Sesampainya di rumah, Jody menggendong tubuh Jovanka yang sudah tertidur lelap. Untungnya Michelle dan Jimmy sudah berada di kamarnya hingga mereka tidak tahu kondisi Jovanka, jika mereka mengetahuinya maka malam itu tidak akan ada yang bisa tidur dengan lelap karena omelan dari Michelle.
Jody langsung membawa Jovanka menuju kamarnya, serta membaringkannya dengan perlahan. Dengan hati-hati Jody melepas Highheel yang melekat di kaki gadis itu. Jody menarik selimut bermaksud menyelimuti tubuh Jovanka yang hanya memakai Tank top dan rok mini agar gadis itu tidak merasa kedinginan.
Jovanka yang tidak sadar tiba-tiba saja menangkap tangan Jody, membuat pria itu terkejut. Jody yang memang sejak dari dulu menyayangi jovanka pun duduk di tepian ranjang, samar-samar Jody mendengar Jovanka meracau lagi dalam mimpinya.
"Paman! Kau jahat, kenapa harus meladeni gadis-gadis bodoh itu!" racau Jovanka lirih.
Jody yang mendengarnya pun tersenyumlah tipis, ia menyibakkan rambut yang menghalau wajah Jovanka, menyelipkan di balik telinga.
"Selamat bermimpi indah, Malaikat kecilku,"
Jody mendekatkan wajahnya bermaksud mencium kening Jovanka, namun tanpa ia sadari Jovanka menggapai tengkuk leher Jody serta mencium bibir pria itu.
Jody yang terkejut membelalakkan matanya lebar-lebar, mencoba melepaskan bibirnya dari ciuman Jovanka, bukannya lepas Jovanka malah menggigit bibir bawah Jody dengan sedikit kasar.
"Paman itu hukuman untukmu karena sudah membuatku marah!" racau Jovanka lagi setelah melepaskan bibir Jody.
Jody secepat kilat bangun seraya memegangi bibir bawahnya yang digigit oleh Jovanka, ia menatap ke arah gadis yang tertidur pulas lagi. Jody pun pada akhirnya pergi dari kamar Jovanka untuk kembali ke kamarnya sendiri.
***
Matahari sudah meninggi, cahayanya sedikit demi sedikit masuk melalui sela sela jendela, menembus tirai yang menutupi kaca.
Jovanka mulai sedikit membuka matanya, tangan kanannya tampak ia taruh di depan matanya untuk menghalangi cahaya matahari yang menyilaukannya.
"Kepalaku pusing!" keluhnya seraya memegangi kepalanya yang berat.
Kemudian Jovanka mencoba mengingat kejadian malam itu, ia ingat ia kesal ia banyak minum kemudian ia menggila. Jovanka tiba-tiba saja duduk dengan cepat, ia memegangi bibirnya.
"Tadi malam apa aku ...." perkataannya terhenti.
Jovanka menggeleng-gelengkan kepalanya dengan wajah panik tanda tak percaya.
"Itu pasti mimpi! Pasti mimpi! Iya pasti mimpi," gumamnya.
Terdengar suara pintu terbuka, Jovanka semakin panik.
"Heh ... bocah bodoh ayo bangun,"
Itu suara Jody, Jovanka tiba-tiba saja merasa gemetar, jantungnya berdegup dengan kencang.
"Eh ... kau sudah bangun!" kata Jody ketika melihat Jovanka sudah duduk bersila dia atas tempat tidur.
Jody terlihat membawa segelas air lemon di tangannya, kemudian ia menyodorkannya pada Jovanka.
"Minum ini! Akan sedikit menyamarkan bau alkohol dari mulutmu dan segera mandi, Mama mu sudah menunggu di meja makan," ujar Jody.
*
*
*
*
*
*
*
Jovanka menerima air lemon dari Jody, lalu segera meminumnya. Jody berjalan ke arah jendela, kemudian membuka tirai yang menutup cahaya matahari yang ingin masuk.
"Paman," panggil Jovanka lirih dengan sedikit rasa takut.
"Ya," sahut Jody yang menoleh ke arah Jovanka.
Jody berjalan mendekat ke arah Jovanka yang masih menggenggam gelas ditangannya, ia tepat berdiri di samping tempat tidur.
"Apa aku semalam melakukan hal buruk?" tanya Jovanka lirih.
Jody hanya tersenyum, ia yakin Jovanka tidak mengingat kejadian semalam, karena itu Jovanka bertanya untuk mencoba memastikan hal itu.
"Memangnya hal buruk apa yang bisa di lakukan oleh gadis kesayanganku ini, hah!" jawab Jody seraya mengusap lembut rambut Jovanka, "mandilah! Setelah itu turun untuk sarapan," imbuh Jody yang di lanjutkan dengan mengecup kening Jovanka.
