Sebentar lagi club akan tutup, Alan dan Rendi keluar dari club itu. Mereka berdiri di depan gerbang, melihat satu per satu orang yang keluar dari club. Namun mereka tak mendapati Sarah keluar dari club.
"Apa aku bilang Sarah itu enggak ada di sini, ngapain coba Sarah di sini?"
"Jual diri mungkin, Sarahkan orang susah."
"Jangn gitu, Sarah itu baik orangnya dan enggak kaya gitu sepertinya."
"Udah ah ayo pulang."
Alan dan Rendi pulang, dan saat itulah Sarah keluar dari club masih mengenakan penyamaranya untuk jaga-jaga. Ia tak mau Alan sampai tahu jika dirinya memag berkerja di club malam.
Sarah tak melihat Fandy, ia berfikir Fandy menjauhinya karena ia tak menerima cintanya. Dan itu adalah hal yang ditakuti Sarah, Fandy pergi meninggalkanya. Namun cinta juga tak bisa diarakan pada siapa cinta itu , karena cinta mengalir seperti air.
"Tunggu,"
"Ada apa lagi sih Lan?"
"Aku curiga dengan cewek itu, itu kayak Sarah."
"Sarah itu cantik, itu cupu gitu."
Alan keluar dari mobil ia mengikuti gadis yang ia tebak itu Sarah. Rendi hanya mengikuti saja, mereka berjalan bersembunyi-sembunyi.
"Kok kaya ada yang ngikuti ya, Fandy mana sih." Batin Sarah.
Sarah menoleh kebelakang tapi ia tidak melihat ada orang yang mengikutinya. Sarah kembali berjalan kini langkah kakinya mulai ia percepat. Sarah ketakutan karena ia merasa ada yang mengikuti.
"Sepertinya dia tahu kalau kita ikuti."
"Biar saja."
Sarah hendak berlari, ia kini berjalan setengah lari. Namun langkah Sarah terhenti ketika ada para preman yang mencegatnya dari depan.
"Mau apa kalian?"
"Haii manis main sama abang ya."
"Enggak.. Tolong..tolong."
Sarah berteriak minta tolong, Alan dan Rendi keluar dari persembunyian mereka. Alan dan Rendi menganjar para preman itu, akhirnya preman itu terkalahkan.
"Kamu enggak apa-apa?"
"Tidak, terimakasih."
"Atau biar kita antar pulang saja."
"Tidak, nanti merepotkan."
Sarah hanya menunduk karena ia takut ketahuan jika dirinya adalah Sarah.
"Namamu siapa?"
"Shakilah."
"Aku Alan, mari kita antar sampai jalan yang ramai."
Kini mereka bertiga berjalan, setelah sampai ditempat yang lumayan terang Alan dan Rendi meninggalkan Sarah. Atau yang mereka tahu namanya Shakilah. Mereka berpisah, Sarah berjalan cepat menuju rumahnya. Dan ia baru sadar jika ternyata Alan tak seburuk yang ia kira.
Alan masih memiliki sisi terang dari sisi gelap yang Alan punya. Sarah senang karena Alan menolongnya, meski Alan tidak tahu jika yang ditolong adalah dirinya. Fandy ternyata sakit jadi tidak bisa menjemput Sarah. Sarah mengambil es batu, dan mengompres Fandy.
"Makasih ya, maaf tadi aku tidak datang."
"Tidak apa, cepatlah sembuh."
Sarah hendak meninggalkan Fandy, namun Fandy menahan tangan Sarah. Sarah menoleh dan menatap kearah Fandy.
"Jangan pergi tetaplah di sini."
Sarah menurut ia menemani Fandy, dan jika nanti Fandy sudah tidur maka Sarah baru akan pergi meninggalkan Fandy. Karena jika dirinya sakit Fandylah yang merawatnya. Dan Fandy yang selalu ada untuknya. Dan ini giliran dirinya yang merawat Fandy.
Fandy akhirnya tidur pulas, dan kini saatnya untuk Sarah meninggalkan Fandy. Sebelum pergi Sarah menyelimuti tubuh Fandy. Sarah menatap kearah Fandy, ia berharap Fandy lekas sembum.
"Cepat sembuh Fan." ucap Sarah yang kemudian meninggalkan Fandy.
