"Oh ... baguslah! Aku doakan kalian bahagia," sahut Jovanka dengan nada kesal.
Angelica ingin sekali tertawa karena berhasil menggoda gadis itu, meski Jody berulang kali mengatakan jika Jovanka hanya keponakannya tapi sebagai seorang wanita ia tahu jika perasaan Jody pada gadis yang ada di depannya itu lebih dari kata saudara.
"Aku mau keluar sebentar," pamit Jovanka.
Gadis itu masih terus melirik ke arah Jody yang sedari tadi terus memegangi keningnya. Jovanka keluar dan terdengar membanting pintu dengan keras.
"Puas! Dia itu sedikit emosian, kau malah mengerjainya!" keluh Jody yang masih mengusap keningnya.
"Hahahaha ... kau tidak lihat ekspresinya? Kalau kau peka kau seharusnya bisa membaca ekspresi wajah gadis itu," ucap Angelica yang di barengi dengan gelak tawa.
"Angel ... Angel! Kapan penyakitmu itu bisa sembuh," keluh Jody lagi yang benar-benar pusing menghadapi kelakuan temannya.
Sejak mengenal Angelica, Jody tau wanita itu memang sangat suka bercanda dan menjahili orang, bahkan temannya yang sekarang jadi tunangan Angelica pun tidak luput dari kejahilan Angelica.
Pintu ruangan Jody terdengar terbuka lagi dengan hentakan yang keras, Jovanka masuk kedalam dengan mimik wajah yang kesal karena kini ia tahu kalau ia sedang di kerjai.
Beberapa saat setelah keluar dari ruangan Jody, ada seorang pria berbadan tegap dengan tinggi badan yang imbang dengan Jody menanyakan keberadaan Jody, kemudian pria itu juga menanyakan seorang wanita yang ternyata adalah Angelica.
"Paman!" teriak Jovanka dari ambang pintu.
Menyadari gadis kesayangannya itu marah, Jody mengusap tengkuk lehernya dia tahu pasti kalau Jovanka akan merajuk jika ia diam saja.
"Iya, Jo!" sahut Jody seraya berjalan ke arah Jovanka.
Angelica mencoba menahan tawanya, karena ia berhasil mengerjai orang sekali lagi.
"Kau ini kalau nggak jahil ga bisa ya!" ucap seseorang yang tenyata sudah memeluk pinggang Angelica.
Wanita itu terkejut ketika mendengar suara yang dia kenal, dengan tubuhnya yang sedang di peluk ia sedikit menolehkan kepalanya ke arah pria di belakangnya.
"Al! hehehehe ... maaf!" permohonan Angelica dengan sedikit tertawa kecil.
"Dasar, gadis nakal!" gumam Albert menyentil hidung Angelica.
Albert adalah teman Jody, dia juga tunangan Angelica.
Jody melipat kedua tangannya di depan dada seraya menatap kedua pasangan yang akan segera menikah itu.
Jovanka sendiri masih kesal karena telah di kerjai, dia hampir saja mengumpat dan memaki wanita itu tadi.
Jovanka memukul lengan Jody dengan sangat keras, hingga Jody memekik karena rasa panas yang di hasilkan dari pukulan Jovanka.
"Aw .. aw! Sakit!" pekik Jody seraya mengusap lengan yang dipukul Jovanka.
Tidak cuman memukul, Jovanka juga mencubit lengan Jody karena benar-benar kesal dengan pria itu.
"Terus saja, terus! Kerjai aku terus!" Jovanka bersungut.
Angelica dan Albert yang baru sadar jika Jody dan Jovanka sedikit bertengkar pun berjalan ke arah dimana Jody berdiri.
"Maaf ya! Aku tidak bermaksud membuat kalian bertengkar," Angelica meminta maaf, "tapi melihat kalian berdua yang seperti ini, mau tahu nggak apa pendapatku?" tanya Angelica.
"Apa?" Jody dan Jovanka bertanya balik secara bersamaan.
Tidak langsung mengatakan pendapatnya, Angelica malah tertawa terbahak-bahak ketika mendengar kekompakan kedua orang itu ketika bertanya membuat Jody dan Jovanka heran.
"Kau ini mau ngomong apa? Kenapa malah tertawa?" tanya Jody heran.
Albert yang berada disamping Angelica pun menghela nafas melihat kelakuan calon istrinya itu.
"Kan! Lihat saja, kalian ini sudah seperti sepasang kekasih, yang satu cemburu yang satu takut di cemburui," jawab Angelica yang kembali tertawa.
