"Kamu akan gagal, dan aku yang akan jadi juara."
"Jangan terlalu terobsesi, jika kalah bakalan sakit."
"Dasar miskin."
Alan meninggalkan Sarah yang masih terbaring di ranjang UKS. Tanpa rasa bersalah ia pergi begitu saja. Sarah tak habis fikir kenapa Alan sangat terobsesi untuk mengalahkanya. Menurut Sarah sebenarnya Alan itu anak yang cerdas, hanya saja tingkahnya yang sombong dan arogan membuat banyak yang tak suka padanya. Kalau saja ia tidak tampan, namun karena Alan tampan para gadis-gadis selalu memuja Alan. Tapi tidak dengan Sarah, Alan menganggap Sarah musuh besarnya, jadi Sarah juga ikut tidak suka dengan Alan. Alan yang selalu membuat masalah dihidupnya itu.
Fandy yang menunggu gajian karena hari sabtu, sangat senang sekali. Karena ia bisa membelikan hadiah untuk Sarah. Karena memang Sarah sebentar lagi berulang tahun. Fandy ingin menyatakan perasaanya pada Sarah. Meski sejujurnya ia ragu dan juga bimbang. Karena ia tidak tahu apakah Sarah juga mencintainya. Atau malah Sarah cinta dengan orang lain.
Intan melihat keadaan Sarah, ia berpapasan dengan Alan. Intan tak suka dengan Alan karena Alan sifat Alan yang sombong. Intan masuk ke UKS, dan melihat keadaan Sarah.
"Kamu enggak apa-apa? Dia tidak macam-macamkan sama kamu?"
"Dia siapa?"
"Si tengil Alan, siapa lagi."
"Enggak kok Tan, kamu tenang aja."
"Ya udah kamu istirahat saja dulu, aku mau ganti baju dan kembali ke kelas."
"Iya sahabatku yang bawel."
Intan meninggalkan Sarah, Sarah memilih untuk memejamkan matanya. Selain ia pusing ia juga merasa mengantuk. Benturan dari bola basket yang dilemparkan Alan cukup membuatnya pusing dan sakit di bagian hidung.
"Kalau bukan anak pemilik sekolah sudah ku maki-maki kamu Lan." bantin Sarah.
Sarah tertidur pulas, ia yang tak bisa menahan matanya untuk tetap terbuka. Petugas UKS datang, namun tak tega membanggunkan Sarah. Petugas UKS hanya meninggalkan Sarah dan duduk di tempat jaga seperti biasanya.
Pulang sekolah Sarah tak langsung pulang karena ia juga masih harus berkerja sebagai kurir pengantar makanan disalah satu cafe. Pekerjaan ini ia ambil untuk membayar biaya sekolahnya, dan pekerjaan di club untuk biaya hidupnya dan juga ibunya.
"Ehh.. Sarah sudah datang, pas sekali antarkan makanan ini ya."
"Siap bos."
Sarah mengantarkan pesanan dengan sepeda yang difasilitasi oleh cafe itu. Meski yang lain naik motor pribadi mereka, hanya Sarah yang naik sepeda karena memang tak memiliki motor. Bos Sarah sangat baik pada Sarah, dia adalah Reno usianya sekitar 25 tahunan belum meliki istri namun sudah memiliki tunangan.
Sarah menggayuh sepedanya itu, dan akhirnya sampai di tempat tujuan. Ia memencet bel, dan keluarlah seseorang yang tak asing baginya.
"Alan.."
"Sarah, ngapain ke sini? Mau minta sumbangan ya?"
"Nih pesanannya."
"Oh..jadi kamu kurir, kasihan banget sih. Nih uangnya ambil kembalianya. Itung-itung sedekah."
Alan mengeluarkan beberpa lembar uang ratusan ribu. Sarah mengambil uang itu, dan kemudian pergi tak lupa ia mengucapkan terimkasih.
"Dasar sombong, tapi lumayan dapat tips." Gerutu Sarah.
Sarah kini melanjutkan mengantarkan orderan lainnya. Ia tak mau memikirkan Alan, yang jelas-jelas sangat benci denganya itu. Hari semakin gelap dan saatnya untuk Sarah pulang ke rumah. Untuk istirahat sebentar dan nanti malam harus berkerja lagi. Sarah menggunakan waktu yang sedikit itu untuk belajar.
