Michelle yang masih cemas menunggu putrinya datang pun terlihat lega ketika putrinya datang bersama Aiden. Michelle paham jika hanya Aidenlah yang bisa menemukan putrinya itu.
Begitu Jovanka berada di hadapan mamanya, telinganya langsung ditarik oleh Michelle yang kesal dan khawatir.
"Ma! Ma! ouch sakit!" pekik Jovanka seraya memegangi telinganya yang memerah karena Michelle.
"Sudah tahu sakit! Dari mana saja kamu?" tanya Michelle yang kesal.
Jovanka menggosok-gosok telinganya dengan bibir yang sudah ia monyong 'kan karena kesal mamanya itu menarik telinganya.
"Sudahlah sayang, ini hari bahagia untuknya, kenapa harus marah-marah?" tanya Jimmy yang mencoba menenangkan istrinya itu.
"Terus! Terus saja bela dia," gerutu Michelle.
"Maaf, Ma!" Jovanka memelas seraya memeluk mamahnya yang masih kesal.
Michelle selalu merasa luluh jika putrinya itu memeluknya, hal itu bisa meredakan amarahnya.
Aiden yang sedari tadi mengamati satu keluarga itu pun hanya bisa tersenyum. Ia pun pamit untuk kembali ke meja di mana orangtuanya duduk.
Acara kelulusan itu berlangsung dengan lancar hingga akhir acara. Namun, Jovanka tampak tidak senang karena seseorang yang ia harapkan datang tidak berada disana.
***
Setelah kembali ke rumah Jovanka langsung masuk kedalam kamarnya karena lelah, ia melepas Highheel yang ia kenakan serta melemparnya begitu saja karena rasa kesal.
"Apa-apaan coba, katanya mau datang dan pasti datang ternyata hanya omong kosong," gerutu Jovanka sedikit mencebik kesal.
Jovanka meraih resleting gaunnya hendak menurunkan, hingga seseorang bicara dalam kamarnya.
"Kau ini memang tidak waspada, ya!" Suara pria terdengar disana.
Jovanka tertegun mendengar suara yang ia kenal, gadis itu secepat kilat membalikkan tubuhnya menengok ke arah suara itu, tanpa menyadari jika resleting gaun yang baru saja ia turunkan belum dinaikkan lagi.
"Paman! Dasar kau, menyebalkan!" teriak Jovanka seraya berlari ke arah Jody yang berdiri di dekat jendela.
Tanpa basa-basi Jovanka memeluk pamannya itu, ia kesal juga senang. Jovanka begitu menyayangi Jody, karena sejak kecil Jodylah yang selalu ada untuknya.
Jody membalas pelukan Jovanka, ketika ia menyadari gaun gadis itu tidak tertutup rapat, Jody pun segera menaikan resleting gaun Jovanka.
"Dasar gadis ceroboh! Jika ada pemuda yang melihatmu dengan gaun terbuka seperti ini, apa yang akan mereka pikirkan, hah!" Jody melirik pada Jovanka yang masih memeluknya.
Jovanka baru sadar, ia pun segera melepaskan pelukannya serta mengecek resleting yang sudah dinaikan oleh Jody. Jody hanya tersenyum melihat ekspresi Jovanka.
"Hump! Ini semua karena Paman, aku kesal padamu!" Seketika ekspresi Jovanka berubah ketika mengingat rasa kesalnya.
"Owhh ... marah padaku, ya! Ya, sudah aku kembali saja ke London. Susah payah mencuri waktu agar bisa kesini, tapi hanya mendapatkan caci makian, ya sudahlah!" keluh Jody.
Jody yang hanya berpura-pura mengeluh pun bersiap untuk beranjak pergi dari kamar Jovanka.
"Hei! Siapa yang menyuruhmu pergi! Stop! Berhenti disana!" teriak Jovanka.
Jody terlihat sedikit tersenyum, ia tahu Jovanka tidak akan membiarkannya pergi begitu saja. Jody berbalik lagi, tetapi ia menghilangkan senyum di wajahnya.
"Katanya kesal denganku! Ya sudah aku pergi saja agar kau tidak kesal," kata Jody santai.
"Paman! Kau menyebalkan," gerutu Jovanka yang menghentak-hentakkan kakinya ke lantai.
Jody sudah tidak tahan ingin tertawa ketika melihat ekspresi marah Jovanka yang menurutnya sangat imut dan lucu.
"Pufftt," Jody sudah tidak bisa menahan tawanya itu.
