"Lama banget se tuh anak, pasti kesiangan lagi deh." Ucap Renata, sahabat Nayla yang biasa di panggil Rere, dengan muka kesalnya, dia sudah menunggu di depan gerbang rumah nya siap berangkat ke kampus dan menunggu Nayla menjemput.
Tiiidh .... Tiiidh ....
Bunyi suara klakson motor cantik Nayla dari arah belakang Rere. Dengan cepat Rere menoleh ke arah belakangnya, lalu membalikkan tubuhnya menghadap ke arah Nayla yang masih nangkring di motor.
"Kemana aja si lo? Gue kan udah bilang kalau gue ada kuliah pagi jam tujuh, lah ini jam tujuh kurang seperempat lo baru dateng, Lo gak mikir jarak kampus tuh jauh banget, Lo sih enak kuliah jam delapan, Lo kalau udah gak mau jadi ojek gue ngomong dong biar gue bisa cari yang lain!" Omel Rere tanpa jeda.
Nayla mengernyitkan kening, menutup telinganya dengan kedua telapak tangannya. "Aduh .... pelan - pelan dong ngomong nya! kuping gue panas ini." Seru Nayla kemudian.
"Cepet naik! Katanya udah kesiangan, nyerocos aja udah kayak emak-emak, lo." imbuh Nayla sambil memberikan helm pada Rere yang masih memasang wajah cemberut. Nayla memang sudah terbiasa seperti itu dengan Rere bagi mereka sebuah omelan adalah ungkapan rasa sayang sebagai sahabat. Rere langsung menyahut helm itu dengan sedikit kasar. Lalu naik ke atas motor di belakang tubuh Nayla.
Setelah memastika sahabatnya itu naik dengan aman, Nayla langsung melajukan motornya dengan kecepatan maximal.
"Nay, pelan - pelan dong! Belum kawin gue." Teriak Rere sambil memegang erat pinggang Nayla.
"Biar cepet nyampe." Ujar Nayla juga sedikit berteriak karena mereka terbiaskan oleh deru angin yang terbawa oleh kecepatan motor itu. Nayla malah semakin menarik gas motornya dengan kencang.
"Pegangan yang erat!" Tambah nya lagi dengan berteriak lebih kencang.
"Gila lo Nay, nyampe ke akherat maksud lo hah ? Gue belum mau mati." Teriak Rere lagi sambil memejamkan matanya, dia tak berani menatap jalanan yang terlihat sekelebat saja.
"Berisik lo ya." Nayla malah semakin mengencangkan lagi laju motor itu.
"Aaaaarghhh ...." Teriak Rere lebih kencang, kini dia benar - benar ketakutan.
***
15 menit kemudian mereka sudah sampai di kampus, yang harusnya perjalanan kampus membutuhkan waktu 30 menit dari rumah Rere, jadi bayangin aja kecepatan motor Nayla seperti apa. Hihihi.
Rere memilih turun di depan kampus tidak ingin ikut ke parkiran motor karena takut keduluan dosennya datang.
"Gue ke kelas duluan." Seru Rere sambil berjalan sedikit oleng. Mungkin dia mabok perjalanan naik motor ugal-ugalan bersama sahabat sablengnya itu. "Gue masih punya perhitungan sama lo ya, Jangan kabur lo!" Imbuh Rere sedikit mengancam, lalu dia berlari meninggalkan Nayla.
Nayla mencebik bibir, "Idiiih .... gue mau kabur kemana? Gue kan mau kuliah juga." Ucap Nayla bersungut - sungut.
Nayla pun melajukan motor nya ke arah parkiran motor khusus mahasiswa, disana terlihat Ardi sahabat sekaligus tetangga Nayla yang sudah lama menaruh hati pada Nayla, ya walaupun gak deket banget rumah nya, tapi masih satu komplek.
"Hai, Nayla?" Sapa Ardi sambil berjalan menghampiri Nayla yang baru saja memarkirkan motor cantiknya itu.
Nayla menoleh, lalu melemparkan senyum manisnya."Eh ....Hai, Lo ada kuliah pagi juga?" Tanya Nayla sambil menyimpan helmnya di kaca spion motornya itu
"Iya, tapi males masuk, ah, kantin yuk!" Ajak Ardi.
Sejenak berpikir, lalu menganggukkan kepalanya. "Ayo! Gue juga belom kenyang tadi sarapannya buru-buru."