Sementara Fandy masih sibuk mencari kado untuk Sarah. Ia mendapati gelang yang cantik, harganya juga tak mahal. Fandy membeli sepasang satu untuknya dan satu untuk Sarah. Fandy berharap Sarah suka dengan hadiah yang ia berikan. Dan Sarah juga menerima cintanya.
Alan memikirkan Sarah, ia berfikir bagaimana bisa Sarah berprestasi dengan kondisi Sarah yang sibuk. Alan memiliki ide untuk memata-matai Sarah. Ia ingin tahu keseharian Sarah dan rahasia apa yang membuatnya selalu kalah dari Sarah. Sarah yang hanya anak orang miskin itu.
"Aku harus ikuti Sarah, aku harus tahu apa saja yang dilakukan Sarah." Batin Alan.
Malam itu Sarah tengah belajar, sedangkan ibunya terbaring di ranjang. Sarah membuatkan teh hangat untuk ibunya. Sarah sangat menyayangi ibunya itu, karena ibunya adalah satu-satunya keluarga yang ia miliki. Satu-satunya alasan untuk Sarah tetap bertahan sampai detik ini.
"Ibu minum dulu ya."
"Sarah maafin ibu ya."
"Maaf untuk apa?"
"Ibu selama ini cuma nyusahin Sarah."
"Dulu saat Sarah masih kecil kan ibu yang merawat Sarah sekarang gantian. Minum tehnya ya bu, setelah ini Sarah mau berangkat kerja."
"Hati-hati ya nak."
Sarah sudah siap dan hendak berangkat kerja, namun Fandy menahan Sarah. Fandy mengatakan jika ia ingin mengatakan sesuatu yang penting.
"Apa katakan sekarang."
"Ini buat kamu."
"Apa ini?"
"Hadiah."
"Untuk apa?"
"Hari ini kan kamu ulang tahun."
"Ohh..iya aku lupa, makasih ya."
Sarah memeluk Fandy, dan Fandy membalas pelukan Sarah dengan merangkul Sarah.
"Sarah ada yang ingin aku katakan padamu."
"Katakan saja."
"Aku mencintaimu, aku jatuh cinta padamu."
Sarah melepaskan pelukan Fandy, dan kini mereka saling tatap satu sama lain. Sarah tak percaya dengan apa yang diucapkan Fandy. Karena selama ini Sarah hanya menganggap Fandy sebagai kakaknya saja dan tak lebih.
"Sejak kapan perasaan itu."
"Sudah sejak lama, aku sudah mencoba menghilangkanya namun tak bisa."
"Tapi Fan, aku enggak tahu bagaimana perasaanku sama kamu. Lagian aku juga terlalu sibuk, dan aku masih harus mengerjar mimpiku."
"Aku akan menunggumu."
"Yah Fan aku berangkat kerja dulu, kita lanjutkan nanti."
Sarah meninggalkan Fandy, ia tak tahu jika selama ini Fandy suka denganya. Sarah kini kepikiran akan hal itu, ia tak cinta dengan Fandy. Namun ia juga tak ingin Fandy menjauh darinya. Akan tetapi ia juga tak mau menberi harapan untuk Fandy. Sarah bimbang. Akhirnya Sarah sampai di club ia langsung ganti baju dan mencuci gelas-gelas dan juga piring-pirung kecil.
Ketika ia hendak mengantarkan pesanan ia melihat Alan di salah satu meja. Alan yang ia kira tidak minum-minum nyatanya juga minum-minum. Untung saja Sarah tak memiliki ponsel jadi ia tak bisa merekam Alan. Jika ada yang tau kelakuan Alan seperti ini pasti cintra Alan akan rusak.
Sarah juga bersembunyi dari Alan, ia tak mau teman-temanya tahu jika dirinya berkerja di club malam seperti ini. Karena bisa saja ia dianggap wanita penghibur dan akan diolok-olok di sekolahan nantinya.
"Semoga saja Alan tidak tahu aku ada di sini, semoga saja." Batin Sarah.
Sarah kembali mengantarkan pesanan, dan mengambil gelas-gelas kosong.
-tbc-
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 86 Episodes
Comments
Elina💞
wek si alan ko kepo banget sama keseharian sarah😁
2021-08-31
1
Rini Lestari
semangat sarah .
2021-06-14
0
Affandi
songong ye Alan
2021-01-17
0