Pagi-pagi Sinta sudah berada di rumah Nadia. Dia ikut sedih mengetahui apa yang dilakukan oleh bapaknya kepada sahabatnya itu.
"Aku mau bertemu Nadia." kedua antek juragan Bondan berusaha menghalangi Sinta.
"Maaf nona muda. Anda tidak bisa masuk."
"Ck. Memang kenapa?"
"Kata juragan tidak ada yang boleh menemui nyonya Nadia." Sinta mengernyit mendengar panggilan antek bapaknya pada Nadia. Dia tak menyangka jika bapaknya itu mempunyai niat menjadikan gadis seusia anaknya sebagai istri. Sinta menghela nafas panjang.
"Kalian tahu ini jam berapa?"
"Jam sembilan Nona muda."
"Kalau kalian bisa berfikir seharusnya kalian takut sekarang. Sudah sesiang ini dan Nadia belum keluar kamar. Apa kalian fikir dia baik-baik saja di dalam?" Sinta memandang tajam kedua anak buah bapaknya yang kini nampak terkejut. Mereka baru menyadari hal itu.
Jangan sampai sesuatu yang buruk terjadi pada Nadia. Atau kalau tidak merekalah yang akan menanggung segala keburukannya. Keduanya berkeringat dingin. Saling berpandangan dan berunding lewat tatapan mereka. Akhirnya mereka berdua menganggukkan kepalanya untuk menyepakati untuk memperbolehkan nona mudanya memasuki kamar Nadia.
"Baik nona muda. Silahkan masuk." kata salah satu antek itu sambil memutar kunci yang tergantung di pintu.
Ketika pintu berhasil dibuka, Sinta langsung menghambur masuk. Dia sangat kaget melihat Nadia tergeletak di ujung kamar. Wajahnya terlihat pucat.
"Hei kalian bantu aku." teriak Sinta. Kedua antek itu buru-buru masuk karena mendengar suara Sinta yang cemas.
Mereka berdua ketakutan saat melihat gadis yang mereka jaga tergeletak di lantai. Keduanya segera mengangkat tubuh Nadia ke atas ranjang yang tak begitu besar di kamar yang sempit itu.
Sinta menyentuh kening Nadia. Merasakan panas tubuhnya. Panas. Kini dia menyimpulkan bahwa Nadia sakit. Dia menyuruh anak buah bapaknya untuk melapor pada bapaknya. Nadia harus segera diobati.
Tak lama kemudian juragan Bondan datang tergesa-gesa ke rumah sederhana dimana anak ketiganya disana. Dia langsung masuk ke dalam rumah. Ditamparnya anak buahnya yang yang berada di depan kamar Nadia. Dia merasa anak buahnya telah teledor menjaga calon istrinya sehingga membuat calon istrinya sakit. Dia tidak berfikir jika yang membuat Nadia sakit adalah dirinya sendiri.
Setelah meluapkan kemarahannya pada kedua anak buahnya, Juragan Bondan masuk ke dalam kamar Nadia. Bau minyak kayu putih langsung tercium saat dia membuka pintu kamar. Di atas ranjang dia melihat tubuh Nadia terbaring lemah. Kedua matanya masih tertutup.
"Bapak. Nadia perlu dokter." kata Sinta saat melihat bapaknya masuk.
Tanpa berkata Juragan Bondan keluar kamar lagi untuk meminta anak buahnya pergi ke puskesmas untuk menjemput dokter yang bertugas disana.
Juragan Bondan duduk di kursi ruang tamu yang tadi malam dia duduki. Wajahnya terlihat marah. Rencananya menikahi Nadia bisa saja harus diundur karena Nadia sakit. Padahal dia sudah tidak dapat menahan nafsunya setiap melihat kemolekan tubuh sahabat anaknya itu.
Setelah tiga puluh menit, seorang dokter perempuan datang terburu-buru. Dia tahu yang memintanya datang bukan orang sembarangan. Dia sampai mengabaikan antrean panjang yang sudah datang dari pagi di puskesmas demi memenuhi panggilan juragan Bondan.
Semua orang yang sudah mengantre pun hanya bisa diam saat mengetahui dokter yang mereka tunggu dibawa pergi oleh anak buah juragan Bondan. Di kampung memang masih berlaku kasta dan ketidak ad kan sosial seperti itu. Siapa yang kaya, dialah yang berkuasa.
"Periksa Nadia dokter." dokter itu awalnya merasa bingung. Walaupun dia bukan asli warga desa itu, dia tahu betul jika Nadia bukanlah salah satu keluarga dari orang nomor satu di desa itu. Namun dia harus mengenyampingkan kebingungannya untuk segera menjalankan perintah orang yang lebih berkuasa dari seorang kepala desa di kampung.
Dengan teliti, dokter bernama Wati itu memeriksa gadis cantik yang terpilih lemah di ranjang. Wati memperhatikan wajah pucat Gadis itu. Ada bekas air mata yang terlihat di pipi pucat itu. Wati menoleh pada Sinta yang duduk di kursi meja rias dan menghadap ranjang.
