Mobil yang mengantar Nadia ke kampus baru saja terparkir di tempat parkir mahasiswa. Nadia diantar oleh dua orang antek juragan Bondan yang sekaligus akan menjadi Bodyguard Nadia. Sedangkan Sinta menaiki mobilnya sendiri.
Saat Nadia berjalan, banyak pasang mata yang memperhatikan dirinya. Wajah cantik dan tubuh yang seksi selalu menjadikan dirinya pusat perhatian. Apalagi dengan dua orang yang berbadan besar berjalan di belakangnya.
Awalnya Nadia melarang dua Bodyguard untuk mengikutinya, namun mereka menolak karena itu merupakan tugas mereka dari juragan Bondan. Dan mereka tidak mau dihukum jika lalai melakukannya. Nadia seperti seorang nona muda yang dikawal Bodyguardnya.
"Nad." panggil Sinta saat gadis itu melihat Nadia kebingungan untuk menemukan kelasnya. Nadia menoleh dan mendapati Sinta berjalan ke arahnya bersama seorang temannya.
"Nisa, kenalkan ini Nadia. Teman satu kanpungku." Sinta memperkenalkan dua gadis yang baru pertama kali bertemu itu.
"Nadia." Nadia mengulurkan tangannya dan segera disambut oleh Nisa.
"Nisa."
"Nur, Nadia ini jurusan PGSD. Sama dengan kita. Kelasnya juga sama. Nadia ini pindahan dari Jakarta."
"Jadi ini temanmu yang kamu ceritakan?" Kini Nisa memandang sendu pada Nadia. Dia menjadi tempat curhat bagi Sinta. Sinta mengangguk.
"Aku ikut sedih Nadia. Yang sabar ya." Nisa memeluk Nadia. Dia juga tahu bagaimana menderitanya gadis di depannya itu.
"Terima kasih Nisa. Aku beruntung bisa berteman denganmu."
"Sekarang aku adalah temanmu. Dan mari kita buat kehidupan lain di kampus ini. Kehidupan lain yang akan membuatmu bahagia. Kamu mau?" Nisa bersungguh-sungguh. Dia akan berusaha menjadi sahabat yang baik untuk Nadia dan Sinta.
Sebuah tekad sudah dibuat di hati Nadia. Dengan teman baru dan tekad baru. Tekad untuk membuat hidup lebih berarti. Hidup dengan masa depan yang cerah. Biarlah kehidupan mempermainkannya. Yang pasti itu tak akan bisa merusak cita-citanya untuk membuat warga desanya sadar telah dibodohi oleh Juragan Bondan.
...****...
Saat baru pulang dari kampus, juragan Bondan sudah menunggunya di depan teras. Laki-laki tua itu tersenyum penuh arti memandang Nadia. Juragan Bondan menghampiri Nadia yang baru turun dari mobil.
"Bagaimana kuliahnya sayang?" juragan Bondan menyentuh pipi Nadia. Nadia membiarkan saja laki-laki tua itu. Lagipula dirinya sudah hancur. Tidak ada yang tersisa dalam dirinya.
"Kamu tahu harga yang harus kamu bayar untuk itu kan."
"...." Tentu saja aku tahu bayaran untuk ini adalah tubuhku. Harga yang sangat mahal yang harus aku bayar untuk pendidikanku.
Juragan Bondan membawa Nadia ke kamarnya. Mendapatkan bayaran atas biaya yang dia keluarkan untuk Nadia. Gadis itu sudah seperti seorang pelac*r sekarang. Melayani nafsu suaminya tanpa ada perasaan. Dia hanya pasrah dengan apa yang dilakukan laki-laki yang selalu ingin lagi dan lagi.
Nadia masih terbaring lemas sekarang. Tubuhnya terasa remuk setelah pergumulan panas itu. Obat kuat yang diminum juragan Bondan sungguh manjur. Laki-laki berusia lima puluh tahunan itu bahkan sudah tiga kali memasuki tubuh Nadia.Tubuh polos Nadia hanya ditutupi Selimut yang sejak awal di cengkeram untuk meredam emosinya selama melayani juragan yang menjadi suaminya itu.
Juragan Bondan sudah pergi meninggalkannya. Dia hanya pulang untuk menyalurkan hasratnya saja sore ini. Setelah mendapatkan kepuasan, dia pergi lagi ke penggilingan beras untuk melanjutkan pekerjaannya. Atau mungkin mencari tambahan suplemen lain setelah itu. Siapa yang tahu...
tok tok tok
"Nad." suara Sinta terdengar dari balik pintu. Dia tidak bisa masuk begitu saja. Bapaknya baru lima menit keluar dari kamar itu. Dia yakin bapaknya baru melakukan itu dengan Nadia. Dia tidak mau melihat yang seharusnya tidak dilihat.
Nadia segera turun dari ranjang. Memakai bajunya yang berserak di lantai dengan cepat. Menyisir rambutnya yang berantakan sebelum berjalan membuka pintu.
"Ada apa Sinta?"
"Aku hanya ingin memastikan kamu baik-baik saja Nad."
"Tentu saja aku baik-baik saja Sinta. Memang apa lagi yang dilakukan suamiku sendiri?" Sinta menggigit bibir bawahnya. Dia Merutuki pertanyaan yang konyol yang keluar dari mulutnya. Bukannya membantu itu malah lebih seperti menambah beban perasaan pad Nadia.
