Pagi itu Alan menjemput Sarah, sebagai kekasih yang baik meskipun hanya pacar kontrak saja. Alan mengetuk pintu rumah Sarah, Sarah terkenjut ketika melihat Alan datang. Ia tak tahu kenapa Alan harus menjemputnya. Karena sebenarnya hal itu tidak perlu. Toh mereka hanya pacaran kontrak saja.
"Kok ke sini ya? Seharusnya tak harus repot-repot."
"Sebagai kekekasih yang baik ya aku harus datang dan menjemputmu."
"Terserah deh."
Fandy yang melihat Alan menjemput Sarah sedikit cemburu. Namun ia harus relakan Sarah dengan pilihan Sarah. Bagi Fandy yang paling penting adalah kebahagian Sarah. Meski hatinya harus terluka parah. Dan itu tak apa baginya untuk saat ini.
"Ayo berangkat."
"Aku ambil tas dulu ya."
Setelah ambil tas, Sarah dan Alan berangkat ke sekolah. Alan sudah akan melunasi spp Sarah. Sarah terlihat fresh karena ia sudah tak lagi kerja di club jadi kini mata pandanya sudah mulai hilang.
"Kamu udah sarapan?"
"Sudah."
"Kalau belum kita sarapan dulu."
"Sudah aku sudah masak tadi, ibukan kan sakit jadi aku perlu masak untuk ibuku juga."
Akhirnya mereka sampai di sekolahan juga, semua siswa terpaku ketika melihat Sarah turun dari mobil Alan. Nayla nampak kesal, meskipun ia tahu jika Sarah dan Alan hanya pura-pura pacaran saja. Namun tetap saja ia cemburu karena Alan tak pernah memperlakukannya semanis itu.
Sarah risih karena Alan menggandeng tangannya itu. Intan yang melihat Alan bersama dengan Sarah lega. Karena itu tandanya Rendi tak akan dekat-dekat Sarah lagi. Hancur hati Rendi, ia tak tahu sejak kapan Alan menyadari rasa cintanya pada Sarah. Dan Rendi juga baru tahu kalau Sarah mau dengan Alan.
Rendi berfikir bagaiman bisa Sarah cinta dengan Alan. Pasti ada yang tidak beres, itulah yang ada difikiran Rendi. Alan dan Sarah yang dulunya seperti kucing dan tikus kini malah sangat dekat dan bahkan menjadi sepasang kekasih.
"Jangan geer ya, ini cuma pentiraan saja." Bisik Alan.
Alan kembali agak dingin dan mengesalkan menurut Sarah. Sikap Alan yang berubah-ubah memang sangat sulit untuk ditebak. Ia tak tahu bagaimana sifat Alan yang sebenarnya.
"Siapa juga yang ngeflay, aku enggak bakal masuk perangkap cintamu."
"Oh ya, lihat saja nanti."
Alan masuk ke kelas, ia meminta Rendi untuk duduk dengan Intan karena ia akan duduk dengan Sarah. Rendi hanya menurut saja, Intan senang karena Rendi duduk satu bangku dengannya.
"Kenapa menatapku seperti itu?"
"Apa?"
"Katakan saja kalau aku cantik."
"Apaan sih, kamu itu tidak ada cantik-cantiknya tahu."
Alan mengejek Sarah, Nayla tambah kesal dengan karena Alan terlihat romantis dengan Sarah. Alan seperti menikmati perannya sebagai kekasih pura-pura Sarah. Alan sepertinya melakukan itu tanpa paksaan sama sekali. Sedangkan Intan lega karena Sarah akhirnya bersama dengan Alan juga.
Jam istirahat Alan mengajak Sarak ke kantin, kini Alan, Sarah, Nayla, Rendi dan juga Intan makan bersama. Hanya Nayla yang terlihat tidak senang dengan kondisi seperti ini. Rendi juga tidak suka tapi ia masih bisa tetap tersenyum.
"Hari ini aku traktir."
"Baik banget sih Alan, sering-sering aja." ucap Intan.
"Siap Tan."
Sarah tahu Nayla pasti sangat marah saat ini, dari raut wajah Nayla saja sudah terlihat begitu tidak suka. Karena sejak awal Nayla memang suka dengan Alan. Selesai makan dan sudah kenyang mereka kembali ke kelas. Alan mentap Sarah keduanya saling tatap. Mata pelajaran yang sangat membosankan, Alan sama sekali tidak suka dengan pelajaran sejarah. Baginya pelajaran sejarah adalah pelajaran yang membosankan.