"Nadia akan menjadi istri Bapak Bu dokter."
Dokter itu kaget mendengar perkataan Sinta. Memang itu yang ingin dia tanyakan tadi. Ingin mengetahui sebab gadis itu menangis dan wajahnya terlihat sedih. Apalagi ini berhubungan dengan rentenir tua itu.
Kini Wati paham apa yang menyebabkan Nadia tertekan dan mengakibatkan daya tahan tubuhnya lemah.
"Dok, tolong bantu Nadia." Sinta mendekat ke arah dokter Wati. Berbisik di telinga dokter itu. Dia sendiri takut jika sampai bapaknya tahu niatnya untuk menjauhkan Nadia dari bapaknya walaupun untuk sementara.
Sinta sedikit lega saat melihat dokter muda itu mengangguk. Dia kemudian berbisik di telinga Sinta. Dokter itu berharap apa yang akan dikatakan pada juragan Bondan nanti akan menyelamatkan gadis malang di hadapannya dari kekejaman laki-laki yang dia tahu seorang player itu walau untuk sesaat. Setidaknya sampai tubuh Nadia siap untuk apapun.
"Terima kasih dokter." kata Sinta menggenggam tangan dokter itu. menyampaikan terima kasih karena membantunya menyelamatkan sahabatnya. Sinta tahu dokter itu sebenarnya juga takut untuk membantunya, namun di lega karena dokter itu mau membantunya.
"Jaga Nadia. Maaf saya tidak bisa melakukan lebih dari ini."
"Tidak apa-apa dokter. Setidaknya Nadia akan selamat untuk beberapa hari."
"Semoga saja. Daya tahan tubuh Nadia lemah karena tekanan yang dia dapat. Tolong jaga fikiran Nadia agar berfikir positif. Saya takut dia depresi."
Sinta menutup matanya. Dia tak menyangka jika gadis yang selama ini ia lihat selalu kuat menghadapi segala kesusahan hidup yang dialami bisa sampai seperti itu.
"Saya akan menemaninya dokter."
Dokter Wati tersenyum. Dia ikut lega jika Nadia mempunyai teman yang begitu care pada dirinya. Dokter Wati berharap Sibta dapat menguatkan Nadia menghadapi masalahnya kali ini. Walaupun dia tahu bahwa Nadia tidak mungkin bisa menghindar dari juragan Bondan, tapi setidaknya ada sahabatnya yang akan menemaninya.
Dokter Wati keluar kamar dan menyampaikan kondisi Nadia pada laki-laki paruh baya itu. Seperti dugaannya, juragan Bondan akan menanyakan apakah dia bisa melanjutkan pernikahannya hari itu juga.
"Saya mohon maaf sebelumnya juragan. Kondisi Nadia belum stabil. Saya takut di akan terekam dan kondisi fisiknya memburuk. Saya sarankan untuk menunda rencana pernikahan itu untuk beberapa hari ke depan. Setidaknya kondisi Nadia sudah pulih." dengan gemetar Dokter Wati menyampaikan rencananya bersama Sinta tadi.
Juragan Bondan manggut-manggut mendengar penjelasan dari dokter Wati. Diapun memikirkan perkataan dokter muda itu. Sampai dokter Wati pamit pun Juragan Bondan belum dapat memutuskan tindakannya.
Keinginannya untuk segera memperistri Nadia begitu besar. Tapi setelah memikirkan kondisi gadis itu, sepertinya juga tidak akan mungkin untuk diajaknya memuaskan nafsunya untuk sekarang. Akhirnya diapun menyetujui usulan dokter Wati.
"Kamu harus tinggal disini." kata Juragan Bondan pada Sinta saat dia masuk ke dalam kamar Nadia. Sinta tersenyum. Dia lega akhirnya rencananya berhasil.
Setelah juragan Bondan pergi dari rumah itu, Sinta memandang lekat sahabatnya yang sebentar lagi akan menjadi ibu tiri untuknya.
"Maafkan aku Nadia. Aku tidak bisa membantumu lebih dari ini. Maafkan aku tidak bisa menyelamatkanmu dari bapakku."
Sinta menggenggam erat tangan sahabatnya. Bilur air matapun jatuh membasahi pipinya dan juga tangannya yang bertautan dengan tangan Nadia. Dia ikut merasakan kesedihan dari gadis yang terpilih lemah itu.
*
*
*
...Jangan lupa like 👍...
...VOTE 😇...
...Rate 🌟 lima...
...Ramaikan juga kolom komentarnya biar author semangat up 😍...
...Salam sayang 😘...
...❤❤❤Queen_OK ❤❤❤...
......🌾Kediri Raya🌾......
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 233 Episodes
Comments
fifid dwi ariani
trus berkarya
2023-07-30
0
Any Virgo Borjuntk Mardaup
jgn sampai jd nikah sm pak tuek bau tanah tu
2021-12-13
0
Yunia Afida
peran utama nya tuanya, g yang masih muda
2021-11-06
0