Ingar-bingar suara di balik kamar, membangunkan Inka yang sedang hibernasi. Empat hari berada di rumah sendirian, membuatnya seperti men-charge kembali energi dan mood yang hilang. Namun hari ini, mereka semua kembali.
Inka keluar kamar dengan pakaian yang sudah rapih.
Langkahnya terhenti oleh suara ibu sambungnya "In, kamu mau kemana? Kita baru saja sampe, kamu malah mau pergi."
"Ada masalah sedikit di butik ma," jawab Inka beralasan.
Desi mendekat pada Inka dan merangkulnya, "duduk disini dulu In, mama bawa oleh-oleh buat kamu."
Dihadapan sang ayah, Desi memang selalu manis. Namun Inka tak ambil pusing dengan sikap ibu sambung dan adik tirinya itu. "Ini mama bawakan sepaket produk kecantikan, kamu kan sebentar lagi mau nikah. Coba nih perawatan dengan ini, dijamin nanti kamu tambah cantik." Kata Desi tersenyum sambil menyodorkan berbagai jenis produk kecantikan asli dari Korea.
Inka menerima pemberian mamanya dan berkata, "ga usah repot-repot ma. Tapi ini terima kasih." Senyum Inka, lalu berdiri hendak berpamitan pergi.
Raka dari tadi hanya memandang Inka tak bersuara. Ia ingin sekali menanyakan perihal wisudanya kemarin, namun lidahnya kelu, bibirnya enggan untuk mengeluarkan suaranya.
****
Hari pernikahan Mario dan Inka telah tiba. Kosmetik yang Desi berikan dari Korea, tak Inka sentuh sama sekali. Semua masih terbungkus rapih, berada di pojokan meja riasnya.
Inka dan Mario melangsungkan pernikahan disebuah hotel yang baru saja di akuisisi oleh ketiga bersahabat itu, siapa lagi kalau bukan Rey, Mario dan Andre.
"Hai udah pada kumpul ya, sorry gw telat." Ucap Jessy menghampiri ketiga sahabatnya.
"Sumpah lo cantik banget In." Kata Mely yang diacungi jempol oleh Cinta "banget."
"Yuk kita keluar, kayanya pengantin pria udah nunggu diluar deh." Ucap Cinta memunculkan kepalanya diluar pintu.
Mario sudah duduk di tengah-tengah antara ayahnya dan Rey sebagai saksi, dihadapan Mario sudah ada ayahnya Inka, pak penghulu dan satu saksi dari keluarga Inka.
Mario terlihat gugup, beberapa kali Rey harus mengusap keringat yang ada di dahi Mario. "Santai yo, jangan tegang." Ucap Rey meledek sahabatnya itu.
"Baik bisa kita mulai?" Kata pak penghulu. Kemudian pak penghulu memberikan Mario aba-aba dan menarik tangan Mario untuk berjabat pada ayah Inka.
"*Saya terima nikah dan kawinnya ananda Inka Pramesti binti Raka Prayoga dengan seperangkat alat sholat dan emas 250 gram, dibayar tunai." Mario berucap dengan lantang dan sekali tarikan nafas.
Sah.. Sah.. Sah.. Alhamdulillah, barokallahulaka wabaroka bainakuma fii khoir*.
Kemudian Inka keluar, Cinta menggandeng tangan Inka untuk menemaninya menemui lelaki yang sudah menjadi suaminya sekarang. Mario menatap Inka tak berkedip.
"Menantu mama cantik sekali, kamu beruntung yo," Laras menyenggolkan sikunya pada lengan Mario yang berdiri disamping. Mario hanya menanggapi dengan senyuman. Kemudian resepsi langsung digelar dua jam Setelah ijab qobul.
"In, nanti tinggal dulu dirumah mama ya?" Permintaan Laras setelah semua prosesi selssai dan berjalan lancar. Inka mengangguk, mengiyakan permintaan ibu mertuanya.
"Mario ga ada privasi donk, ma." Mario protes, pasalnya ia tak ingin pernikahan kesepakatan ini diketahui orangtuanya.
"Engga selamanya yo, paling mamamu hanya minta satu bulan kalian tinggal bersama kami." Jawab Andreas, papa Mario.
"Apa? satu bulan kelamaan pah, dua minggu. Oke, fix. Ga ada tawar menawar lagi." Mario menarik tangan Inka meninggalkan kedua orangtuanya yang masih berdiri disana.
"Memang anak itu kurang ajar," gumam Andreas dihadapan Laras. Laras hanya tertawa.
"Kak, ga apa kalau kita tinggal disini satu bulan," ucap Inka, setelah mereka berada di kamar kediaman Andreas. Laras bersikeras agar Mario menginap dihotel itu untuk malam pertama, namun Inka tidak menyetujui, sehingga mereka pulang ke mansion Andreas bersama-sama.
"Kamu mau nanti kita ketahuan?" jawab Mario dingin.
"Ketahuan kenapa? Di depan papah mamah, kita bisa seperti layaknya suami istri kan?"
"Tapi kamu kan ga mau disentuh, sementara pasangan pengantin baru itu harus mesra," ucap Mario memancing Inka.
"Iya ga apa-apa mesra, kesepakatan kita kan hanya 'no fisik' di ranjang." Inka coba mempertegas batasan mereka.
"Itu sama aja memancing singa lapar Inka." Senyum Mario hendak masuk ke kamar mandi, namun langkahnya terhenti dihadapan Inka dan berkata lagi, "terus jangan pakai pakaian s*xy kaya gini di depan aku, nanti jangan salahin kalau aku khilaf."
"Ish apa sih." Inka memonyongkan bibirnya. Lalu segera tidur lebih dulu dari pada nantinya harus ada perdebatan lagi dengan Mario.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 142 Episodes
Comments
Nartadi Yana
boleh aja khilah orang sudah sah kok
2023-08-20
0
@@Ayyaa@@
kalo ke istri itu harus khilaf... 😅😅
2023-08-15
0
Nani Suarni
itukan cuma perjalanan kalian berdua, g ada saksi yang menjadi saksi perjanjian kalian,
jadi kalau khilaf g dosa buat kalian
2023-07-05
0