Sarah sampai di rumah ia melihat ada bungkusan beras di depan pintu rumahnya. Dan tak ada alamat pengirimnya, Sarah penasaran dari siapa beras itu. Fandy datang membawakan titipan Intan, makanan dan juga cemilan untuk Sarah.
"Apa beras ini juga dari Intan?"
"Aku tidak tahu, Intan hanya menitipkan ini padaku."
Sarah masuk ke dalam rumah, Fandy mengangkatkan beras yang ada di depan rumah Sarah. Dan ia membawa beras itu masuk ke rumah Sarah. Sarah membantu ibunya berbaring di ranjang, Sarah juga menyuapi ibunya dengan bubur pemberian Intan. Beruntung sekali Sarah memiliki sahabat sebaik Intan.
"Kamu enggak kerja Fan?"
"Capek nih, libur sehari dulu."
"Ohh..."
Fandy meninggalkan rumah Sarah, karena ia tahu Sarah butuh istirahat dan tak ingin diganggu saat ini. Setelah menyuapi ibunya Sarah berbaring, ia ingin mengistirahatkan tubuhnya untuk sejenak. Ia juga ingin melupakan kejadian di taman tadi. Saat ia bertemu dengan Alan di sana.
Fandy pergi bersama dengan adik-adiknya karena ia sudah janji akan membelikan sepatu dan peralatan sekolah untuk adik-adiknya.
"Siapa Rah sebenarnya laki-laki yang kamu cintai, dan seperti apa dia. Aku memang miskin tapi aku sangat mencintaimu, sejak dulu. Cinta ini tumbuh dan mengalir seperti air." Batin Fandy.
Alan sudah sampai rumah, dan di rumah Alan ada Nayla. Nayla adalah teman satu kelas Alan, yang juga ayah Nayla adalah sahabat ayah Alan. Nayla sangat suka dengan Alan, namun Alan sama sekali tidak tertarik dengan Nayla. Baginya Nayla hanya gadis manja yang mengandalkan harta orang tua saja.
"Alan mau kemana kamu, ini kan ada Nayla. Cepat mandi ganti baju dan ajak Nayla jalan-jalan."
"Iya yah, sebentar."
"Tu kan Alan mau."
"Iya om, makasih."
Alan masuk ke dalam kamarnya, ia mandi dan juga ganti baju. Sebenarnya ia tidak mau jalan dengan Nayla. Tapi apa daya ia tak bisa menolak permintaan ayahnya itu. Mau tidak mau ia harus jalan dengan Nayla, dan entah kemana.
"Ayo Lan."
Nayla dan Alan saat ini berada di mobil, Alan kesal dengan Nayla. Namun Nayla malah terus memasang senyum manisnya yang menurut Alan sama sekali tidak ada artinya. Karena semakin Nayla mengejarnya ia akan semakin benci dan tidak suka dengan Nayla. Nayla terlalu agresif baginya.
"Kita mau kemana sih? Libur buat istirahat ini malah jalan-jalan."
"Refresing, nenangin diri biar otak kamu kembali segar dan bisa kalahin Sarah."
"Lalu kita mau kemana?"
"Mall belanja buat tenangin otak."
"Bayar sendiri."
"Siap, anak sultan gitu."
Nayla yang sombong dan apa-apa harus serba mewah. Alan juga orang kaya tapi tidak selebay Nayla. Sampailah mereka di salah satu mall. Nayla menggandeng tangan Alan, seolah Alan adalah kekasihnya. Dan kali ini Alan hanya ikut saja, karena ia berharap semua ini cepat berakhir dan ia bisa istirahat.
"Cocok enggak buat aku?"
Nayla menunjukan baju seksi, dan ia minta pendapat Alan. Alan menggelangkan kepalanya karena itu terlalu terbuka.
"Bukanya kamu suka cewek seksi ya?"
"Enggak juga."
Mereka kembali berkeliling hingga akhirnya Nayla membeli baju dan juga jam tangan. Setelah selesai belanja Alan dan Nayla makan siang bersama. Alan lega karena setelah ini pasti Nayla akan mengajaknya pulang.
Benar saja setelah makan dan berselfi Nayla mengajak Alan pulang. Alan mengantarkan Nayla, karena tadi Nayla datang ke rumahnya diantarkan oleh supirnya itu.
"Makasih ya."
"Iya."