Sarah masih kepikiran dengan Alan, Alan yang telah menyelamatkanya tadi. Tapi jika Alan tahu tadi adalah dirinya pasti Alan tak akan menolongnya. Sarah tersenyum, rasa kagum Sarah pada Alan kembali hadir. Setelah Alan menyelamatkanya dari gangguan preman.
"Cinta itu aneh, kenapa timbul pada orang yang tidak tepat." Batin Sarah.
Sarah mengganti pakaianya, ia juga membersihkan tubuhnya sebelum tidur. Tak lupa ia juga menengok keadaan ibunya. Setelah ia tahu ibunua sudah terlelap barulah ia tidur sambil sedikit membaca buku. Hingga pada akhirnya digantikan oleh mimpi indah. Sarah tertidur pulas, mungkin karena rasa penat yang ia rasakan. Harus berkerja dan juga masih harus sekolah.
Alan tidak bisa tidur, ia masih memikirkan kejadian yang baru saja terjadi. Ia yakin jika Shakilah adalah Sarah. Namun ia masih tak memiliki cukup bukti untuk itu. Memang beda, karena Sarah itu cantik dan Shakilah itu cupu. Alan menyalakan musik, dan berbaring di ranjang kamarnya. Ia ingin releks dan tidak memikirkan apa-apa.
Pagi yang cerah Alan terbangun dari tidurnya, ia tidak langsung bangun setelah menatap layar ponselnya ia kembali memejamkan matanya karena masih pukul 05:00 pagi. Sedangkan Sarah sudah bangun dan sudah selesai memasak. Ia memasak agak banyak karena ia juga akan memberikan masakan itu untuk Fandy.
Selesai memasak Sarah langsung mandi, setelah sebelumnya ia menata buku yang akan ia bawa ke sekolah. Selesai mandi Sarah bersiap-siap, tak lupa ia mengantarkan makanan untuk Fandy. Sarah tak tega membangunkan Fandy, dan ia menitipkan makanan itu pada adik Fandy. Dan saat ini Sarah tengah sarapan dengan ibunya.
"Ibu sudah sehat sayang, besok biar ibu yang masak. Kamu bangun agak siang enggak apa-apa."
"Tapi Bu, nanti ibu kecapean."
"Enggak kok kamu tenang saja."
Sarah hanya mengangguk saja, dan kini mulai melahap makanan yang ada di depanya. Sarah pamit berangkat ke sekolah , tak lupa Sarah mencium punggung tangan ibunya dan mengucapkan salam.
Sarah berjalan kaki menuju sekolahanya, hitung-hitung hemat dan juga olahraga. Kalau pulang sekolah baru ia naik angkot, karena ia harus segera sampai cafe tempat ia berkerja sebagai kurir makanan. Akhirnya sampai juga di sekolahan, Intan yang sedari tadi menunggu Sarah.
"Untung enggak telat kamu."
"Iya tadi jalan kaki sih."
"Tadi enggak mau diajak bareng."
"Takut kamu nunggu lama."
Alan masuk ke dalam kelas dan ia menatap sinis kearah Sarah.
"Tuh anak kenapa sentimen gitu sama kamu?"
"Aku juga enggak tahu."
Sarah tak habis fikir kenapa Alan seperti itu, Alan yang seperti memilii kepribadian ganda. Karena kadang terlihat baik dan kadang terlihat menyeramkan.
Alan melemparkan kertas dan mengenai kepala Sarah. Sarah menatap Alan, dan Alam malah hanya tersenyum kecut kearahnya.
"Salahku itu apa sih?"
"Salahmu? Hidup."
"Ya udah bunuh aja aku."
"Rah..udah enggak usah diladeni."
Amarah Sarah ditenangkan oleh Intan, dan kini Sarah sedikit tenang. Rendi tak habis fikir kenapa Alan selalu saja jail dengan Sarah.
"Ati-ati nanti kamu bisa suka sama Sarah."
"Bercanda kamu Ren, mana mungkin lagian masih banyak yang mau sama aku."
"Kayak Nayla ya?"
"Dia juga bukan tipeku."
"Trus siapa? Pasti Sarah lihat aja nanti."
"Sarah? Dia itu bukan levelku, miskin kaya gitu."
.
-tbc-
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 86 Episodes
Comments
Elina💞
semoga randy jadi orang yg sukses kelak,biar bisa sm srah
2021-08-31
1
🫧Alinna 🫧
Udah mampir thor
2021-06-16
0
Ria Diana Santi
Semangat up-nya Thor.
2021-04-28
1