Mereka pun berjalan berdampingan menuju kantin dengan tangan Nayla merangkul erat tangan sahabatnya itu. Nayla dan Ardi memang sangat akrab, mereka berkenalan saat masih kelas tiga sekolah menengah pertama, saat keluarga Nayla memutuskan untuk menetap di kota Bandung karena kondisi kesehatan ayah Nayla yang kurang baik sehingga dia tidak bisa bebergian keluar kota untuk bekerja lagi. Waktu itu Nayla yang menolong Ardi saat di bully teman-teman SMP-nya, dan saat itu Ardi mulai menyukai Nayla dan selalu ingin sekolah bersama Nayla, sebenarnya Ardi kuliah di fakultas ekonomi yang gedungnya bersebelahan dengan fakultas kedokteran. Tapi masih dalam satu universitas yang sama. Ardi memang tidak cukup pintar untuk bisa masuk ke fakultas kedokteran tapi yang penting dia masih bisa bersama Nayla walaupun beda fakultas dia sudah sangat senang masih bisa tetap bareng Nayla. Tak lama mereka pun sampai di kantin dan memesan dua mangkuk bubur ayam di sana.
"Lo gak masuk kelas emang gak dimarahin dosen, Ar?" Tanya Nayla saat mereka sudah duduk berhadapan di kursi makan yang di sediakan di kantin kampus itu.
"Ya pasti di marahin lah, Nay, mana ada bolos dapat ijin dari dosen." jawab Ardi dengan santai nya.
"Gila lo ya! Yang bener dong Ar, kirain gue dosen lo lagi gak masuk sekarang." Nayla melototkan kedua matanya. "Awas lo ya, kalau sampe lo gak lulus, gue bakal hapus daftar nama lo dari daftar sahabat gue." Imbuh Nayla sambil menunjukkan jarinya ke arah Ardi.
"Ck, jahat banget sih lo!" Decak Ardi lagi dengan memasang wajah sendunya.
"Ya makanya lo kuliah yang bener, kalau gue lulus duluan emang lo mau kuliah sendirian?" Seru Nayla sambil medekapkan tangannya di depan dada.
"Ya gak sendirian juga lah, lagian kita juga gak pernah kan kuliah bareng , orang beda fakultas juga." Sanggah Ardi sambil menopangkan kedua sikunya di atas meja.
"Iya juga ya." Nayla terkekeh sambil menggaruk kepalanya yang tak gatal. "Eh .... Tapi tetep gak bisa gitu dong Ar, lo gak kasian gitu sama orang tua lo yang udah biayain lo selama ini?" Tambah Nayla lagi.
Ardi melebarkan senyumnya, merasa senang jika Nayla ternyata masih memperdulikan masa depannya. "Iya, iya, kali ini doang kok. Udah ah makan dulu, tuh buburnya udah dateng." Ucap Ardi sambil menunjuk mang Ujang yang membawa dua mangkuk bubur ayam yang mereka pesan.
Setelah mengucap terima kasih pada pemilik warung, mereka pun segera melahap bubur ayam nya itu, dengan sesekali meniup bubur yang masih panas dari sendok sebelum mereka masukkan kedalam mulut mereka. Sesekali mereka ketawa dengan guyonan - guyonan Ardi yang tiap hari selalu sukses membuat Nayla tertawa.
Braaaaak..
Tiba - tiba seorang gadis menggebrak meja tempat mereka makan. Seketika Nayla dan Ardi menoleh pada orang yang sudah menggebrak meja itu.
"Hei pendekar gadungan, gue kan udah bilang lo jangan deket - deket sama Ardi lagi dia tuh pacar gue." Gertak gadis itu sambil membalikkan mangkok bubur Nayla dan membuat nya berantakan di atas meja.
Nayla membelalakan matanya dengan lebar, merasa tak terima bubur ayamnya di tumpahkan begitu saja di depan matanya.
"Bubur ayam gue." Ujar Nayla dengan geram sambil mengepalkan kedua tangannya.
"Cha, apa - apan si lo? Kita udah putus ya?" Seru Ardi tak kalah geramnya sambil berdiri menghadap ke arah Echa mantan pacar nya Ardi yang tidak terima di putuskan karena alasan yang tidak jelas.
"Heh, Gue gak terima ya lo putusin gue secara sepihak, emang nya lo siapa? Cuma gue yang boleh mutusin lo." Ucap Echa sambil menunjuk wajah Ardi. Lalu dia kembali beralih pada Nayla.
"Dan lo pendekar gadungan, katanya lo hebat ya ? sini lo lawan gue!" Tantang Echa yang notabene seorang atlit karate, baginya Nayla bukan apa - apa karena selama ini Nayla tidak pernah menunjukkan keahliannya di depan umum semenjak masuk kuliah kecuali saat keadaan terpaksa.
Nayla sudah tak bisa nahan emosi, darahnya sudah naik sampai ubun - ubun.
Braaaak...
