Jovanka mengajak Jody kesebuah pesta perpisahan yang di adakan teman-teman se Alumninya. Pemuda itu tampak mengerutkan dahi ketika tahu tempat yang mereka tuju.
"Kalian mengadakan pesta di Bar! Apa mamahmu tahu?" tanya Jody melirik ke arah Jovanka.
"Aku tidak akan mabuk, lagi pula ini hanya sekali, Paman jangan beritahu mamah, ya!" pinta Jovanka dengan nada manja.
Jody hanya menghela napas seraya memijat keningnya sendiri ketika tahu kelakuan keponakannya itu. Jovanka melingkarkan tangannya ke lengan Jody, kemudian ia mengajak masuk kedalam Bar.
Di sana mereka masuk ke sebuah ruangan khusus yang sudah di pesankan untuk mereka berpesta. Jody merasa tidak nyaman disana ketika semua mata tertuju padanya, bukan karena dia paling tua atau dia bukan alumni kampus mereka. Namun karena tatapan terpesona terhadap wajah tampan Jody.
Tapi demi Jovanka, Jody rela menjadi pusat perhatian teman-teman Jovanka. Tidak sedikit dari mereka yang berusaha duduk di sebelah Jody untuk sekedar mengajak pria itu minum.
"Aku ke toilet sebentar." Pamit Jovanka.
Jody hanya menganggukkan kepala. Begitu Jovanka pergi semua gadis disana mengerumuni Jody, membuat pemuda itu salah tingkah. Bak raja yang di layani oleh para selirnya, Jody ditawari ini itu, dari minuman makanan hingga buah membuat Jody benar-benar tidak bisa berkutik.
"Eh siapa pria disana?" tanya salah satu pemuda yang duduk di sebelah Aiden.
Aiden juga hadir disana, tentu saja selain ia salah satu Alumni kampus mereka, Bar itu juga milik ayahnya, sedari tadi ia tidak bisa mendekat dan menyapa Jody karena pria itu terus dikerumuni para gadis.
"Itu paman Jovanka yang tinggal di London," jawab Aiden.
Aiden menenggak habis minuman di gelas slokinya, ia kemudian turun dari kursi serta menghampiri Jody.
"Hai, Paman! Apa kabar?" sapa Aiden.
"Aiden, baik!" balas Jody.
Melihat Aiden disana Jody merasa terselamatkan, Jody pun bermaksud untuk berdiri menyapa Aiden. Namun siapa sangka para gadis disana sangat brutal, Jody langsung begitu saja dirangkul serta di seret ke lantai Dansa dengan dikerumuni oleh beberapa gadis, Jody tidak bisa berkutik. Aiden yang melihat pemandangan itu hanya bisa menghela napas melihat tingkah bar-bar para gadis itu.
Jovanka yang baru saja kembali dari kamar mandi sangat terkejut melihat pamannya yang berada di lantai dansa dengan beberapa gadis disana. Ia mencoba untuk mengeluarkan pamannya dari sana, tetapi di halangi oleh gadis lainnya.
Jovanka yang kesal pun duduk dengan bersungut di sofa di mana dia tadi duduk dengan Jody, ia terus menatap ke arah Jody yang terus dan semakin banyak dikerumuni para gadis. Tanpa sadar Jovanka terus meminum minuman yang tersedia di meja, Aiden yang mengetahui itu berusaha untuk mencegahnya.
"Hei! Cukup! Kau bisa mabuk!" cegah Aiden berusaha mengambil gelas dari tangan Jovanka.
Jovanka yang tidak memperdulikan perkataan Aiden menepis tangan pemuda itu, ia terus saja minum dan minum. Tatapan mata Jovanka tak lepas dari Jody, ia merasa kesal dan marah jika pamannya itu bersama gadis lain.
Jody yang menyadari sikap Jovanka itu mencoba untuk keluar dari lantai dansa, tetapi di hadang oleh beberapa gadis yang ada disana.
"Maaf, biar saya keluar dulu," pinta Jody sopan, seraya berusaha menerobos barikade gadis-gadis.
Tapi permintaan Jody tampaknya tidak di indahkan oleh para gadis yang beberapa memang sudah terpengaruh oleh alkohol.
Jovanka sudah benar-benar kesal, ia menenggak minuman terakhir di gelasnya, kemudian ia tiba-tiba saja melepas jaket jeans yang ia kenakan hingga terlihat jelas ia hanya memakai Tank top dan Layered skirt membuatnya terlihat begitu seksi.
