Intan hanya diam saja ia tak tahu harus berkata apa. Guru yang mengajar telah tiba, kini semua fokus kepelajaran. Hanya Sarah yang terlihat tidak fokus karena ia kepikiran Intan yang marah denganya. Seolah semua adalah salahnya, meski ia tak pernah meminta Rendi untuk jatuh cinta padanya. Alan memperhatikan Sarah yang kelihatanya gelisah. Alan mengira jika ia tengah memikirkan Rendi.
Jam pulang Intan masih diam dan tak menyapa Sarah. Sarah hanya bisa pasrah dan berharap esok hari akan kembali seperti biasanya lagi. Sarah menuju tempat pekerjaanya dengan wajah lesu. Ia masih saja memikirian Intan, meksi bukan sepenuhnya kesalahannya.
Alan dan Rendi pulang bersama, Alan mengantarkan Rendi karena motor Rendi mogok.
"Kamu beneeran serius gitu suka sama Sarah."
"Iya kenapa memangnya, jangan bilang kamu cemburu. Aku tau Lan sebenarnya kamu suka kan sama Sarah."
"Tidak ambil saja sampah itu."
"Baiklah jangan nyesel nantinya."
Alan tersenyum kecut, ia tak tahu kenapa dalam hatinya ia tak rela jika Rendi bersama dengan Sarah.
Sampailah di rumah Rendi, Rendi turun dan Alan meninggalkan rumah Rendi. Alan tak ingin lama-lama di rumah Rendi karena ia ingin melihat Sarah. Entah kenapa tidak menganggu Sarah satu hari saja rasanya aneh untuk Alan. Alan yang seperti sangat benci dengan Sarah namun tak bisa juga jauh dari Sarah.
Malam itu Rendi datang ke rumah Sarah, ia ingin bertemu dengan Sarah dan mengajak Sarah kencan. Karena Rendi tahu jika Sarah tak punya ponsel maka ia harus datang langsung ke rumah Sarah. Kawasan kumuh adalah rumah Sarah, gang yang sangat sempit dan tidak bisa dilewati oleh mobil. Bahkan sepeda motor juga agak kesusahan untuk melintas.
Sampailah rumah Sarah, Rendi melihat Sarah bersama dengan Fandy. Fandy yang nampak tengah menghibur Sarah. Karena memang saat ini Sarah terlihat murung.
"Tenang saja Intan pasti besok sudah tidak marah lagi."
"Aku tidak yakin."
Rendi datang menemui Sarah, dan Sarah terkejut karena Rendi datang. Alan yang tadi dipamiti Rendi yang akan pergi ke rumah Sarah diam-diam mengikuti Sarah. Alan penasaran seperti apa rumah Sarah, dan mau apa Rendi datang ke rumah Sarah.
"Mau apa kamu kemari? Ada perlu apa ya Ren?"
"Aku ingin mengajakmu makan malam."
"Aku sedang sibuk saat ini maaf aku enggak bisa lain kali saja."
"Kenapa?"
Rendi memegang tangan Sarah, Rendi juga menatap Sarah dalam-dalam. Sarah melepaskan gegenggaman Rendi.
"Lepaskan."
Rendi malah kembali meraih tangan Sarah, dan kali ini Fandy yang melepaskan tangan Rendi dari tangan Sarah.
"Dia bilang apa? Lepaskan apa kamu tuli?"
"Kamu jangan ikut campur ya."
Fandy menatap sinis Rendi, karena ia tidak suka ada laki-laki yang suka dengan Sarah. Apa lagi laki-laki itu membuat hubungan Sarah dan Intan berantakan.
"Harus karena Sarah itu.." Ucapan Fandy menggantung.
"Karena Fandy adalah kekasihku, jadi sopanlah dengan dia."
Alan yang ikut mendengar hal itu tiba-tiba saja syok. Ia tidak yakin jika Fandy dan Sarah menjalin kasih. Perasaan Alan campur aduk jadi satu begitu juga dengan Rendi. Mungkin saja saat ini Alan cemburu, karena ia memilih pergi meninggalkan tempat kejadian. Rendi menatap Sarah, Fandy menyuruh Rendi untuk pergi.
"Aku yakin kamu lakukan semua ini untuk Intan kan? Aku tahu Intan suka denganku dan dia menjauhimu karena aku cinta denganmu."
