Sarah tak habis fikir bisa-bisanya Alan mabuk-mabukan, cintra Alan dimata Sarah kini hancur. Sebenarnya meski Alan mengesalkan diam-diam Sarah jatuh cinta dengan Alan. Sarah kagum dengan ketampanan dan juga kecerdasan Alan. Dan hari ini semua itu sirna, setelah ia melihat Alan sedang minum bersama dengan teman-temanya itu.
"Kamu enggak takut Lan ayahmu marah?"
"Orang tuaku itu tak peduli denganku, ayo minum lagi. Tenang aku yang bayar."
Terlahir dalam keluarga kaya raya tak menjamin kebahagian. Sama halnya dengan Alan, ia kesepian karena kedua orang tuanya sibuk berkerja. Kakaknya juga jarang pulang, karena kuliah di luar kota. Alan hanya sendiri, di rumah besar nan megah itu.
"Udah ya Lan, udah malam ayo kita pulang, mana kunci mobilnya? Biar aku saja yang menyetir."
Alan diantarkan pulang oleh temanya, karena kondisinya yang tidak memungkinkan untuk menyetir mobil sendiri. Akhirnya sampai juga di rumah Alan, setelah sekitar 15 menitan. Rendi teman Alan memapah Alan masuk ke dalam rumah Alan. Rumah besar yang mewah nan megah namun sepi. Hanya ada beberapa asisten rumah dan juga satpam Alan. Kedua orang tua Alan sibuk berkerja hingga tak tahu kelakuan anaknya.
"Lan aku pulang ya."
"Makasih udah ngenterin ya."
"Sama-sama."
Rendi pergi meninggalkan rumah Alan, untung saja besok hari minggu jadi Alan bisa bangun siang. Dan tak ada yang akan curiga jika ia mabuk-mabukan.
Sarah pulang dari club seperti biasa ia dijemput Fandy. Fandy dengan senyum yang lebar berharap Sarah sudah mendapat jawaban dari pertanyaanya.
"Gimana Rah, apa jawabanya?"
"Jawaban apa?"
"Perasaanku padamu."
"Maaf ya Fan, aku enggak bisa."
"Kenapa? Ada orang lain yang kamu cintai?"
"Bukan, aku tidak ingin membahas cinta. Karena aku ingin mengerjar mimpiku."
"Baiklah, kalau itu keputusanmu."
Fandy dan Sarah berjalan pulang ke rumah, dalam perjalanan hanyalah hening. Mereka sama sekali tidak mengobrol, entah karena capek atau memang canggung saja. Sarah tak ingin Fandy hilang dari hidupnya, namun Sarah juga tidak ingin menjadi kekasih Fandy. Baginya Fandy itu sudah seperti keluarganya sendiri.
Sampai juga di rumah, Sarah mengucapkan terimaksih pada Fandy. Dan keduanya kini masuk ke dalam rumah. Fandy nampak lesu, ia tahu jika Sarah pasti sudah jatuh cinta dengan orang lain. Fandy akan mencari tahu siapa orang yang disukai Sarah. Hingga Sarah menolak cintanya, padahal dirinya selalu ada untuk Sarah.
"Mungkin cintamu bukan untukku, tapi ketahuilah rasa cintaku sangat dalam untukmu. Lebih dari yang kau tahu saat ini." Batin Fandy.
Sarah masih kepikiran dengan Alan, entah kenapa ia jadi memikirkan Alan. Alan yang selalu menyusahkan hidupnya itu. Sarah tak bisa membohongi perasaanya karena ia memang kagum dengan Alan. Sarah memutuskan tidur saja, dan esok akan ia membawa ibunya jalan-jalan ke taman untuk menghirup udara segar.
Pagi harinya Alan terbangun dari tidurnya karena ayahnya yang menbangunkanya dengan menyiram air di mukanya. Alan yang terkejut langsung saja bangun dan mendapati ayahnya.
"Ayah, ada apa ini."
"Jam berapa ini? Semalam kemana, kok jam segini belum bangun."
"Main game Yah, sama nonton bola inikan hari libur."
"Bohong baju kamu bau Alkohol, kamu minum."
"Enggak Yah."
"Sekarang bangun mandi, dan olahraga. Ayah ingin hidup sehat."