"Hati-hati di jalan, love you beb."
Alan tak memperdulikan ucapan Nayla, ia melaju meninggalkan rumah Nayla dan menuju rumah Rendi. Alan akan mengajak Rendi ke club. Alan masih penasaran apakah Sarah memang berkerja sebagai wanita penghibur di club itu atau tidak.
Sarah terbangun dari tidurnya, ia lalu cuci muka dan mengambil buku-bukanya. Kesempatan untuknya belajar, disela-sela sibuknya Sarah tentu meluangkan waktu untuk belajar. Demi mempertahankan prestasinya itu, agar ia tidak dihina Alan.
Hari semakin gelap Sarah mandi, dan bersantai sejenak karena beberapa jam lagi ia harus pergi ke club untuk berkerja. Sebenarnya ia ingin keluar dari club itu dan pindah pekerjaan. Namun karena ia sudah terikat kontrak mau tidak mau ia harus menyelesaikan kontrak itu terlebih dahalu. Karena jika ia melanggar kontrak harus membayar mahal untuk itu.
Alan juga sudah siap berangkat ke club ia masih menunggu Rendi. Rendi memang biasa datang ke rumah Alan dengan motor. Dan baru mereka pergi ke club dengan mobil Alan. Karena Alan memiliki kebiasaan mabuk berat hinggal tak bisa menyetir. Alan pernah kecelakaan, jadi Rendi was-was jika Alan mengatakan akan pargi ke club. Akhirnya Rendi datang juga, Rendi dan Alan langsung berangkat menuju club.
"Lan, enggak takut ayahmu marah."
"Dia sudah berangkat ke malaysia tadi."
"Ohh..sebenarnya apa yang istimewa dari Sarah. Kenapa kamu mata-matai Sarah?"
"Tak ada yang istimewa dari dia sama sekali tak ada."
Mereka sampai di club itu, Rendi memesan beberapa minuman dan juga cemilan. Alan mengawasi semua tempat di club itu untuk memastikan apakah Sarah ada di sini atau tidak. Sarah yang tadi sudah melihat Alan, memilih untuk mengenakan masker dan juga rambut palsu yang memang sudah ia siapkan dari rumah untuk jaga-jaga. Ia tak ingin Alan melihatnya ada di club.
Seorang wanita penghibur menadatangi Alan, dan menawarinya untuk kencan. Alan menolak wanita itu, manun wanita itu masih bergelayut di tubuh Alan. Alan yang risih membentak wanita itu, dan barulah PSK itu pergi meninggalkan Alan dan juga Rendi.
"Pesonamu membuat para PSK itu terkesima."
"Terlalu beresiko, PSK itu pasti banyak penyakitnya."
"Iya juga sih, udah lihat Sarah di sini? Mana mungkin sih dia di sini."
"Belun tapi aku yakin dia ada di sini."
Sarah mengantarkan pesanan Alan, Alan menatap Sarah meski Sarah sudah melakukan penyamaran.
"Baru kali ini pelayan di sini pake masker dan juga kaca mata."
"Lagi sakit mas, ini pesanannya."
Setelah mengantarkan pesanan itu Sarah langsung meninggalkan Alan. Ia berharap Alan tidak mengenalinya.
"Pelayan itu mirip seseorang."
"Halu kamu Lan, mirip siapa sih? Cupu gitu tapi seksi juga pasti sudah di makan sama om-om."
"Aku rasa belum, lihat posturnya dia masih gadis."
Rendi menatap sekililingnya, begitu banyak wanita cantik dan juga pasangan yang sedang bermesra-mesraan. Karena bosan Rendi mengajak Alan pulang, namun Alan tak mau pulang. Padahal Alan tidak minum banyak ia hanya makan cemilan saja.
"Ayo pulang."
"Bentar lagi, tunggu club tutup kita baru pulang. Aku yakin Sarah ada di sini."
"Kalau Sarah ada di sini kamu mau beli dia? Mau enak-enak sama dia?"
Alan terdiam sepertinya ia sedang memikirkan sesuatu.
-Tbc-
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 86 Episodes
Comments
TK
halo
2022-11-02
0
Elina💞
ich salah aa sih sarah sm alan,ko segitu bencinya dia sm sarah
2021-08-31
1
Thomas Juwita
kenapa sih alan begitu bwncinya dgn sarah n mau menjatuhkan sarah
2021-02-17
1