Balai desa pagi ini sudah dipenuhi oleh warga kampung. Ada acara selamatan yang digelar disana. Sebuah acara orkes sudah disiapkan untuk menghibur warga desa yang hadir.
Kursi-kursi untuk tamu undangan sudah disiapkan di samping panggung. Dokter Nathan yang menjadi salah satu tamu undangan sudah duduk di samping Joko. Nathan duduk di bangku paling depan sesuai petunjuk penerima tamu. Kursi-kursi disana sudah ditata sedemikian rupa.
Juragan Bondan datang bersama Nadia. Devi tidak bisa ikut karena sedang sakit. Nadia berjalan dengan menggamit lengan juragan Bondan. Seluruh pasang mata memperhatikan kedatangan kedua orang yang dikawal banyak Antek.
Pak Kades segera berdiri menyambut juragan Bondan dan Nadia. Juragan Bondan adalah orang terpandang di kampung. Tentu saja dia mendapatkan penghormatan tersendiri.
"Selamat datang juragan, nyonya Muda." sapanya sambil membungkukkan badan. Nadia hanya tersenyum. Namun Nathan menyadari jika senyum yang dia lihat kali ini sangat berbeda. Tatapan Nadia juga seperti kosong. Seperti boneka yang dimainkan oleh pemiliknya.
Pak Kades mengantar Juragan Bondan untuk duduk di kursinya. Namun sebelum itu, dia memperkenalkan kedua tamu terhormatnya dengan Nathan.
"Juragan. Ini adalah dokter Nathan.Dokter pengganti dokter Wati." Nathan yang merasa namanya disebut langsung berdiri. Mengulurkan tangan pada juragan Bondan. Yang segera disambut oleh Juragan Bondan.
"Dokter Nathan ini adalah nyonya Muda."
"Nadia." suara indah itu mengalun seiring uluran tangan yang segera disambut oleh Nathan.
Setelah itu, mereka duduk karena acara akan segera dimulai. Juragan Bondan duduk di samping pak Kades yang otomatis membuat Nadia duduk tepat di samping dokter Nathan. Sedangkan Joni yang menjadi Bodyguard khusus Nadia duduk di belakang Nadia.
Sepanjang acara, Nadia hanya duduk diam. Tanpa berbicara sepatah katapun. Dia juga tidak punya teman untuk diajak bicara. Joni tidak akan bisa diharapkan jika di dekatnya masih ada juragannya. Sesekali dia membaca pesan yang masuk dalam handphone miliknya.
"Jon, tolong beritahu Bu Leha jika ada pesanan tas lukis. Seratus buah. Dan harus selesai minggu depan. Aku besok sibuk di sekolah. Jadi kemungkinan tidak bisa mampir ke sanggar." Nadia menoleh ke belakang. Berbicara pelan pada Joni yang ada di belakangnya.
"Baik Nyonya muda." Joni segera berlalu. Nadia kembali fokus pada benda pipih di tangannya. Bahkan dia tidak menyadari jika ada sepasang mata yang diam-diam memperhatikan dirinya.
"Nadia." sebuah suara besar membuatnya menoleh. Suaminya telah memanggil.
"Ya bapak."
"Kenapa kamu hanya diam?" Nadia hanya tersenyum. Lalu mau apa lagi? Dia tidak begitu menyukai orkes. Terlalu berisik untuk hidupnya yang terbiasa sepi. Dia tahu apa yang difikirkan suaminya. Melihat penampilan Penyanyi di atas panggung pasti bisa membuat jiwa mesumnya berkobar.
Juragan Bondan kembali melihat penampilan artis orkes yang berpakaian minim bahan itu. Menari meliuk-liuk di atas panggung. Menggoda jiwa-jiwa adam yang tipis iman untuk ikut dalam imajinasi liar.
Tak lama berselang, Nadia sudah melihat suaminya itu menari bersama artis yang sedang bernyanyi itu. Memberikan lembaran berwarna biru itu pada penyanyi. Juragan Bondan bahkan memasukkan uang itu ke dalam belahan dada penyanyi yang memang rendah itu.
'Ck. Dasar tua bangka mesum' gumam Nadia yang masih bisa terdengar jelas oleh orang yang duduk tepat di sampingnya. Dokter Nathan mengamati wajah cantik Nadia. Datar. Tidak ada perubahan disana. Sepertinya wanita di sampingnya sudah biasa melihat suaminya menggoda wanita lain tepat di depan matanya. Nadia hanya fokus pada layar Handphone yang dilirik Nathan sedang membuka sebuah market place.
"Nyonya muda" Joni sudah kembali duduk di belakang Nadia.
"Hem."
"Bahan kainnya tidak cukup untuk membuat seratus buah."
"Aku tahu Jon. Kemarin sudah aku cek. Aku sudah memesankannya. Besok barangnya datang. Ingatkan aku untuk meminta uang pada bapak." seringaian muncul di bibir Nadia.
"Nad. Kamu nggak takut?"
Pertanyaan itu membuat orang yang duduk di samping Nadia sedikit kaget. Dari tadi dia menguping pembicaraan bos dan anak buahnya itu. Dari tadi bicara formal. Tapi sedetik kemudian Bodyguardnya bicara santai layaknya dengan seorang teman.
