Pov Inka.
Sesampainya di apartemen, Mario langsung merebahkan dirinya di sofa. Belum sampai kamar, tapi Mario sudah tergeletak di sofa ruang televisi. Memang hari ini sangat melelahkan. Aku membiarkan Mario di sana, dan bergegas memasuki kamar mandi.
Aku teringat pesan Mario, yang ingin di manjakan olehku. Terlihat beberapa lingeri di tumpukan lemari kami, lingeri yang di belikan mama Laras, yang jumlahnya bisa sampai puluhan. Namun, hanya satu yang baru aku pakai. Aku sangat risih melihat bentuk pakaian itu. Terkesan seperti wanita nakal.
Akhirnya aku memakai lingeri yang berwarna hitam. warna ini, justru menjadikanku lebih anggun, kulitku pun terlihat semakin putih. ku pandangi tubuhku di cermin. terlihat sekali beberapa tonjolan yang terbuka.
"Hmm.. ini kenapa begini sih bajunya." gumamku. Aku mengacak-acak rambutku. Sebenarnya, aku pun menyukai sentuhan suamiku.
Ceklek.. pintu kamar mandi terbuka, tetapi tak rerlihat Mario di sini.
"Ah.. dia masih di ruang TV?" aku masih berkata pada diriku sendiri. Kemudian aku melangkah ke ruang televisi. Terlihat Mario yang masih tergeletak di sana.
"Kak, kalau ngantuk pindah ke kamar." ucapku lemvut sambil mengeluskan pundak Mario.
"Kak.." Aku masih mengeluskan pundaknya sambil di goyangkan lembut. Tiba-tiba Mario menarik pinggangku erat. Kini, aku berada di atasnya. Kepala Mario persis berada di dadaku.
"Harum, tubuhmu wangi." Kata Mario dengan mata masih terpejam.
Aku memeluk kepalanya dan membelai rambutnya, "Kalau masih ngantuk, langsung pindah ke kamar aja ya."
Aku menatap intens wajah Mario. Ia tampan, alisnya tebal, bulu matanya panjang, hidungnya mancung. Aku mencoba menyentuh hidung itu, tetapi Mario membuka matanya.
"Terpesona?" ucap Mario dengan suara seraknya.
"Hmm.. apa nya?" aku pura-pura polos, dengan kembali bertanya.
Mario tersenyum, "ck.. memang aku tidak tahu, dari tadi kamu memandang wajahku? Hmm.." Tangan Mario tidak tinggal diam. Ia membelai rambutku.
Kami benar-benar tidak berjarak. Belaian itu turun hingga ke pundak, lama Mario mengelus pundak mulusku. Tiba-tiba Ia tertawa kecil.
"Kamu kenapa?" Tanyaku melihat ekspresinya yang seperti itu.
"Aku juga ga tau aku kenapa? Berdekatan denganmu selalu membuatku turn on." jawab Mario dengan sedikit menurunkan tubuhku, sehingga kami berhadapan face to face. Ujung hidung kami pun bersentuhan.
"Apa nya yang turn on?" Tanyaku, jujur aku tak mengerti maksud Mario. Aku bertanya dengan ekspresi tidak tahu sebenarnya, membuat Mario semakin tergelak.
"Inka... Hahahahaha.."Tubuh Mario bergoyang karena tawanya, membuat tubuhku pun ikut bergoyang.
"Apanya sih yang lucu? Aneh." Aku memalingkan wajahku.
Tak lama kemudian, Mario menarik daguku dan mel*mat bibirku. Aku menikmati setiap ciuman yang di berikan Mario, ciuman pertama dan hingga kini tetap aku suka. Mario masih mel*mat bibirku lembut dan semakin menuntut. Lidahnya memasuki rongga mulutku, menyesap setiap yang ada di dalamnya, tak lupa ia pun menggigit-gigit bibirku.
"Kamu makan apa tadi?" Tanya Mario, setelah selesai mencium bibirku.
"Memangnya kenapa?" Aku malah balik bertanya.
"Kebiasaan, kalau aku tanya pasti balik nanya." Mario mencubit ujung hidungku.
"Karena rasanya selalu manis." Kata Mario lagi.
"Hmm.. Oya, tadi aku abis minum susu." wajahku mulai merona.
"Punya susu, seneng banget minum susu." Ledek Mario sambil meremas pa*ud*r*ku.
"Aaww... jangan di remas gitu!" Aku memindahkan tangan Mario dan mencoba bangkit dari kungkungannya.
"Kalau kamu udah bangun, aku buatkan kopi mau?" Tanyaku, setelah bangkit dan berdiri di hadapan Mario yang masih merebahkan dirinya di sofa.
"Sudah aku bilang, aku ga mau yang lain. Aku cuma mau tubuh kamu." ucap Mario yang sudah bangkit dan menyandarkan punggungnya pada dinding sofa.
"Kamu kalau ngomong suka ga jelas." Aku meningglkan Mario dan berjalan menuju dapur.
Aku membuka lemari es dan mencicipi kue tiramisu kesukaanku. Tiba-tiba Mario sudah melingkarkan tangannya di pinggangku dan terus menelusuri area leherku dengan bibirnya.
"Kak, geli." Rengekku. Mario menghentikan aktifitasnya. Ia ikut menatapku yang sedang memakan kue tiramisu.
"Ga takut gemuk makan ini malem-malem," ucap Mario dengan menempelkan dagunya di pundakku.
Aku menggeleng, "nggak kok, kan cuma cicipin doank."
"Kalau gitu aku juga mau cicipi," ucap Mario. Aku langsung memgambil sedikit kue itu, tapi tangan Mario menahanku.
"Bukan kue ini yang ingin ku cicipi, tapi tubuhmu." Mario menutup lemari es dan menggendongku ala bridel.
Mario membawaku ke kamar dan menidurkan di ranjang. Perlahan ia menelusuri tubuhku dari kepala hingga kaki, meemberikan rangsangan tersendiri olehku. Aku pun memberikan akses baginya untuk memudahkan apa yang mau ia lakukan.
Mario tersenyum menyeringai dan berkata, "udah mulai mengimbangi permainanku?" Aku hanya mengangguk dengan tatapan sayu, membuat Mario semakin beraksi.
Author Pov.
Pertempuran itu pun terjadi. Keduanya bergelut hingga di pertiga malam. berkeluh keringat dan bertukar saliva. Malam ini Inka melakukannya dengan sukarela dan tanpa tekanan. Ia terlihat lebih lihai dan semakin liar. Mario di buat tergila-gila oleh tubuh istrinya. Istri yang di ciptakan karena kegilaannya agar terhindar dari perjodohan sang ayah. Namun, kali ini ia benar-benar terhipnotis oleh tubuh sang istri. Satu-satunya tubuh wanita yang paling ia rindukan, ia sukai, bahkan tidak kenal kata bosan. Walau pernah menjelajah dengan tubuh yang lain, tapi istrinya yang paling ia inginkan.
Mungkin ini yang di namakan 'halal', sehingga yang di rasakan begitu indah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 142 Episodes
Comments
Nani Suarni
waaah si Mario untung banyak nih, udah traveling ke mana mana, dapatkan yang perawan juga
2023-07-05
0
Lela Lela
Makany jgn suma sm perempuan lain kasian inka
2023-05-30
0
Mulyanthie Agustin Rachmawatie
Rugi ya sebtul nya INKA dpt Mario tdak murni perjaka...apa lagi klo suka colok sana sini hiiiij...jijay bajay rasa nya....
2023-04-27
1