Akhirnya yang ditunggu-tunggu datang juga bel pulang, Sarah yang keblet buang air kecil langsung menuju toilet setelah kelas dibubarkan. Diam-diam Nayla mengikuti Sarah, Nayla berencana untuk menguci Sarah di kamar mandi. Ia ingin Sarah meninggalkan Alan, karena Alan adalah miliknya dan Sarah tidak boleh memiliki Alan.
Sarah masuk ke dalam kamar mandi, dengan sigap Nayla menguci pintu dari luar. Nayla lalu pergi sambil tertawa, Nayla melihat Alan tengah bertanya-tanya pada teman-temanya kemana perginya Sarah. Bahkan Intan tidak tahu Sarah pergi kemana.
"Cari siapa sih Lan, ayo pulang."
"Sarah."
"Pasti dia sudah pulang duluan."
Selesai buang air kecil, Sarah mencoba membuka pintu kamar mandi namun tak bisa. Sarah panik ia ketakutan, Sarah berteriak minta tolong.
"Tolong...tolong, siapa di luar tolong aku tolong. Aku terkunci di sini."
Tak ada jawaban, Sarah menangis untuk pertama kalinya Sarah yang tegar menangis. Sarah berdiam diri ia tak mau kehilangan tenanganya itu.
Alan tak mau pulang ia masih mau menungyu Sarah. Nayla pulang duluan, karena ia tak mau tahu tentang Sarah. Karena memang dirinya yang sengaja menguci Sarah di kamar mandi.
"Cari saja sampai ketemu, paling juga besok baru ditemuin cleaning servis." batin Nayla.
Alan mencari Sarah ke sekeliling sekolahan namun ia tidak menemukan Sarah. Ia mencari Sarah keperpustakaan ternyata perpustakaan juga sudah tutup. Dan tempat terakhir yang belun Alan kunjungi yaitu kamar mandi.
"Tolong..tolong siapa di luar tolong."
Sarah kembali meminta tolong, dan suara Sarah juga mulai terdengar di telinga Alan. Alan mencari sumber suara itu, sedangkan Sarah kembali berteriak karena ia melihat kecoa. Sarah sangat geli dengan kecoan, ia berteriak histeris. Alan segera berlari, menuju kamar mandi.
"Sarah apa kamu di sana?"
"Alan tolong aku, Alan."
Alan membukakan pintu kamar mandi, dan melihat Sarah dalam kondisi ketakutan dan juga pucat. Sarah spontan memeluk Alan, Sarah dalam kondisi menangis. Alan mengusap rambut dan juga punggung Sarah. Ia mencoba menanangkan Sarah, Sarah masih menangis.
"Kamu sudah aman di sini, siapa yang melakukan ini?"
"Aku tidak tahu."
Sarah melepas pelukanya, ia meminta maaf pada Alan karena dirinya telah memeluk Alan.
"Maaf enggak sengaja meluk."
"Iya aku paham."
Alan mengajak Sarah pulang, ia menggandeng Sarah. Tangan Sarah sangat dingin dan wajah Sarah juga masih pucat.
"Hey tenang, kenapa tanganmu dingin sekali?"
"Tidak aku tidak apa-apa."
"Ya sudah ayo pulang."
Alan yang dulunya dingin dan juga usil, berubah menjadi lembut dan juga baik. Sarah makin tertarik dengan Alan, karena Alan mulai berubah. Saat ini mereka tengah berada di dalam mobil.
"Apa kita mampir makan dulu, sepertinya kamu kehabisan energi."
"Tidak usah terimkasih."
"Diam sebentar."
Alan mendekati wajah Sarah, Sarah terlihat bingung. Sarah sedikit gugup, Alan mengambil kecoa yang ada di rambut Sarah.
"Ada kecoa di rambutmu."
"Mana-mana keco itu mana?"
Sarah yang takut dengan kecoa reflek memeluk Alan.
-tbc'
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 86 Episodes
Comments
Elina💞
pasti itu alan masih akting pura" baik,nanti sarah pasti di bikin malu lagi
2021-08-31
1
silviaanugrah
hai thor, aku datang bawa 15like.
smngt up & smg ceritanya sukses ya, aku tunggu feedback-nya. 😉✨
2021-02-22
1
Ririn Satkwantono
kecoa membawa berkah😁😁
2021-02-04
1