Nayla dengan geram menggebrak meja dengan mata yang terlihat memerah karena menahan emosi, sambil berdiri dia menatap tajam pada Echa, mungkin kalau di komik kepala nya udah keluar asap -asap mengepul gitu. Hihi
"Heh cewek gila! Yang mutusin lo tuh Ardi, yang salah tuh Ardi. Kenapa jadi lampiasin emosi lo sama bubur ayam gue? Lo tahu gak gue baru makan tiga suap aja tadi." ucap Nayla dengan nada tingi.
Dan ucapan Nayla tersebut sontak membuat Ardi dan orang - orang di sekitarnya melongo kaku. Jadi cuma itu yang membuat gadis itu terbakar emosi. Bubur .... oh bubur!
"Lah, gue pikir dia mau ngebelain gue kenapa jadi ngebahas bubur ayam?" Pikir Ardi dengan senyum getir nya.
"Banyak omong lo nya." Umpat Echa sambil melayangkan satu pukulannya ke arah wajah Nayla, bukan Nayla namanya jika dia hanya diam saja, dengan cepat Nayla menangkis dan menangkap tangan Echa lalu memitingnya ke belakang tubuh Echa.
"Aww ...." Pekik Echa kesakitan.
Walau begitu Echa masih gak mau kalah dia kembali melayangkan satu pukulan dari tangannya yang lain ke arah Nayla lagi. Tapi dengan cepat pula Nayla menangkap tangan itu dan memitingnya nya ke belakang lagi.
"Lo pikir Lo bisa ngancem gue hah ? Denger ya ! Selama ini gue diem karena lo gak macem - macem sama gue, tapi sekarang lo udah kurang ajar dan udah ngusik gue duluan." Ujar Nayla sambil menekankan tubuh Echa dengan tangannya yang terlipat ke belakang. Terlihat Echa meringis menahan sakit.
"Pergi lo!" perintah Nayla sambil mendorong Echa ke arah depan.
"Ciih ...." Echa berdecih, dia tak terima dengan kekalahannya saat ini. Seraya pergi bersama teman - temannya Echa memberikan tatapan kebencian pada Nayla, Echa sangat malu dengan kejadian ini, predikatnya sebagai atlet karate mungkin akan di pertanyakan nanti oleh teman - temannya itu.
Pandangan Nayla kembali tertuju pada bubur ayamnya yang sudah tak bisa di makan itu.
"Bubur ayam gue." Seru Nayla dengan wajah sendu menatap mangkok bubur yang sudah terbalik. Ardi mengedikkan bahu, masih ingat saja Nayla dengan nasib bubur ayamnya.
"Ya elah Nay, gue pikir tadi tuh lo mau ngebelain gue, ternyata cuma gara - gara bubur ini." Gerutu Ardi sambil nunjuk ke arah mangkok yang sudah terbalik.
Nayla berdecih, "Dih, ngapain gue belain lo ? Tadi tuh gue udah laper banget, dan ini bubur juga belom gue bayar, makannya juga baru tiga suap doang, terus tiba - tiba datang cewe gila itu ngerusak acara makan gue. Mantan lo nyebelin!" Decak Nayla sambil menghentakkan sebelah kakinya ke tanah.
Ardi menggelengkan kepalanya pelan, otak sahabatnya itu kadang - kadang suka di luar dugaan. "Ya udah gue yang bayar bubur ayam nya, lo mau pesen lagi gak?" tanya Ardi.
"Gak, gue udah kehilangan nafsu makan. Gara - gara mantan lo tuh yang gila. Sebel gue." Decak Nayla masih kesal.
"Udah lah, gue mau ke kelas aja bentar lagi kelas gue mulai. Jangan lupa tuh bayar bubur gue! Sekalian beresin tuh meja! Kasian mang Ujang." Perintah Nayla seraya pergi meninggalkan kantin.
Ardi hanya menggeleng sambil menghembuskan nafas kasarnya, baginya bukan hal yang asing lagi dengan sikap Nayla yang agak nyablak dan sepolos itu. "Dasar pendekar sableng." Gumam Ardi pelan.
"Tapi aku suka." Tambahnya lagi dengan senyum yang merekah terpampang di bibir nya.
***
Tinggalkan jejak ya readers kuh...! 😉😉
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 99 Episodes
Comments
maura shi
kesel juga ya,baru makan eh makanannya d tumpahin pake acara nglabrak segala pula,
2021-03-15
0
zien
cerita yang bagus 👍
semoga sukses selalu 😀
mampir juga di novelku JODOHKU YANG LUAR BIASA 😊
mari kita saling mendukung karya kita 👍😘
2021-03-01
1
trisya
tapi aku suka 😃😃😃
2021-02-20
1