inka masuk ke kamarnya, terlihat Mario sedang duduk di sofa sambil asyik memainkan ponselnya. Inka duduk disebelah Mario. Mario melirik sekilas ke arah Inka, kemudian beralih ke ponselnya lagi dan berkata, "ngapain disini?"
"Gara-gara kamu, jadi mama nyuruh aku kesini buat temenin kamu."
"Kalau gitu pijitin aku, daripada bengong." Mario sudah memposisikan kepalanya bertelungkup pada paha Inka. Akhirnya Inka menurut, ia mulai memijit kepala dan pundak Mario.
"Kak, kamu udah daftarin aku untuk ikut pelatihan design di Paris kan?" Tanya Inka disela-sela aktifitasnya.
"Hmm.." jawab Mario.
"Terus kapan peresmian butiknya?"
"Kapanpun kamu mau, besok aku tunjukkan tempatnya, semua sudah tersedia. Kamu tinggal merekrut karyawan saja." Kini Mario membalikkan tubuhnya, membuat mereka berhadapan dengan jarak yang dekat.
"Kalau begitu terima kasih." Ucap Inka menegakkan kepalanya agar tidak terlalu dekat dengan Mario.
Mario bangkit dari pangkuan Inka dan berkata, "terima kasih aja, terus aku dapet apa?"
"Memang mau apa? bukannya kesepakatan kita hanya itu."
Mario tertawa dan kembali mendekati Inka, dengan suara berat dan lirih ia berkata ditelinga Inka. "Aku mau tubuhmu." Kemudian bibir Mario mencoba menelusuri leher jenjang Inka.
Inka berusaha menghindar, "kak, kamu tuh mesum banget. Kita menikah tanpa Cinta tapi kamu bisa-bisanya kaya gini."
"Simbiosis mutualisme sayang, aku lelaki normal dan kita sudah menikah. Aku juga sudah memberikan yang kamu mau, sekarang harusnya kamu juga memberikan yang aku mau." Mario mendekatkan lagi tubuhnya pada Inka.
"Aku juga yakin, kamu pernah melakukannya bukan?" Suara Mario seolah meremehkan, ia pikir Inka sama seperti wanita-wanita sebelumnya yang dengan mudah menyerahkan dirinya karena memang Inka dengan mudahnya menerima tawaran Mario saat itu.
"Jaga ucapanmu kak." Wajah Inka mulai memerah, tak terima dengan tuduhan itu.
"Capek ngomong sama kamu." Inka berusaha bangkit ingin meninggalkan Mario yang masih duduk disebelahnya.
Tangan Inka dicekal dan ditarik hingga duduk dipangkuannya. Lalu Mario mel*mat bibir Inka dengan rakus. Inka terkejut dengan serangan yang bertubi-tubi itu. Mario tak memberikan kesempatan inka untuk bernafas.
"Mmmpphh... Engg..hah.." Nafas Inka terengah-engah, setelah Mario melepas ciumannya. Mario tergelak melihat ekspresi Inka.
"Selama ini kamu pacaran ngapain aja In? Ga pernah ciuman juga?" Mario meledek. padahal dalam hatinya ia amatlah senang.
Inka berusaha mencubit perut Mario, namun perutnya yang sixpack dan keras membuatnya tak berhasil kesakitan. Malah membuat Mario menggila, lagi dan lagi Mario mencium bibir ranum Inka. Kemudian membawanya ke ranjang.
Mario membaringkan Inka diranjang, namun tetap dengan posisi mereka yang berciuman. Tangan Mario juga sudah tidak bisa dikondisikan, jari-jarinya mulai bergerilya menelusuri setiap lekukan tubuh Inka.
"Mpphh... Rio, kamu mau apa?" ucap Inka, setelah pangutan itu selesai dan wajah mereka sangatlah dekat.
"Sekarang berani panggil nama? Tapi ga apa, justru lebih menggairahkan memanggil langsung namaku tanpa sebuatan kak."
"Aakkhh.." Keluar desahan Inka yang merasa sakit akibat gigitan kecil Mario dilehernya.
"Rio berhenti, stop.. kamu mau apa?" Inka mencoba mendorong tubuh Mario yang menindihnya.
"Mau apa lagi? ya meminta hakku lah." Senyum Mario licik.
"Jangan macem-macem ya yo, kalau kamu lakuin itu, aku akan marah!" Ancam Inka.
"Ga peduli." Mario tetap melepaskan pakaian Inka satu persatu.
"Yo...!" Teriak Inka, setelah Mario berhasil melepas bra yang Inka pakai. Inka langsung menyilangkan tangannya. Ia mencoba menggeserkan kepalanya ke atas hingga sedikit bangkit, namun pinggulnya ditarik Mario. Mariopun menarik ****** ***** Inka, pakaian terakhir yang melekat ditubuhnya.
"Kak, kumohon jangan lakukan ini." Kini suara Inka mulai lirih, ia meminta dengan memelas agar Mario tersentuh.
"Kita kan suami istri sayang, halal buat aku melakukan ini."
"Tapi aku mau kita melakukannya atas dasar cinta."
"Bullshit, lelaki melakukan ini hanya karena kebutuhan, Inka. Buat kami cinta dan tidak sama saja yang penting kepuasan."
Inka memalingkan wajahnya. Memang benar saat ini Mario adalah suaminya dan yang berhak pada tubuhnya, melakukannyapun halal. Namun tidak bisakah ia melakukannya di saat tumbuh cinta diantara mereka? Sepertinya ia telah melakukan kesalahan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 142 Episodes
Comments
Nartadi Yana
semoga aja nanti Mario jadi bucin setelah tau inkanmasih perawan
2023-08-20
0
Lela Lela
tambah lama tmbah cintaaa
2023-05-30
0
Varhan Thio
Mario itu memang hak kamu dan halal,mengapa ada perjanjian tidak ada kontak fisik
2023-05-29
0