"Hai Nayla." Sapa Rey sambil melambaikan tangan nya, kemudian mengikuti Rere duduk berhadapan dengan Nayla. Melihat kedatangan Rey ke kantin kampus membuat banyak mata tertuju pada sosok pemilik saham terbesar di kampus itu dan tentu saja Nayla juga menjadi sasaran tatapan tajam orang-orang sekitar. Nayla mendadak jadi selebriti yang di sorot keberadaannya. Bagaimana bisa seorang Rey bisa mengenal dua orang mahasiswi dari golongan biasa saja.
Memang tidak banyak yang tahu kalau Renata adalah adik kandung sang pemilik kampus termasuk seseorang yang dari tadi memperhatikan mereka dengan tatapan tidak suka sambil mengepal kuat kedua tangannya. Dia adalah Echa sang mantan dari sahabatnya Ardi. Semenjak dia di permalukan waktu itu Echa sangat membenci Nayla dan berjanji akan membuat perhitungan dengan nya.
"Eh .... Bang Rey." Sapa Nayla sambil menganggukkan kepalanya. Rey tersenyum sambil duduk di hadapan Nayla.
"Lo udah sarapan Nay?" Tanya Rere yang ikut mendaratkan bokongnya di kursi kosong di samping kakaknya.
"Udah, ini baru habis." Jawab Nayla sambil menunjuk piringbekas makanan yang sudah kosong di hadapan Nayla. "Lo udah sarapan? Tadinya sih gue mau nungguin lo tapi keburu laper." Nayla bertanya balik sambil melebarkan senyumnya.
"Udah sarapan kok di rumah." Jawab Rere cepat, dan sempat terdiam saat Nayla menyedot minuman dalam gelasnya. "Eh.... Gimana buku nya tadi? Dapet gak?" tanya Rere lagi saat ingat akan hal itu. Dan berhasil membuat Nayla tersedak dengan minumannya sendiri.
"Oh.... Ehm.... Itu, kebetulan toko nya masih tutup, jadi gak dapet bukunya. Kepagian kayaknya." Jawab Nayla sambil cengengesan.
Rere mengangguk - anggukkan pelan kepalanya ber 'oh ' tanpa suara, sebenarnya ia tahu jika sahabatnya itu sedang berbohong padanya, tapi ia tahan dulu emosinya sampai abangnya pergi meninggalkan mereka berdua.
Rey juga menatap Nayla dengan tatapan curiga. "Sepertinya dia benar-benar ingin menghindari aku." Gumam Rey dalam hati.
"Aku mau ada perlu sama kamu Nay, ada yang ingin aku bicarakan tapi tidak disini, bisakah kamu ikut aku ke suatu tempat sehabis pulang kuliah nanti?" Akhirnya Rey memberanikan diri untuk memulai percakapannya dengan Nayla.
Nayla terhenyak, detak jantungnya tiba-tiba naik beberapa oktaf. Terlihat sekali jika dirinya begitu gugup. "Tapi aku bawa motor bang, dan gak bisa ninggalin dia disini." jawab Nayla mencari alasan.
"Tidak masalah, kita kesana pake motor kamu saja gak jauh dari sini juga kok, biar nanti Renata yang bawa mobil aku pulang, iya kan Re?" Ucap Rey dan memberikan kode kedipan mata pada Renata.
Renata tersenyum dan membalas kode abangnya dengan membulatkan jarinya tanda setuju. "Oke." Sahutnya.
Nayla sejenak terdiam, sepertinya tidak ada alasan untuk menolak permintaan Rey. "Ehm.... Baiklah nanti abang kesini jam dua siang aja." Ucap Nayla dengan senyum yang di paksakan.
Rey tersenyum puas. "Oke, kalau gitu abang pergi ke kantor dulu. Sampai jumpa nanti siang." Pamit Rey sambil berdiri lalu melambaikan tangan pada kedua gadis itu.
Nayla dan Rere memperhatikan kepergian abangnya sampai tidak terlihat lagi. "Abang lo mau ngomong apaan sih Re? " tanya Nayla dengan pandangannya masih tertuju ke arah Rey pergi.
