..."Ketika kamu mengambil batu kali dan mengorbankan emas, disitulah sisi terbodohku mulai terlihat."...
...-Sarah Shakilah-...
Fandy berhenti di sudut kota setelah ia tak mendengar tangis Sarah lagi. Sarah turun dari motor Fandy, dan saat ini mereka berada di trotoar. Fandy menatap Sarah, ia mengusap air mata Sarah yang mulai mengering.
"Sudah jangan menangis, dia tidak pantas untuk kamu tangisi."
"Aku ini kotor Fan, aku sudah tidak suci lagi."
"Aku yang akan jadi ayah dari anak itu apa kamu setuju."
"Tidak, masa depanmu masih panjang biarkan aku yang menanggung semua ini. Karena ini adalah kesalahanku."
Sarah kembali meneteskan air matanya, Fandy mengusap air mata Sarah. Fandy pamit membeli minuman di ujung jalan. Ia ingin Sarah minum, pasti Sarah kehausan dan juga banyak fikiran saat ini.
^^^"Tenang nak mama akan besarkan kamu, meski tanpa ayahmu. Biarlah dia hidup bahagia, dan kita pergi jauh saja." Batin Sarah sambil mengelus perutnya itu.^^^
Fandy kembali dengan membawa air mineral di tanganya, ia menyuruh Sarah minum. Dan setelah itu barulah Fandy akan mengajak Sarah pulang. Ia tak ingin membawa pulang Sarah dalam kondisi sedih karena bisa membuat ibu Sarah sedih. Dan kesehatan ibu Sarah bisa saja ngedrop.
"Apa sudah mendingan?"
"Lumayan, tapi suasana hatiku masih tidak tenang dan entah sampai kapan akan bisa tenang kembali."
Sarah sampai di rumahnya, Fandy hanya mengantarkan Sarah sampai depan saja. Saat ini Sarah masuk rumah, ibunya baru saja pulang jualan. Karena sudah habis diborong oleh seseorang. Sarah menangis, ibu Sarah mendatangi anak gadisnya itu dan bertanya.
"Ada apa nak? Kenapa menangis."
"Ada yang ingin aku katakan bu, tapi ibu tenang dulu ya. Ibu tarik nafas dulu ya."
Ibu Sarah mengikuti isyarat Sarah, ia penasaran dengan apa yang ingun diucapkan oleh putrinya itu. Sarah mengusap air matanya, ia masih ragu untuk mengatakan yang sebenarnya. Sarah mengumpulkan keberanianya.
"Aku hamil bu."
"Jangan bercanda kamu Sarah, siapa yang menghamilimu? Suruh laki-laki itu kemari."
"Dia tidak mau ibu, malah memaksaku untum aborsi."
Dada ibu Sarah sesak, Sarah panik ia menuntun ibunya ke kamar. Sarah mulai cemas dengan keadaan ibunya itu. Sama sedih karena tak bisa menjadi kebanggan ibunya. Sarah ke dapur untuk membuatkan teh ibunya.
Ibu Sarah benar-benar syok, ia tak percaya putrinya bisa melakukan hal sebodoh itu. Ibu Sarah mengatur nafasnya, dan kini sudah mulai stabil. Ibu Sarah bersiap-siap entah akan pergi kemana.
"Ibu mau kemana? Ini minumnya."
"Ibu mau pergi senbentar."
"Biar Sarah temani bu."
"Sudah tidak usah, kamu di rumah saja dulu."
Ibu Sarah meninggalkan rumah entah mau kemana, Sarah hanya bisa pasrah akan kepergian ibunya itu. Sarah menatap langit-langit rumahnya, ia hanya bisa berharap semoga semua baik-baik saja
Dan ternyata ibu Sarah menemui seorang laki-laki, laki-laki dengan pakaian sangat sarapi sekali dan sepertinya orang berada.
"Tumben ingin bertemu, apa kamu butuh uang? Bagiamana kabar anak kita?"
"Justru itu yang ingin aku katakan."
"Kenapa dengan anak kita?"
"Dia hamil, dan laki-laki yang menghamilinya tidak mau tanggung jawab. Dan ku rasa umurku sudah tidak lama lagi, jika aku kenapa-napa bawa dia pergi. Aku tak mau Sarah hidup dengan laki-laki pecundang."
"Baiklah."
Orang tua kandung Sarah yang ternyata masih hidup, ayah kadung yang selama ini ditutupi keberdaannya oleh ibunya. Mereka berpisah karena terpaksa. Orang tua ayah Sarah tak setuju dengan hungan ibu Sarah dan juga ayah Sarah. Karena notabenya ibu Sarah adalah orang miskin.