Jovanka berjalan menuju kerumunan para gadis itu, merangsek masuk agar bisa menggapai Jody.
"Minggir, hoi!" bentak Jovanka yang sudah terpengaruh alkohol.
Para gadis itu tiba-tiba saja mengikuti kata Jovanka, mereka satu persatu memberi jalan pada Jovanka serta hanya memandang gadis itu menghampiri Jody.
Aiden yang melihat hal itu hanya bisa memegangi keningnya sendiri, karena ia tahu bagaimana kelakuan Jovanka jika sudah terpengaruh alkohol. Jody yang menyadari hal itu pun menatap tajam ke arah Jovanka yang sudah berada di depannya, bau alkohol dari napas gadis itu sudah tercium jelas hingga ke hidung Jody.
Jovanka langsung melingkarkan kedua tangannya ke leher Jody, mencoba mengajak pamannya itu berdansa, tapi Jody hanya menatap Jovanka dengan perasaan tidak senang.
"Hei, Paman! Kenapa diam! Tidak mau berdansa denganku, ya!" Jovanka mulai meracau.
Jovanka sudah tidak bisa berdiri dengan tegap, ia terlihat sedikit sempoyongan.
"Kamu mabuk! Ayo pulang!" ajak Jody seraya melepaskan kedua tangan Jovanka dari lehernya.
Jody menarik tangan Jovanka bermaksud membawa gadis itu pulang. Namun Jovanka langsung menepis tangan Jody serta menolak untuk pergi, gadis itu pun mulai meracau lagi.
"Hey ... Paman! Kau asyik berdansa dengan para gadis itu! Sekarang aku mengajakmu berdansa kau malah menyuruhku pulang! Apa aku ini kurang cantik sampai berdansa denganku saja kau tidak mau!" ujar Jovanka seraya memukul-mukulnya pelan dadanya sendiri.
Jody menatap tajam ke arah gadis yang sudah mabuk itu, ia maju satu langkah ke arah Jovanka yang sudah tidak bisa berdiri dengan seimbang.
"Pulang tidak?" tanya Jody.
Jovanka menggelengkan kepalanya, jari telunjuknya ia goyangkan di depan wajah Jody, "no ... no ... no!"
"Yakin?!" tanya Jody lagi.
Jovanka memejamkan matanya seraya mengangguk-anggukkan kepala. Jody menghela napas, tanpa kata dan permisi Jody membopong tubuh Jovanka begitu saja, Jovanka yang setengah sadar pun memberontak tidak ingin pulang, sesekali ia memukul bahu pamannya itu agar menurunkan dirinya.
"Hey, Paman! Turunkan aku! Aku masih mau berdansa!" bentak Jovanka
Jody tidak menggubris perkataan Jovanka, ia langsung membawa keponakannya itu keluar dari ruangan. Seisi ruangan tampak memperhatikan mereka, Aiden yang disana pun langsung memungut jaket milik Jovanka dan mengekor pada Jody.
"Heh ... Paman kau curang, aku membencimu," racau Jovanka lagi.
Jody langsung memasukan Jovanka ke mobil serta memasangkan seat belt pada Jovanka. Jovanka yang mulai kehilangan kesadaran pun sudah berhenti meracau, matanya mulai terpejam hal itu membuat Jody sedikit tenang.
"Dasar gadis ini! Benar-benar!" keluh Jody memegangi keningnya.
"Paman! Ini jaket milik Jo," kata Aiden seraya menyerahkan jaket itu.
"Terimakasih, kau mau ikut pulang sekalian?" tanya Jody.
"Tidak, aku bawa mobil sendiri. Lagi pula Bar ini kan milik ayahku," jawab Aiden seraya menggaruk-garuk kepalanya.
"Owh ... pantas," gumam Jody.
"Ya sudah aku akan membawa jova pulang terlebih dahulu," Jody pamit.
Jody pun masuk ke mobil serta segera meninggalkan tempat itu. Aiden tampak memperhatikan hingga mobil Jody berlalu pergi.
*
*
*
*
*
*
*
*
...Mohon Bantuannya ya...
...Bantu like Koment meski sekedar up...
Like Koment kalian berarti buat Autor
...Terimakasih...
...😘😘😘...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 225 Episodes
Comments
susi 2020
😍😍🥰
2023-06-25
0
susi 2020
😘😘
2023-06-25
0
Minthulrawan IR
ahhhhh laman ini kok GK peka sih, gemes AQ🤭🤭🤭
2022-10-15
0