Melihat wajah Sinta yang penuh penyelasan Nadia menjad tidak enak, "Tenang saja Sin. Aku menerima semuanya. Kamu jangan khawatir. Lagipula yang kulakukan adalah hal wajar. Aku melakukannya dengan suamiku sendiri."
"Maafkan aku Nad. Aku tidak bermaksud membuatmu sedih." Sinta semakin merasa bersalah.
"Sudahlah Sinta. Aku tidak apa-apa. Ini adalah takdirku. Aku sudah ditakdirkan menjadi istri dari juragan Bondan. Dan aku tentu saja harus melakukan kewajibanku."
"Lihatlah Jal*ng baru kita. Masih sore sudah masuk kamar." kalimat menyakitkan itu keluar dari mulut Yulia. Sinta dan Nadia menoleh ke arah Yulia yang baru keluar dari kamarnya.
"Sudah puas? Main berapa ronde tadi?" imbuhnya.
"Sudahlah mbak."
"Kenapa? Kamu membela jal*ng ini?"
"Aku bukan jal*ng. Aku seorang istri. Dan melakukan itu dengan suamiku adalah ibadah. Bukanlah sebuah dosa."
"Huh jadi pelakor saja sombong."
Yuli berlalu. Meninggalkan Nadia yang semakin panas mendengar ucapan anak tirinya itu.
"Jangan kamu dengarkan ucapan mbak Yuli."
"Aku tahu Sin. Telingaku sudah tebal mendengar semuanya Sin. Aku harus membiasakan diri untuk menguatkan hatiku. Aku yakin semakin lama, akan semakin menyakitkan yang aku dengar."
Nadia menghela nafas. "Aku mau mandi dulu Sin. Bau Badanku menjijikkan sekarang." Nadia menutup pintunya. Segera masuk ke dalam kamar mandi dan membersihkan tubuhnya yang masih penuh dengan bau juragan Bondan.
"...." Sinta masih bergeming dan berfikir. Nadia bahkan merasa jijik dengan dirinya sendiri. Jika aku yang berada dalam posisinya, aku pasti tidak bisa bertahan. Maafkan aku Nadia. Aku tidak bisa membantumu keluar dari kesulitan hidupmu. Yang bisa aku lakukan hanya mendukungmu. Menjaga semangatmu untuk meraih cita-citamu yang mulia.
Di dalam kamar mandi, Nadia sedang menggosok tubuhnya dengan kasar. Mencoba menghapus tanda merah yang tersebar di atas permukaan tubuhnya. Namun seperti apapun usahanya, tanda itu tidak bisa hilang. Beberapa tanda bahkan meninggalkan jejak berwarna biru. sepertinya besok dia harus menutupi tanda menjijikkan itu dengan foundation yang tebal ketika kuliah.
Setelah selesai melakukan aktifitas mandinya, Nadia segera mengerjakan tugas kampusnya. Dia harus belajar dengan rajin agar pengorbanan yang dia lakukan tidak sia-sia.
Malam ini Nadia bisa bernafas lega. Juragan Bondan tidak akan pulang malam ini. Menurut kabar yang dia dengar dari para penjaga yang berjaga di sekeliling rumah, lintah darat itu sedang ada pekerjaan di luar kota. Pantas saja sore tadi dia menghabisi Nadia. Ternyata dia akan pergi malam ini.
Namun harapan untuk tidur nyenyak malam ini sepertinya harus pupus. Devi dan Yuli masuk ke dalam kamar Nadia pada saat Sinta sedang tidak berada di rumah.
Yuli mencengkeram kerah baju Nadia. Mendorong gadis itu hingga menabrak dinding. Devi meraih rambut Nadia dan menariknya dengan keras. Kepala Nadia mendongak mengikuti tarikan di rambutnya.
"Apa yang kalian lakukan?" tanya Nadia. Rintihan gadis itu tak dihiraukan oleh dua wanita yang menyiksanya.
Sebuah tamparan keras mendarat di pipi Nadia. Gadis itu hanya bisa memegangi pipinya yang terasa panas bercampur perih yang menjalar. Air matanya luruh.
"Ini adalah sebuah peringatan untukmu Nadia. Kamu harus tahu kedudukanmu di rumah ini. Di rumah ini akulah yang menjadi nyonyanya. Dan kamu hanyalah pemuas nafsu saja." ucap Devi tanpa melepaskan tangannya dari rambut Nadia.
"Jangan Mentang-mentang kamu menikah dengan bapakku kamu bisa merasa menjadi nyonya rumah di sini." Devi melepaskan rambut Nadia dengan keras. Membuat beberapa helai rambut qznya rontok.
Nadia hanya diam mendengar ucapan menyakitkan itu. Memandang pilu kedua wanita yang baru saja meninggalkan kamarnya.
*
*
*
Terima kasih sudah mampir 😍
^^^~***Aku Istri Muda***~^^^
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 233 Episodes
Comments
fifid dwi ariani
trus sabar
2023-07-31
0
Elfin Carolina Arikalang
malas bacanya
2022-07-27
0
Yunia Afida
kapan nadia ada yang menolong
2021-11-06
1