"Mana gue tahu." Jawab Rere sambil mengangkat kedua bahunya.
Nayla mendengus. "Aneh banget sih abang lo. " Cibir nya.
Rere menoleh menatap tajam pada Nayla. "Lo tuh yang aneh, gue tahu lo tadi bohong kan masalah ke toko buku? Lo gak lagi ngehindarin gue terus mau ngejauhin gue kan Nay?" Tanya Rere penuh penekanan. Dia takut jika sahabatnya akan menjauhinya hanya karena abangnya sedang mengejar Nayla.
Nayla terhenyak. Merasa aneh dengan pemikiran sahabatnya itu. "Ya enggak lah, lo dan mama lo udah banyak bantuin keluarga gue, mana mungkin gue ngelakuin hal itu, gue banyak berhutang terutama sama mama lo." Ucap Nayla dengan wajah serius.
"Terus?" Rere tidak puas dengan jawaban Nayla barusan, ia masih tak mengerti.
"Gue cuma risih aja sama sikap abang lo itu. Maksa banget jadi orang." jawab Nayla sambil memainkan sedotan yang bertengger di gelas minumannya.
"Jadi lo ngehindarin abang gue?" Tanya Rere menyakinkan.
"Ya, begitulah." Nayla mengganguk lalu menundukkan kepalanya. Desahan nafas kasar terdengar setelahnya.
Rere terdiam sejenak. Mencoba mencerna ucapan sahabatnya tadi. "Jadi, Lo gak suka sama abang gue nih? Dan Lo mau sahabatan sama gue cuma karena balas budi gitu?" Rere berucap sambil melipatkan tangannya di depan dada.
Nayla mendongak. "Gak gitu juga Re." Bantah Nayla cepat.
Rere mencebik. "Gue gak suka ya, lo bahas-bahas apapun yang udah gue dan mama gue kasih ke keluarga lo, dan gue gak mau kalau lo mau sahabatan sama gue cuma karena ingin balas budi doang." Ucap Rere penuh penekanan.
Nayla memelas, wajahnya tampaknya kebingungan, sahabatnya itu sudah salah paham. "Gue tulus kok sahabatan sama lo, suer deh kalau gak percaya lo bisa lihat nih hati gue! Gue gak bohong." Ucap Nayla serius dengan sebelah tangannya menepuk-nepuk dadanya pelan.
Rere mengernyitkan kening, tapi kemudian terkekeh geli. "Mati dong Nay?" Kelakarnya sambil melempar sedotan ke arah Nayla. Ia pun tertawa terbahak-bahak.
Nayla refleks menghindar, lalu menggaruk keningnya baru tersadar jika kata-kata nya memang terlalu berlebihan.
"Ehm.... Gue masuk kelas dulu ya udah jam 8 nih." Pamit Nayla mengalihkan rasa malunya, Rere yang sudah berhenti tertawa kemudian menganggukkan kepala.
"Ya udah sana! Gue mau pesen minum dulu lagian gue masuk setengah jam lagi." Seru Rere sambil melambai-lambai kan tangannya seperti gerakan mengusir Nayla.
"Oke, gue duluan ya! Jangan ketawa lagi! Malu gue." Cebik Nayla sambil mendengus kesal.
" Iya.... iya .... Udah sana!" Usir Rere lagi.
Nayla pun pergi meninggalkan Rere, tapi dia tidak sadar jika dari tadi ada yang memperhatikan dan mencuri dengar pembicaraan mereka sejak saat Rey berada disana, orang itu terlihat tidak suka dengan kenyataan yang dia dengar jika Rere adalah adik dari pemilik kampus mereka dan beruntungnya Nayla bisa dekat dengan orang hebat itu. Dia sangat iri dengan Nayla.
***
Siang hari nya tepat pukul dua siang. Mobil Rey sudah ada di tempat parkir kampus, dia menunggu Nayla di dalam mobil. Ketika melihat Nayla dan Renata menghampiri mobilnya Rey pun bergegas keluar dari mobil.
"Cie .... Yang mau jalan-jalan " Goda Rere sambil menyenggol tubuh Nayla
"Ish... Diem sih!" Decak Nayla kesal.