Nadia terkekeh. Dia berhasil memancing Joni untuk tidak bicara formal dengannya.
"Maafkan saya Nyonya." Nadia berdecak.
"Buat apa takut? Kira-kira alasan apa yang aku buat untuk menguras uang bapak ya Jon?"
"Mana aku tahu? Fikirkan sendiri." Joni marah. Dia ingat hukuman yang diterima Nadia karena ketahuan memberikan uang untuk sanggar keterampilan. Nadia diberi cambukan lima kali untuk itu.
"Kali ini tidak akan ketahuan Jon."
"Kamu belum kapok Nad."
"Hukuman itu terlalu ringan untukku."
"Terserah."
Nadia tersenyum penuh kemenangan. Sedangkan Joni terlihat masam di belakangnya. Nathan semakin tidak mengerti dengan apa yang dibicarakan oleh dua orang di sampingnya itu.
"Jon, bukankah bapak tidak membutuhkanku sekarang?" Nadia melirik sekilas suaminya yanh sedang asik berjoget di atas panggung.
"Sepertinya. Guling hidupmu itu sudah menemukan guling baru untuk malam ini." cibir Joni. Nadia hanya tersenyum kecut.
"Aku akan bersorak jika setiap hari begitu."
"Cih! Kamu sepertinya belum hafal sifat gulingmu itu."
"Sifat itu sudah terkenal Jon. Tidak perlu menjadi istrinya untuk hafal sifatnya. Sudahlah. Ayo antar aku ke rumah bapak saja."
"Nanti kalau juragan mencari?"
"Halah! Dia pasti lupa datang kesini dengan siapa kalau sudah mendapatkan yang dia inginkan. Kamu nggak lihat sejak datang tadi air liur juraganmu itu tak berhenti mengalir."
"Dasar istri durhaka." Nadia terkekeh. Kemudian bangun dari duduknya. Sedikit membungkuk dan tersenyum pada Nathan.
"Nyonya muda mau kemana?" tanya Pak Kades melihat Nadia yang beranjak.
"Saya pamit pulang duluan pak Kades. Jika bapak mencari tolong bilang kalau saya sakit kepala." dusta Nadia. Yang dibalas senyum penuh ejekan dari Joni yang berjalan dibelakangnya.
"Apakah perlu saya ambilkan obat nyonya muda?"
"Tidak perlu repot-repot pak Kades. Saya hanya sedikit lelah. Istirahat sebentar pasti akan segera sembuh."
"Baiklah Nyonya muda. Terima kasih sudah hadir. Hati-hati di jalan." Nadia segera berlalu. Meninggalkan keramaian pesta dengan dikawal Joni di belakangnya. Beberapa orang menyingkir ketika Nadia lewat. Memberi jalan untuk istri kesayangan juragan Bondan.
Joko yang mengetahui apa yang dilakukan oleh dokter Nathan mulai berbicara. Dia juga diam-diam mengamati aktifitas Nathan dari tadi.
"Itu tadi Joni dokter. Bodyguard khusus Nyonya Muda. Keduanya adalah teman sejak kecil. Jadi memang akrab. Apalagi istri Joni adalah teman Nadia." jelas Joko yang sedikit memberi penjelasan pada Nathan. Awalnya Nathan berfikir jika Nadia ada main di belakang suaminya.
"Aku tidak peduli Joko."
Joko hanya tersenyum. Dia tahu jika ada kelegaan yang terlihat di mata dokter muda itu. Ia tahu apa yang difikirkan oleh dokter itu mengenai Nadia sebelumnya.
Kehidupan keluarga kakaknya sangat terbantu dengan usaha Nadia. Dia tidak rela jika Nadia mendapatkan fikiran buruk dari orang lain. Joko sangat yakin jika Nadia adalah orang yang baik.
Kedua mata Nathan terbelalak melihat juragan Bondan kembali dengan membawa penyanyi itu. Penyanyi itu bergelayut manja di lengan laki-laki tua itu.
'Benar apa yang dikatakan Nadia. Tapi kenapa Nadia hanya diam.' Fikirnya.
"Juragan Bondan memang seperti itu dokter." bisik Joko.
"Tapi kenapa dia terlihat acuh?"
"Jika tidak ada rasa cinta di hati, memang apa yang akan dirasakan?"
Kedua orang yang baru saja duduk di kursinya masih melanjutkan aksinya untuk saling menggoda. Dokter Nathan mulai risih mekihat dan mendengar keduanya.
"Joko, benar kata Nadia. Suaminya lupa siapa yang datang bersamanya tadi."
"Sudah aku bilang."
"Ayo kita juga pulang. Suasana disini semakin panas."
*
*
*
^^^~***Aku Istri Muda***~^^^
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 233 Episodes
Comments
fifid dwi ariani
trussabsr
2023-07-31
0
Yunia Afida
semangat terus💪💪💪
2021-11-06
0
erynights
dasar buaya darat bau tanah 🤣🤣🤣
2021-10-26
0