"Meskipun hal itu benar, satu yang harus kamu tahu. Aku tidak pernah ada rasa denganmu. Sekarang kamu pergi dari sini."
Sarah masuk ke dalam rumah, Fandy memperingati Rendi untuk tidak datang lagi. Karena kedatanganya hanya menambah masalah Sarah saja. Rendi akhirnya pergi, Fandy masuk ke dalam rumah Sarah untuk melihat keadaan Sarah. Sarah memeluk Fandy, dan Fandy mengusap rambut Sarah.
"Tenang dia sudah pergi, enggak seharusnya Intan suka sama laki-laki seperti itu. Intan terlalu baik untuk dia."
Fandy mencoba menenangkan Sarah, Sarah tak ingin menangis keras takut ibunya nanti dengar. Ia tak mau ibunya ikut sedih jika tahu dirinya saat ini tengah menangis.
"Sudah semua akan baik-baik saja, tenanglah semua akan segera berlalu."
Fandy melepaskan pelukan Sarah, Fandy menyuruh Sarah untuk istirahat dan jangan banyak fikiran. Fandy pamit pulang karena ia juga harus menjaga adik-adiknya.
Rendi kesal karena Sarah menolaknya, Sarah lebih memilih Fandy dari pada dirinya. Rendi kembali ke rumahnya, esok di sekolahan ia akan kembali mencoba mendekati Sarah lagi. Apa lagi saat ini Intan menjauhi Sarah, pasti ada peluang untuknya mendekati Sarah. Karena Sarah tak memiliki teman lagi.
Alan sampai di rumah, ia melihat kedua orang tunya sudah pulang. Dan di rumahnya juga ada Nayla.
"Kamu dari mana sayang, Nayla sudah menunggumu. Mama bawakan oleh-oleh buat kamu."
"Dari luar tadi Ma, iya taruh saja situ Ma. Alan mau istirahat."
"Alan yang sopan, ada tamu kamu temani dulu Nayla." Bentak ayah Alan.
Dengan malas Alan duduk di dekat Nayla, iq tak bisa menolak permintaan ayahnya karena jika ia menolak pasti semua vasilitas yang telah diberikan ayahnya akan dicanut.
"Tante juga bawa oleh-oleh buat kamu Nayla."
"Ya ampun tante, ini bagus banget makasih ya."
"Gimana Lan, cantikan Nayla."
"Iya Ma."
Nayla memang cantik tapi bagi Alan tak ada yang lebih cantik dan pintar seperti Sarah. Alan disuruh untuk mengantarkan Nayla pulang karena hari sudah mulai malam.
Alan dalam perjalanan hanya diam saja, sementara Nayla terus bertanya namun tidak digubris Alan.
"Lan kamu kenapa sih? Mikirin apa lagi, kamu kan udah menang dari Sarah."
"Ujian sebentar lagi."
"Slow kapan sih kamu itu enggak mikirin ujian, jangan terlalu berambisi lah."
"Terserah."
Nayla tahu saat ini Alan marah, karena bagi Nayla, Alan itu terlalu terambisi untuk menjadi juara. Nayla ingin Alan itu slow lebih santai karena hidup hanya sekali.
Alan kepikiran Sarah, entah perasaan apa yang pasti ia cemburu ketika Sarah mengatakan jika Fandy adalah kekasihnya.
"Bodoh banget sih aku, kenapa harus cemburu."
"Apa Lan, cemburu sama siapa?"
"Enggak Nay, lupakan saja."
Nayla sampai di rumahnya, ia pamit pada Alan. Nayla mengecup pipi Alan, Alan hanya diam saja. Sementara itu Nayla masuk ke rumah, dan Alan pergi meninggalkan rumah Nayla. Ia malah membayangkan jika yang menciumnya tadi adalah Sarah dan bukan Nayla.
"Apa ini namanya cinta? Apa aku jatuh cinta denganya? Ahgg rasanya tidak mungkin. Jatuh cinta denga cewek miskin sepeti Sarah bisa merusak reputasiku. Ditambah sebentar lagi ujian, aku harus bisa kalahkan Sarah." Batin Alan.
-tbc-
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 86 Episodes
Comments
Elina💞
jangan sampai sarah mau sm alan
2021-08-31
0
R_armylove ❤❤❤❤
ka...aku balik lagi ya
2021-03-05
0
Thomas Juwita
katanya cinta tp malah membuat sarah d benci oleh byk org
2021-02-17
0