Dengan sedikit malas, Alan bangun dari tempat tidurnya itu. Ia berjalan menuju kamar mandi yang ada di dalam kamarnya. Tentu saja Alan masih sangat mengantuk, dengan guyuran sedikit air pasti akan menbuat mata Alan jadi terbuka dan kembali bugar. Alan sudah selesai mandi, dan juga sudah siap untuk joging pagi. Meskipun sudah jam 8 pagi, sudah terasa panas.
"Nah gitu dong anak ayah."
"Ya udah Alan joging dulu."
Alan berangkat joging, ia akan ke taman kota. Dan kebetulan Sarah juga ada di sana bersama dengan ibunya. Alan melihat Sarah duduk di bangku taman bersama dengan ibu Sarah. Alan yang penasaran hanya melihat Sarah dari kejauhan. Ia yakin jika ibu Sarah sakit parah, karena warna kulit ibu Sarah telihat sangat pucat.
"Bu Sarah beli minum sebentar ya? Ibu di sini aja jangan kemana-mana."
"Iya Nak."
Sarah meninggalkan ibunya sendiri di bangku taman sementara dirinya membeli minuman. Ketika hendak membeli minuman Sarah dihadang oleh Alan.
"Mau apa kamu?"
"Lewatlah ini kan jalan umum."
"Apaan sih gak jelas, dasar pemabok."
"Dari mana kamu tahu."
Alan mendekati Sarah, Sarah yang keceplosan jadi bingung harus berkata apa. Sarah hanya diam saja ketika Alan terus memepetnya.
"Darimana kamu tahu? Atau kamu juga ada di club ya semalam? Ngapain, jual diri ya?"
"Plakk." Sebuah tamparan mendarat di pipi kiri Alan. Alan memegangi pipinya yang panas akibat tamparan dari Sarah.
"Jaga bicaramu ya, aku bukan pelac*r."
"Trus ngapain di club?"
"Siapa juga yang di club, halu kamu."
Sarah meninggalkan Alan, Alan jadi penasaran dari mana Sarah tahu jika dirinya suka minum.
"Lihat saja Sarah, kamu akan mendapatkan akibat dari tamparanmu ini." Batin Alan.
Sarah membeli minuman, ia sedikit ketakutan ia takut Alan tahu jika dirinya berkerja di club malam. Ia takut Alan menyebar berita tidak benar, dan mengatakan jika dirinya adalah wanita panggilan. Sarah dalam kondisi takut, bingung dan juga gelisah. Setelah membeli minum Sarah kembali ke tempat ibunya.
"Lama ya bu? Maaf."
"Enggak kok sayang."
Sarah membantu ibunya minum, setelah itu mereka pulang ke rumah. Hari minggu adalah surga bagi Sarah karena ia bisa istirahat sejenak. Meski nanti malamnya ia harus ke club, untung saja siangnya ia libur dan tidak menjadi kurir makanan.
"Bagaimana kalau Alan tahu, mati aku." Batin Sarah.
Intan datang ke rumah Sarah, Intan membawakan Sarah makanan. Intan yang notabenya anak orang kaya sering membantu Sarah. Intan tahu kondisi Sarah serba kekurangan. Karena Sarah tak ada di rumah Intan menitipkan makanan itu pada Fandy. Intan juga memberikan beras untuk Sarah. Namun Intan tak mau Sarah tau beras itu darinya.
Alan mencari cara bagaimana caranya menyelidiki Sarah. Ia harus tahu apakah Sarah hanya mengarang tentang ia yang seorang pemabuk. Atau memang Sarah kemarin di club dan melihatnya. Tapi untuk apa Sarah ke club, Alan hanya spontan saja mengatakan jika Sarah jual diri.
"Aku harus cari tahu, kalau benar Sarah jual diri bisa jadi bahan buat ngeluarin dia dari sekolaha. Dan tak ada lagi saingan berat untuk jadi juara." Batin Alan.
Alan kembali ke rumahnya, dan ia berniat untuk pergi ke club nanti malam untuk memastikan apakah Sarah adalah wanita penggilan.
-tbc-
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 86 Episodes
Comments
TK
🥺
2022-07-16
0
Elina💞
jangan sampai sarah di keluarkan dr sekolah gr" pitnah dr alan
2021-08-31
1
Rini Lestari
jika aku baca novel selalu kulihat awalannya bagus maka aku akan lanjut sampai habis .
karya mu bagus dan aku beri like dan lanjut baca .
2021-06-14
0