Jovanka terlihat malu-malu, sedangkan Jody hanya mengusap tengkuk lehernya.
"Sudahlah sayang, kau ini baru juga sampai disini tapi sudah menjahili orang," kata Albert pada Angelica.
"Iya iya, kan aku sudah bilang maaf," Angelica mencoba menahan tawanya.
"Oh ya, kalian kembali apa karena kalian akan segera mengadakan pesta pernikahan?" tanya Jody.
Setahu Jody Angelica memang berada di Amerika beberapa tahun ini untuk mengurus bisnis keluarganya disana, sedangkan Albert memang berada di London.
"Iya, aku hampir lupa," kata Angelica.
Ia mengeluarkan sebuah kartu undangan serta memberikannya pada jody, Jody pun menerima kartu undangan itu dan membukanya.
"Datang ya, awas jika tidak!" ancam Angelica dengan candaan.
"Kau juga datang ya sayang!" ajak Angelica pada Jovanka.
Jovanka hanya membalasnya dengan senyuman dan anggukan.
"Oke honey, kami pergi dulu ya, ingat bulan depan, bye!" Angelica pamit dari sana.
Jovanka menatap Jody yang masih fokus pada kartu undangan pernikahan yang ada di tangannya, pria itu tidak menyadari jika gadis di sampingnya masih kesal.
"Paman berhutang satu penjelasan kepadaku," ujar Jovanka.
Jody melihat ke arah Jovanka yang tampak sudah menggelembungkan pipinya itu, karena gemas Jody pun mencubit hidung Jovanka pelan.
"Apa apaan coba!" protes Jovanka.
"Penjelasan apalagi sih, Jo?" tanya Jody.
"Penjelasan kenapa Paman diam saja waktu aku dikerjai! Ayo jawab!" gurau Jovanka.
Gadis itu berusaha mencubit pinggang pamannya, Jody pun tampak menghindar sembari mengejek Jovanka, dengan berlari mencari perlindungan di belakang meja kerjanya.
"Paman sini nggak!" perintah Jovanka.
"Nggak! Kamu kalau nyubit sakit!" ujar Jody.
Mereka terlihat seperti anak kecil yang baru saja berebut permen, meski begitu mereka pun tampak bisa tertawa bersama. Hingga mereka terhenti karena ketukan pintu dari luar.
"Pak! Nona Alice disini!" suara sekretaris Jody dari luar.
Jovanka pun mulai merasa kesal begitu mendengar nama Alice, bukan tanpa alasan itu karena dia sudah merasa di bohongi serta membuat jurang kesalah pahaman oleh wanita itu.
Jody yang melihat raut wajah Jovanka berubah pun sudah bisa menebak apa yang di rasakan gadisnya, namun ia juga tidak bisa mengabaikan Alice karena wanita itu salah satu pemegang saham disana.
"Suruh dia masuk!" perintah Jody.
Begitu mendengar Jody mempersilahkan, Jovanka pun balik duduk ke meja kerjanya.
Begitu masuk Alice langsung duduk di sofa tamu tanpa di persilahkan seakan-akan dia adalah pemilik tempat itu. Alice duduk dengan menyilangkan kakinya membuat pahanya yang mulus bisa terlihat meski dari kejauhan karena wanita itu memakai span skirt.
Jody yang memang seharusnya menemui Alice pun duduk di depannya. Jovanka mengutak-atik laptopnya, namun matanya terus melirik ke arah Jody duduk.
"Dasar wanita itu! Kesini apa hanya untuk pamer pahanya!" gerutu Jovanka dalam hati.
Disisi lain, Jody tampak menanti Alice bicara. Alice hanya tersenyum menatap Jody yang membuat pria itu malah merasa gerah dengan sikap Alice.
"Kenapa kau mencariku?" tanya Jody karena Alice tak kunjung bicara.
"Hanya ingin mengunjungimu, apa tidak boleh?" tanya Alice yang masih memasang senyum di bibirnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 225 Episodes
Comments
Mumu Mujayanah
ku baca ulang g bosen 😄😄🤣
2024-08-22
0
Just Rara
duh si alice belagu bgt br jd pemegang saham,dia blm tau klu si jovanka anak yg punya perusahaan😏😏
2022-04-03
1
Aish🍿ᗰՏᖴ🍿᯽ℒ𝓊𝒸𝒶𝒾𝓂❦︎🍆
Alice cuma pemegang saham aja belagu..
lu ga tahu itu Jovanka anak pemilik perusahaan
2021-04-27
1