"Ini kunci mobilnya Re, gak apa -apa kan pulang sendiri?" Tanya Rey seraya memberikan kunci mobilnya pada Rere.
"Gak apa-apa bang, santai aja." Seru Rere sambil menerima kunci mobilnya.
"Mana motor kamu?" tanya Rey pada Nayla sambil mengedarkan pandangannya pada beberapa motor disana.
"Itu.." Jawabnya sambil menunjuk motor pink dengan plat no D 1234 X.
"Abang bawa helm?" Tanya Nayla setelah pandangan mata Rey tertuju pada motornya.
Rey menggeleng. Lalu menoleh ke arah Nayla kembali. "Gak usah pake lah, deket kok." Jawabnya sambil melebarkan senyum. Sungguh perbuatan yang tidak patut untuk di tiru tentunya.
Nayla mengelengkan kepalanya pelan, tak di sangka seorang pengusaha yang terkenal disiplin itu ternyata bisa melanggar hukum juga. Nayla mengeluarkan motornya dari parkiran dan memberikan helm nya untuk di pakai Rey gak lucu juga kan kalau yang ngebonceng pake helm dan yang bawa motor telanjang kepala, untung helmnya bukan warna pink juga. Seorang Rey yang mengendarai motor matic warna pink saja sudah aneh apalagi di tambah helm pink, oh Tuhan apa yang akan di pikirkan orang-orang nantinya.
Setelah berpamitan dengan Rere, keduanya pun pergi dengan sepeda motornya ke suatu tempat yang katanya tidak jauh dari kampus, Rey melajukan motornya masuk ke sebuah perkampungan dengan pemandangan yang masih asri dan tidak banyak bangunan disana, dia memarkirkan motor itu di suatu tempat yang banyak sekali tanaman bunga disana, berupa taman bunga dengan danau kecil buatan berada tepat di tengahnya.
"Indah sekali." Gumam Nayla tanpa sadar, setelah ia turun dari motor dan berjalan dengan terus memandang keindahan alam tersebut. Nayla belum pernah melihat pemandangan ini sebelumnya.
"Kamu belum pernah kesini?" Tanya Rey yang kini sudah berdiri di samping Nayla.
Nayla menggeleng tanpa mengalihkan pandangannya. Tapi tiba - tiba saja Nayla di buat begitu terkesiap dan jantungnya berdetak begitu cepat saat gadis itu merasakan jari-jari tangannya di genggam oleh seseorang yang berada di samping nya. Orang itu tak lain adalah Rey.
Rey menggengam tangan Nayla begitu erat, tatapannya fokus pada wajah Nayla yang terlihat menegang. Walaupun tatapan mata wanita itu masih lurus kedepan. "Nay, sebenarnya.... Sebenarnya Aku sudah lama suka sama kamu, semenjak kita pertama kali bertemu waktu kamu nolongin aku." Ucap Rey tanpa basa - basi, walaupun di hatinya dia begitu malu, Rey sudah berumur tapi menyatakan cinta saja layaknya ABG bau kencur.
Nayla menoleh mencoba menatap manik-manik mata Rey, tapi tak lama karena ia begitu gugup. Nayla mengalihkan pandangannya ke arah lain, jantungnya berdetak lebih kencang dari sebelumnya rasanya dia ingin sekali menenggelamkan dirinya ke dasar danau saja.
"Jantung gue .... Jantung gue .... Bisa gak sih lo gak usah pakai gendang berdetaknya. Susah nafas gue." Rutuk Nayla dalam hati
Nayla mencoba melepaskan tangan nya dari genggaman Rey, tapi Rey menahannya. "Jawab Nay! Apa kamu mau jadi kekasihku?" tanya Rey sedikit memaksa.
Nayla terdiam lalu berusaha melepaskan tangannya lagi. "Lepasin dulu tangannya bang! Sakit ini." Ucap Nayla sambil menunjuk tangannya dengan tangan yang satunya lagi.
"Owh...maaf." Rey melepaskan tangan Nayla dengan cepat.