Jovanka memperhatikan bibir pamannya itu, ketika Jody mengecup keningnya, ia melihat bekas luka di bibir bawah sebelah kiri bibir Jody.
"Paman, bibirmu kenapa?" tanya Jovanka blak-blakan.
Jody menyentuh bibirnya itu, ia sedikit tersenyum namun langsung menghilangkan senyum itu.
"Semalam ada semut yang menggigitnya dengan keras," jawab Jody, yang kemudian langsung meninggalkan Jovanka.
Jovanka tertegun mendengar jawaban Jody, dia menangkup kepalanya sambil bergumam.
"Ya Tuhan! Jangan-jangan itu bukan mimpi."
Jovanka segera turun menuju meja makan setelah selesai membersihkan diri, ia melihat Jody yang tengah berbincang dengan Jimmy disana.
"Pagi, Pa!" sapa Jovanka seraya mengecup pipi Jimmy.
"Pagi sayang," sahut Jimmy.
"Pagi, Ma!" sapa Jovanka pada Michelle serta melakukan hal yang sama seperti yang ia lakukan kepada Jimmy.
Jovanka buru-buru menarik kursi sebelah Jody tanpa menyapa pamannya itu.
"Kau tidak memberikan kecupan selamat pagi pada Pamanmu ini!" goda Jody.
Jovanka hanya menjulurkan lidahnya tanda mengejek. Jody hanya tersenyum kecil melihat tingkah laku Jovanka.
Michelle menyiapkan sarapan untuk semua, setelah selesai ia duduk berhadapan dengan Jody. Michelle menatap ke arah Jody mengamati bibir Jody yang terlihat terluka.
"Jody, kenapa bibirmu? Kau berkelahi?" tanya Michelle tiba-tiba.
Jovanka yang mendengar pertanyaan mamanya pada Jody malah yang tersedak, Jovanka berusaha mengambil air minum namun Jody langsung dengan sigap mengambilkannya untuk Jovanka. Sekejap mata Jovanka langsung menghabiskan air minum dalam gelas itu.
Jovanka memperhatikan gelas itu, lalu tatapannya berpindah pada gelas yang ada di hadapannya.
"Gelas siapa ini?" tanya Jovanka terkejut.
"Gelas Paman!" jawab Jody santai.
"Apa!" teriak Jovanka panik seraya menaruh gelas itu.
Michelle dan Jimmy mencoba menahan tawa ketika melihat Jody yang menggoda putrinya itu.
"Paman apa-apaan! Kan ada gelas milikku kenapa memberi milikmu!" teriak Jovanka yang mencoba menutupi kepanikannya.
Sebenarnya minum dari gelas bekas Jody sudah biasa ia lakukan waktu mereka masih tinggal bersama, namun saat Jovanka mengingat kejadian tadi malam membuatnya jadi salah tingkah.
"Kamu ini kenapa Jo! Mama bertanya pada Pamanmu kenapa bibirnya terluka, tapi kamu yang terlihat terkejut dan kebingungan. Atau jangan-jangan kamu ...." kata Michelle yang sedikit ingin menggoda putrinya itu.
Wajah Jovanka seketika memerah, ia tiba-tiba saja merasa malu, namun ia mencoba menutupi kepanikannya dengan mengelak dari segala perkataan Michelle.
"Mama ini bicara apa? Memangnya aku melakukan apa? Paman saja itu mungkin yang ceroboh!" sahut Jovanka yang terlihat sedikit gemetar.
Jody menatap ke arah Jovanka, dengan senyum di bibirnya. Ia tahu Jovanka merasa panik akan pertanyaan yang di lontarkan Michelle.
"Tentu saja, ini salahku. Aku memang sedikit ceroboh saat memakai alat pencukur hingga melukai bibirku," sambung Jody mencoba menutupi kepanikan Jovanka.
Michelle dan Jimmy langsung beralih menatap ke arah Jody begitu mendengar perkataan Jody, mereka tertawa bersama akan hal itu.
"Jody, kau ini ada ada saja," kata Michelle.
"Ya sudah, ayo lanjutkan sarapannya," ajak Jimmy.
Akhirnya mereka melanjutkan makan, tampak sesekali Jody melirik ke arah Jovanka yang terlihat gugup saat makan. Namun selama Jovanka tidak mengungkit apa yang terjadi malam itu maka ia juga tidak akan pernah mengungkit hal itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 225 Episodes
Comments
Just Rara
bibirnya jody digigit semut cantik😄😄
2022-04-03
0
Erika Darma Yunita
semut manis yg lagi marah berubah jadi semut rang rang...klo gigitkan sakit bgtttttt 😂😂😂
2021-09-27
0
Dorta Tampubolon
lucu
2021-07-29
0