Mario berulang kali menelepon Inka. Nada sambung itu tak diangkat, hingga lebih dari sepuluh kali Mario men-dialnya.
"Apa dia marah? Shiit.." gumam Mario sambil melempar sembarang ponselnya.
*****
Mario sudah gelisah, pekerjaannya tak kunjung selesai. Ingin rasanya ia cepat-cepat menemui Inka saat ini. Siang ini, Mario menatap lagi ponselnya. Tak ada kabar apapun dari sang istri, biasanya Inka akan menelopon balik, jika ada telepon dari Mario yang tak sempat di angkatnya.
Setelah selesai dengan berbagai urusannya di Jogja. Mario segera kembali dan menemui Inka ke puncak.
Tok.. Tok.. Tok..
Mario mengetuk pintu, setelah ia berhasil menemukan titik dimana istrinya berada. Saat ini, Mario di temani supirnya, setelah lebih dulu mengantarkan Dhany pulang kerumahnya.
Bi Inah membuka pintu, "ya.."
"Benar ini vila milik bapak Raka?" Ucap Mario.
"Betul, hmm.. Suaminya Non Inka ya?" Kata bi Inah sambil mengetuk-ngetuk kepalanya.
Bi Inah tahu betul bagaimana rupa Mario, karena ia hadir dalan pernikahan Inka pada saat itu.
"Hmm.. Den Mario?" Ucap lagi bi Inah merunduk hormat, "silahkan masuk den."
"Inka dimana bi?" Tanya Mario yang sudah melangkahkan kakinya masuk kerumah itu.
"Di kamarnya den, ayo bi Inah antar!"
Mario mengangguk dan mengikuti langkah kaki bi Inah.
"Non, Inka sedang istirahat den."
"Emangnya Inka sakit bi?"
"Biasa den, sakit perut karena datang bulan. Non Inka memang selalu seperti itu kalau sedang datang masa bulanannya."
"Oh.." Mario mengangguk tanda mengerti.
"Ini kamarnya, oh iya den. Ini botol hangat yang biasa non Inka pakai untuk menghilangkan sakit perutnya."
Mario membuka pintu kamar Inka perlahan, sambil membawa peralatan yang dibutuhkan Inka dari bi Inah tadi.
"Bi, balsemnya ada juga kan? Aduuh.. perut Inka sakit banget bi." Ucap Inka demgan posisi yang masih memunggungi Mario.
Tubuhnya meringkuk seperti ulat yang menghadap ke dinding, sambil memegangi perutnya yang sakit. Inka tidak menyadari bahwa yang masuk ke kamarnya itu adalah suaminya.
"Bi.. elus-elus perut Inka seperti semalam." Rengek Inka manja.
Mario tersenyum, rupanya bisa juga Inka bersikap manja. Baru kali ini ia mendengarnya. Mario berjalan mendekati Inka yang masih meringkuk. Tangannya di tempelkan pada perut Inka.
Inka langsung membeku, ia sadar ini tangan siapa. Mario mengelus-ngelus perut Inka. Mario juga mengoleskan balsem pada perut Inka dan dengan lembut memijatnya.
"Masih sakit?" Keheningan di kamar itu lenyap, Mario bersuara. Namun, Inka tetap bungkam.
Kemudian Mario merebahkan dirinya persis disamping Inka sambil memeluknya.
"Maaf, maafin aku." Mario berdesis di telinga Inka.
Ujung mata Inka sudah meneteskan airmata. Ia sadar tak seharusnya marah karena memang dari awal, ia seperti j*l*ng yang menerima tawaran konyol Mario hanya karena uangnya. Bedanya ini j*l*ng yang dinikahi.
Mario merubah posisi Inka menjadi terlentang. Ia menyampingkan tubuhnya, agar lebih dekat dengan tubuh Inka sambil menyanggakan kepalanya dengan satu tangannya.
"Kamu tidak menjawab teleponku dari semalam. Masih marah? Apa di sini sakit?" Satu tangan Mario lagi memegang perut dan kewanitaan Inka.
Inka menggeleng.
Lalu tangan Mario beralih pada pipi mulus Inka. "Maaf semalam aku ada urusan di cabang Jogja, aku meneleponmu untuk memberi tahu, tapi tidak kau angkat." Ucap Mario lagi sambil terus membelai pipi Inka.
Mario bangkit dan mengambil sup hangat yang sudah di sediakan bi Inah.
"Makan dulu ya, supaya perutmu enakan."
Inka menurut, ia bangkit dan menyenderkan dirinya pada kepala ranjang.
"Aku suapi ya?" Inka mengangguk.
Dengan telaten, Mario mengurus Inka. Padahal ia sendiri sebenarnya sangatlah lelah. Namun, rasa bersalahnya begitu besar. Sehingga ia ingin menebusnya dengan memberikan Inka perhatian.
"Ga usah kak, aku bisa melakukannya." Inka menahan lengan Mario yang hendak membantunya berdiri untuk ke kamar mandi.
"Tak apa, aku bantu." Mario bersikeras untuk membantu sang istri.
"Kamu capek kan? kamu bisa makan dulu, bi Inah akan melayanimu." Kata Inka sesaat sebelum ia masuk kamar mandi.
Mario menggeleng. "Aku ingin kamu yang melayaniku."
Inka menarik paksa sudut bibirnya, "kalau gitu tunggu aku." Inka langsung masuk ke kamar mandi.
Mario menunggu Inka dengan duduk di tepi tempat tidur. Tak lama kemudian, pintu kamar mandi terbuka, Inka keluar. Ia menghampiri Mario dan meraih dasinya.
"Kamu belum bersih-bersih bukan? Di sini ada pakaian papa. Nanti aku ambilkan kaos oblong dan celana pendeknya." Ucap Inka tersenyum setelah membuka dasi Mario dan melepaskan kancing kemeja di tangan dan dada Mario.
Mario memeluk pinggang Inka dengan posisi Mario duduk dan Inka yang sedang berdiri. Mario membenamkan wajahnya pada dada Inka dan berkata, "aku minta maaf Inka, aku tidak tahu mengapa melakukan itu padamu."
"Tak apa, kamu benar, aku memang seperti itu."
"Seperti apa?" Mario menangkat kepalanya, menatap bola mata Inka.
"J*l*ng." Inka tersenyum setelah mengatakan itu.
"Ssttt..." Mario memnyentuh bibir Inka dengan telunjuknya dan berkata lagi, "tidak.. Jangan berkata seperti itu. Maaf."
Inka, menangkap kepala Mario. "Itu accident kak, aku tidak tahu namanya, hanya kenal pria itu sebagai salah satu customer miss Fang, tempatku bekerja dulu." Inka coba menjelaskan.
"Aku tahu, aku sudah lihat CCTV nya." Ucap Mario dengan masih dalam posisi itu.
Mario sangat nyaman berada dalam pelukan Inka, di tambah Inka mengeluskan kepalanya. "Oh, tuhan.. Apa aku menyukai perempuan ini?" Tanya Mario dalam benaknya.
Mario Jhonson
Inka Pramesti
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 142 Episodes
Comments
zeus
Kyk g punya harga diri
Minimal ksh hukum an suami bejatmu itu..
2025-03-17
0
Asti
Mario jahat banget sih, ngatain isterinya jalang
2024-02-07
0
Sri Watigustami
kok aq ikut mewek,inka dikatain jalang ma suaminya sndiri.😭😭😭
2024-01-21
0