Nayla mengibas-ngibaskan tangannya lalu menautkan jemarinya dan di simpan di belakang tubuhnya. "Ehm .... Abang becanda kan ya?" Tanya Nayla pura-pura tak percaya.
Rey sedikit mencondongkan tubuhnya ke arah Nayla. Dan Nayla sontak memundurkan kepalanya. "Apa abang terlihat seperti becanda?" tanya Rey sambil memegang bahu Nayla.
Nayla terdiam, kemudian dia mengeleng "Maaf bang Nayla gak bisa, aku gak mau pacaran dulu sebelum lulus kuliah. " jawab Nayla dengan tegas.
Rey menautkan kedua alisnya, merasa tak percaya jika dirinya ternyata di tolak. "Aku bisa menunggu bukankah tahun depan kau lulus?" Seru Rey tak mau menyerah.
Nayla menggeleng lagi. "Aku tetep gak bisa bang." Kekeuh Nayla sambil menepis tangan Rey yang mengekang bahunya.
"Kenapa?" Tanya Rey heran, karena selama ini dia tidak pernah mendapat penolakan dari gadis manapun malah selama ini gadis- gadis itu lah yang mengutarakan isi hati mereka pada Rey, dan Rey selalu menolak mereka, Rey pernah sekali mengungkapkan perasaannya pada seorang perempuan di masa sekolahnya dulu tentu saja di terima, dan hari ini ia melakukannya lagi pada gadis yang berbeda dan hasilnya ternyata Rey di tolak mentah-mentah.
"Maaf bang, tidak semua jawaban harus ada alasannya." suara Nayla terdengar begitu lirih.
Rey begitu emosi ingin sekali dia memaksa Nayla untuk mengatakan Ya, karena dia sama sekali tidak suka dengan penolakan tapi niatnya dia urungkan saat ia ingat dengan kata-kata adiknya tadi pagi. 'Jangan terlalu memaksa pelan- pelan aja'.
"Baiklah, aku terima keputusan mu, tapi tolong jangan kau hindari aku lagi seperti hari ini, aku tidak akan memaksa mu lagi untuk melakukan sesuatu. Kita akan berteman mulai dari sekarang." Ucap Rey sedikit melunak.
Nayla terpaku dia menatap wajah Rey dengan tatapan penuh curiga. "Apa yang terjadi dengan makhluk ini, gue pikir dia bakal marah-marah tidak jelas setelah gue menolaknya." Gumam Nayla dalam hati.
"Ayo pulang!" Ajakan Rey membuyarkan lamunan Nayla.
"Eh .... Iya." Nayla mengikuti langkah Rey di belakangnya, ia tak percaya dengan apa yang dia lihat. Rey benar-benar tidak marah padanya.
Ketika mereka hendak menuju ke tempat motor mereka terparkir tiba - tiba saja ada tiga orang laki- laki bertubuh kekar berpenampilan layaknya preman menghadang jalan mereka.
"Mau apa kalian?" Seru Rey menghalangi tubuh Nayla dari ketiga preman itu.
"Kami mau gadis itu." Jawab salah satu laki- laki itu sambil menunjuk ke arah Nayla.
Rey dengan berani menantang ketiga preman itu untuk melawannya tapi satu pukulan keras yang mendarat begitu cepat di wajah Rey sanggup membuat laki-laki itu langsung jatuh tersungkur.
"Bang Rey." Teriak Nayla begitu terkesiap, lantas membantu Rey untuk bangun kembali. Ketiga pria itu tertawa terbahak- bahak melihat adegan romantis di hadapan mereka tersebut.
Nayla pun jadi geram, ia tak bisa menahan emosinya lagi. Ketiga preman itu harus diberi pelajaran. "Maju lo semua!" Tantang Nayla sambil berdiri membelakangi tubuh Rey.
***
bersambung dulu ya..readers tercintah biar penasaran dulu...hahaha
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 99 Episodes
Comments
maura shi
hajar nay!!
2021-03-15
0
💃💃 H💃💃💃
q kok dag dig dug ya? 🙈🙈🙈
2021-03-06
0
༄👑💗e¢¢e ρтħš αямч💗👑࿐
penolakan Nayla
2021-02-26
1