak bicara gadis itu.
"Kamu marah sama Paman?" tanya Jody menatap Jovanka yang memalingkan wajahnya.
"Tidak!" jawab Jovanka ketus.
"Tidak marah tapi marah, lalu Paman harus bagaimana?" tanya Jody menggoda Jovanka.
Jovanka menggelembungkan kedua pipinya, seakan menahan untuk marah karena rasa kesalnya.
"Aku mau tidur di tempat Paman Nathan!" pinta Jovanka tiba-tiba yang langsung berdiri.
Jody terkejut dengan permintaan Jovanka, bukankah dari awal ikut Jovanka ingin bersamanya tapi kenapa sekarang malah ingin tinggal bersama Nathan.
Jody memegang tangan Jovanka, Jody berpikir kemungkinan yang bisa membuat Jovanka marah lagi.
"Alice mengatakan sesuatu padamu?" tanya Jody yang masih duduk dengan posisi memegang tangan Jovanka.
"Hump ... kenapa repot-repot mengurusku, urus saja tu pacarmu!" jawab Jovanka ketus.
"Pftt ... jadi kamu marah karena itu, kamu percaya kalau dia pacarku?" tanya Jody sembari menahan tawa.
"Bodo'!" jawab Jovanka ketus.
Jody menarik tangan Jovanka hingga gadis itu terduduk kembali di tempat tidur, namun Jovanka masih tidak ingin melihat ke arah Jody.
"Alice hanya teman bisnis dan salah satu pemegang saham di perusahaan Mamamu, meski dia pernah mengatakan jika ia menyukai Paman, tapi Paman tidak pernah melirik kepadanya. Jika kamu mau, Paman janji tidak akan bersama wanita manapun selain atas persetujuanku," janji Jody.
Demi Jovanka Jody rela melakukan apapun untuknya bahkan menjanjikan hal yang sebenarnya begitu privasi untuknya.
Mendengar perkataan Jody membuat Jovanka sedikit menyeringai senang, ia kemudian menyembunyikan senyum itu lalu dia menoleh ke arah pamannya.
"Janji!" ucap Jovanka mengacungkan jari kelingkingnya.
Jody tampak tersenyum ketika Jovanka mau bicara lagi, ia kemudian mengaitkan jari kelingkingnya ke jari kelingking Jovanka seraya mengatakan, "janji."
"Tidak marah lagi kan?" tanya Jody.
Jovanka menggelengkan kepalanya dengan senyum yang tersungging di bibirnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 225 Episodes
Comments
Qaisaa Nazarudin
Ternyata Jody juga punya rasa yg sama tapi Jody takut mengungkapkan nya, mungkin dia pikir dia hanya paman angkat, Ortunya Jo sudah banyak menolongnya, Jadi dia merasa gak pantas aja sama Jo..
2023-08-07
0
Just Rara
ternyata si alice cuma ngaku2 dong jd pacarnya jody,padahal ditolak🙄🙄
2022-04-03
0
Lestari Lestari
semangat jovanka..hempaskan pelakor😃
2022-01-16
0