Jovanka menatap ke arah Jody dengan rasa heran, kenapa pamannya itu malah tertawa, alhasil Jovanka tambah kesal lagi. Gadis itu membalikan tubuhnya menatap ke arah jendela, kedua tangannya ia lipat di depan dada dan tentu saja tak lupa ia menggelembungkan pipinya karena kesal.
Jody yang melihat sikap Jovanka itu pun semakin gemas, ia berjalan mendekat ke arah Jovanka, tangan kanannya merogoh ke dalam kantong kemeja. Begitu sampai di belakang Jovanka Jody langsung memasangkan sebuah kalung di leher Jovanka.
"Selamat atas kelulusannya ya!" bisik Jody.
Jovanka yang menyadari hal itu pun sangat terkejut, tangan kanannya tampak memegang liontin berinisial 'J' yang tergantung di lehernya, muncul sedikit senyum di bibirnya, tapi secepat kilat ia menghilangkan senyuman itu dan berbalik menghadap ke arah Jody dengan wajah kesal.
"Hump! Apa Paman kira dengan memberiku ini aku tidak akan jadi marah!" ucap Jovanka yang pura-pura kesal.
"Tidak suka ya! Jadi apa yang harus aku lakukan agar gadis kesayanganku ini tidak marah," goda Jody seraya mencubit pelan hidung Jovanka.
Jody tahu jika Jovanka hanya berpura-pura marah kepadanya, karena ia tahu betul bagaimana sifat Jovanka.
"Yakin mau tahu cara agar aku tidak marah lagi?" tanya Jovanka yang melipat lagi kedua tangannya di depan dadanya.
Jody hanya menganggukkan kepalanya manja, mengikuti drama yang dimainkan oleh keponakan kesayangannya itu.
"Oke, aku mau mandi dulu, setelah itu Paman harus ikut semua kataku!" perintah Jovanka.
"Siap bos!" sahut Jody dengan senyum di wajahnya.
Jody pun keluar dari kamar Jovanka. Jovanka yang merasa senang melompat-lompat kegirangan, kebahagiaannya datang bersamaan, selain mendapatkan gelar sarjananya ia mendapatkan hadiah dari paman kesayangan juga.
***
Jody berjalan menuruni anak tangga, di ruang keluarga ia melihat Michelle dan Jimmy yang tengah duduk disana.
"Hai kak!" sapa Jody pada Michelle seraya mencium kening kakak kesayangannya itu.
Michelle dan Jimmy heran Jody berada di sana, karena mereka tidak tahu kapan Jody datang.
"Kapan kau pulang?" tanya Michelle.
"Satu jam yang lalu," jawab Jody seraya duduk di hadapan kedua kakak angkatnya itu.
"Satu jam yang lalu? Kenapa tidak ke Hotel menghadiri acara kelulusan Jovanka, kau tahu kan bagaimana dia!" ujar Michelle.
"Karena itu kak, aku tidak kesana, jika aku ke sana bisa-bisa Jovanka menggila di sana," jawab Jody.
Michelle dan Jimmy langsung bisa menangkap maksud perkataan Jody, mereka pun hanya bisa menggelengkan kepala.
"Ya sudah, yang penting kamu datang," sambung Jimmy.
Jody menganggukan kepalanya. Selama ini Jody tinggal bersama Nathan di London setelah ia selesai dengan pendidikannya untuk mengurus bisnis milik keluarga Michelle. Karena itu Jovanka sangat kehilangan Jody setelah kepergian pemuda itu ke London.
"Aku disini hanya untuk beberapa hari, karena aku harus segera kembali," kata Jody.
"Kamu baru datang dan sudah membahas untuk pergi. Jika Jovanka mendengar ini dia pasti akan marah," ucap Michelle.
"Kalau begitu jangan sampai dia tahu, aku sudah berjanji padanya untuk menuruti segala permintaannya sebagai hadiah kelulusannya," kata Jody lagi.
"Kau ini terlalu memanjakannya," protes Michelle.
Jody hanya tersenyum mendengar perkataan Michelle, dari awal kehadiran Jovanka di kehidupannya ia berjanji untuk terus memberikan perhatian dan kasih sayang yang lebih untuk Jovanka, karena itu ia akan terus memegang janjinya itu.
*
*
*
*
*
*
*
...Mohon Bantuannya ya...
...Bantu like Koment meski sekedar up...
Like Koment kalian berarti buat Autor
...Terimakasih...
...😘😘...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 225 Episodes
Comments
susi 2020
🤩😍😍🥰
2023-06-25
1
susi 2020
🥰🥰😘
2023-06-25
0
Just Rara
ini ceritanya hampir sm dgn oh my rey ya thor?
2022-04-03
0