Inka bergegas kembali menuju kamarnya, melewati ruang kerja yang terlihat Mario dan Andreas sedang berbincang. Tubuh Inka terasa lengket. Pasalnya, sejak pagi ia langsung pergi ke dapur, memasak dan mengurus ibu mertuanya yang sedang sakit.
Inka merehatkan dirinya didalam bathup dengan aromaterapy yang ia sukai.
"OMG, lupa bawa baju ganti," guman Inka menatap lemari baju didepannya yang kosong karena ia belum sempat menata pakaian yang akan ia pakai disana.
Inka keluar kamar mandi tanpa sehelai benangpun. mengingat Mario juga sedang sibuk di ruang kerja bersama ayahnya, membuat Inka percaya diri jika tidak ada Mario dikamar itu. Inka berjalan menuju lemari pakaian tanpa menolah kekanan dan kekiri.
Ternyata Mario tengah duduk di ujung ranjang, menatap intens tubuh istrinya yang tidak berbalut satu pakaianpun.
"Tubuhmu selalu membuatku menegang, In," gumam Mario tersenyum.
Mario berdiri dan menghampiri sang istri, namun Inka tetap tidak menyadari keberadaannya. Lama Inka menatap beberapa pakaian, memilih pakaian yang cocok untuk ia pakai.
"Aaakkhhh...Hmm..." Desah Inka, merasakan bibir Mario yang menelusuri area belakang lehernya.
Tangan Mario pun tak tinggal diam, kedua tangannya terus menerus meremas gunung kembar Inka. Tubuh Inka melemas, ia berpegangan pada ujung lemari untuk menyangga tubuhnya.
"Mau menggodaku.. hmm?" Dengan suara berat dan nafas memburu, Mario mengelus rambut Inka dan menyingkapkannya ke samping, membuat dirinya leluasa untuk terus menciumi tubuh belakang Inka.
"Hmm.. A..ku kira kamu masih diruang kerja bersama papa." Inka menggigit bibir bawahnya.
Mario membalikkan tubuh Inka, ******* bibir ranum itu, lembut dan semakin menuntut. Kemudian menelusurinya ke leher dan dada, sambil menggigit membuat tanda merah di mana-mana. Inka hanya menerima setiap sentuhan suaminya. Sudah tidak ada lagi penolakan dari Inka, ia sadar dengan kata-kata Mario sebelumnya, bahwa hubungan mereka adalah simbiosis mutualisme. Hubungan yang saling menguntungkan, Inka butuh kekuasaan Mario dan Mario butuh tubuh Inka. Walaupun tak di pungkiri terjadi degupan jantung kencang keduanya saat bercumbu. Tak jarang Inka pun merasa ada desiran aneh, saat Mario memberikan perhatian-perhatian kecil. Namun keduanya tidak menyadari apakah itu cinta?
Kini keduanya tengah berada diranjang, saling memberi dan menerima kenikmatan dengan bulir-bulir keringat karena semangat. Mario tidak pernah puas dengan tubuh Inka, di tambah pelayanan yang diberikan sang istri semakin hari semakin luar biasa. Ini semua ulah Mario, Inka yang galak menjadi bin*l seperti ini.
Mereka mengakhiri penyatuan itu, setelah mendapatkan pelepasan. Nafas Inka masih terengah-engah, Mario pun sama, ia tergulai lemas disamping Inka. Tak lama kemudian, tangan Mario meraih tubuh Inka untuk dipeluknya. Beberapa kali Mario mengecup pucuk kepala Inka. Mario tak bisa mengartikan perasaannya, ia begitu nyaman setiap kali memeluk Inka. Begitupun ketika dirinya di landa stres tingkat tinggi karena pekerjaan, tubuh Inka mampu mengurai penat itu.
"Ini di buat di mana?" Inka mengelus dada kanan Mario, tercetak jelas tato yang menghiasi area dada bidang itu, sampai ke pundak.
Sudah lama Inka ingin menanyakan ini, namun tidak berani.
"Di Selandia Baru," jawab santai Mario.
"Ini gambar apa?" Inka masih meraba dada Mario.
"Ini namanya tato Maori, yang buat asli suku Maori, ketika aku bertandang ke Selandia Baru bersama teman-teman kuliah ku dulu."
"Bersama kak Rey dan kak Andre? Berarti mereka punya ini juga?"
"Rey dan Andre tidak, hanya beberapa di antara kami yang mau di tato, termasuk aku."
"Tapi di agama kita, ini kan tidak boleh kak." Inka menggigit bibirnya dengan menatap wajah Mario.
"Hmm.. iya aku tau, pertama kali papa dan mama lihat ini, mereka pun marah. Tapi mau di apakan lagi, semua sudah terjadi."
"Pasti sakit saat membuat ini?" ucap Inka dengan wajah polosnya.
Mario tersenyum dan mengangkat dagu Inka, "Kamu terlihat galak diluar, tapi polos di dalam."
"Ha..?" Inka membalas tatapan Mario, namun tidak mendengar apa yang Mario ucapkan tadi.
"Ck.. Kamu ga denger apa yang aku katakan tadi?" Inka menggeleng.
Kemudian Mario menarik dagu Inka dan mel*m*tnya, di sertai gigitan pada bagian bawah bibir Inka.
"Hmm.. sakit." Inka memegang bibir bawahnya.
"Itu hukuman karena ga denger aku ngomong."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 142 Episodes
Comments
Lela Lela
semoga mario sm inka selamny adem ayem
2023-05-30
0
Varhan Thio
hahahahhhh ....sering dapat hukuman
2023-05-30
0
gembulers
km jg SK ditato SM Mario kok in.tp ngg permanen.itupun bijinya special pk telor
2023-02-28
1