"Kamu kurusan ya, kenapa enggak menikah lagi?"
"Tidak, bagiku tak akan ada laki-laki yang sama sepertimu. Bagaimana dengan istrimu, sudah berapa anakmu sekarang?"
"Dua, satu laki-laki dan satu perempuan. Dan yang satu lagi Sarah."
Mereka berpisah ibu Sarah kembali ke rumah, saat ini Sarah masih merenung dan terdiam. Ia tak bisa lagi menahan tangisnya, hidupnya terus saja menderita seperti ini.
"Jika waktu dapat diputar, jika waktu dapat di putar." Batin Sarah.
Sarah yang memang tak bisa memutar waktu semuanya akan seperti ini. Kesalahan yang ia buat harus ia tanggung sendiri. Resiko untuk dirinya yang telah mau melakukan hubungan terlarang itu bersama dengan Alan.
Ibu Sarah pulang sambil memegangi tubuhnya, Ibu Sarah mengeluhkan pusing. Sarah menuntun ibunya ke kamar. Sarah sedih dan terus meminta maaf kepada ibunya itu.
"Dada ibu sesak, sepertinya waktu ibu sudah tidak lama lagi."
"Jangan bicara seperti itu, ibu akan sembuh."
"Sarah jika ibu pergi, jangan pernah gugurkan janin itu. Jika nanti ada yang menjemputmu ikutlah denganya."
Ibu Sarah menarik nafas pajang, ibu Sarah megucapkan kalimat syahadat. Untuk ke tiga kali,ibu Sarah mengehembuskan nafas terakhirnya.
"Ibu bangun, ibu jangan tinggalin Sarah. Sarah enggak bisa tanpa ibu."
Sarah berteriak histeris hingga Fandy datang, Fandy memeriksa nadi ibu Sarah yang ternyata sudah tidak ada.
"Innalillahi, ibu kamu sudah meninggal. Kamu harus tabah Sarah. Mungkin ini akan terasa berat bagimu."
Fandy memeluk Sarah yang terus menangis, Setelah Sarah agak reda Fandy memberi tahu warga. Agar warga membantu Sarah dalam proses pemakaman ibunya.
Sementara itu Alan sibuk berenang dan di temani oleh Nayla. Nayla datang ke rumah Alan, Nayla juga tahu jika Sarah hamil anak Alan. Namun ia malah mendukung Alan untuk membuat Sarah kehilangan janinnya.
"Jadi kapan kita akan ambi Sarah paksa dan buat dia aborsi?"
"Besok lagi, aku lelah mau istirahat kamu pulang sanan."
"Tapi Lan?"
Alan naik dari kolam renang dan meninggalkan Nayla, sepertinya Alan akan ganti baju dan kembali menemui Sarah. Ia masih cinta dengan Sarah dan masih ingin bersama dengan Sarah namun tanpa buah cinta terlarang mereka.
"Maafkan aku ibu, aku telah gagal menjadi anak yang berbakti dan juga baik. Maaf aku telah mengecewakanmu, maafkan aku ibu. Aku sangat mencintaimu ibu." Batin Sarah.
Sarah melihat jenaza ibunya untuk yang terkhir kalinya, Sarah menatap sang ibu. Dan kini mulai mengguyurkan air bunga pada tubuh ibunya. Sarah menahan air matanya, setelah mengguyur air bunga ke tubuh sang ibu Sarah menangis lagi.
Alan datang ke rumah Sarah dan melihat rumah Sarah ramai. Pikiranya tidak tenang, ia malah berfikir jika Sarah yang pergi jika Sarah mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri. Alan masih mematung di sana, barulah ia bertanya pada orang yang lewat.
"Mas siapa yang meninggal?
"Ibu Sarah."
Alan lega karena bukan Sarah yang meninggal, dan itu tandanya Sarah masih ada di dunia ini.
-tbc-
Hai-hai Maaf agak ngaret, kini setelah aku sembuh dari sakit. Suamiku tercinta jatuh sakit, jadi ngurusin pak suami dulu. Baru ngetik, heppy reading ya.
Terimkasih buat yang udah Vote, Like, Komen tentuhnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 86 Episodes
Comments
Elina💞
bodoh kalou sarah masih mau sm alan
2021-08-31
0
Andriany Na70
sarah manusia kuat dan tegar tp cepat terlena krn cinta
2021-04-04
0
Meilia Caroline
ternyata ayah nya sarah itu orang kaya
2021-03-25
0