"Kania ini pak Sam, dia adalah kepala pelayan rumah ini, dan itu pak Jono dan Bu Lilik mereka akan menjaga mu disini, dan kamu bisa berkenalan dengan yang lain," kata Bhara.
"Tuan.. apa sekarang aku jadi pelakor atau simpanan dengan menjadi istrimu?" tanya Kania menunduk.
"Kau bukan pelakor atau apalah itu namanya, sekarang kau hanya istriku dan kau tak boleh berdekatan dengan pria lain," kata Bhara.
"Iya tuan, dan tolong beritahu aku apa yang terjadi, aku masih binggung dengan semua ini.."lirih Kania.
"Baiklah ayo ke ruang kerjaku, akan ku ceritakan segalanya," jawab Bhara.
Kini Kania mengikuti langkah kaki dari Bhara yang mengajaknya ke sebuah ruangan kerja yang juga begitu luas dengan berbagai buku tersusun rapi di sana.
Bhara meminta kami duduk di sofa, "duduklah di sini," kata Bhara menepuk sofa di sampingnya.
"Aku adalah seorang pria yang melihat dengan mataku sendiri istriku sedang bercinta dengan pria lain, mulai saat itu aku tak pernah menyentuh istriku lagi, tapi aku pria dewasa yang membutuhkan kehangatan jadilah untuk pertama kalinya aku mengikuti acara lelang itu dan membeli mu," kata Bhara.
Kania hanya terdiam mendengar ungkapan Bhara,"berarti aku hanya di jadikan sebagai penghangat ranjang mu tuan," lirih Kania.
"Tidak sekarang kau istriku, meski kita menikah secara siri, aku akan bertanggung jawab atas segalanya tentang mu, dan kau pun harus melakukan kewajiban mu bukan," kata Bhara.
"Tentu tuan, apalagi tuan sudah membeli bahkan menikahiku, tapi aku takut jika akan jatuh cinta pada mu tuan," kata Kania.
"Usahakan jangan sampai terjadi karena aku tak bisa melihatmu harus terluka," kata Bhara memeluk tubuh mungil Kania.
Kania menghirup aroma tubuh Bhara yang menenangkan, tiba tiba perut Kania berbunyi cukup nyaring.
"apa kamu lapar?" tanya Bhara.
Kania hanya mengangguk, kini Bhara mengandeng tangan Kania menuju ke meja makan.
Kania dan Bhara menikmati sarapan bersama, Bhara juga sudah menyiapkan kan segalanya untuk Kania.
Mulai dari ATM, deposit, bahkan beberapa usaha yang sudah berpindah nama atas nama Kania.
Entahlah Bhara merasa jika kami akan bisa membahagiakan nya, hal yang tak pernah bisa di berikan oleh sang istri selama ini.
Bhara mengajak Kania masuk ke kamar setelah sarapan, Bhara memberikan dua ATM pada Kania.
"Ini untuk mu, dan juga nanti ada usaha yang kamu harus mengeceknya setiap bulan dan juga ada kos kosan untuk mu, dan pak Jono akan menjadi pengawas mu," kata Bhara.
"Berarti Kania harus tinggal di kos seperti gadis yang merantau, dan hanya datang jika tuan memanggilku," kata Kania.
"Gadis pintar," kata Bhara sambil mengacak rambut Kania.
"Baiklah aku mengerti tuan," kata Kania yang sudah dalam rengkuhan tubuh kekar Bhara.
"Mulai sekarang panggil aku mas, dan bisakah aku meminta hak ku?" tanya Bhara serak.
Belum sempat menjawab bibir Kania sudah di bungkam oleh bibir Bhara, seperti kehausan Bhara ******* bibir mungil Kania dengan begitu nafsu.
Bahkan kini ciuman Bhara sudah turun ke leher jenjang Kania, serta tangan Bhara sudah menyentuh setiap inci tubuh Kania.
Kania hanya bisa pasrah di bawah permainan nafsu Bhara, entah bagaimana kini mereka sudah sama sama tidak mengenakan benang sehelai pun.
Saat tiba penyatuan Kania mencakar punggung Bhara, "sakit..." lirih Kania meneteskan air mata.
"Bertahan lah sebentar lagi tidak akan sakit lagi," kata Bhara yang kemudian membungkam bibir Kania dengan bibirnya.
Pagi itu menjadi pagi panas untuk keduanya, bahkan Bhara tak bisa menahan dirinya untuk tak menjamah istri kecilnya itu.
Setelah puas, Bhara merebahkan dirinya di samping Kania, "terima kasih kau menjaganya,"kata Bhara tersenyum.
Kania hanya menyembunyikan wajahnya pada dada Bhara karena malu, Kania akhirnya tertidur karena kelelahan.
Kania kini hanya tersenyum memandangi hujan yang turun di kota pahlawan itu.
"Neng kita sampai, tapi kita gak bisa masuk," kata supir taksi yang membuyarkan lamunan Kania.
"Eh.. iya pak, saya turun di sini saja sudah di jemput juga terimakasih," kata Kania menyodorkan uang pecahan dua lembar seratus ribu pada supir taksi.
"Neng ini kebanyakan, ongkosnya cuma seratus ribu," kata supir taksi.
"Itu rejeki bapak," kata Kania keluar sambil membawa belanjaannya.
Satpam di komplek itu sudah hapal dengan Kania, mereka menyapa dan mempersilahkan Kania masuk kedalam perumahan.
"Sore pak satpam, ini ada kue buat jaga di terima ya," kata Kania memberikan kue pada satpam yang memayungi nya.
"Alah non kok ya baik banget sih, matur Suwon ya (terima kasih)," jawab satpam itu.
"iya pak mari," kata Kania yang baru masuk kedalam mobil.
Kini Kania sudah duduk manis, sedang pak Ridwan pun tersenyum melihat Kania yang begitu baik dan ceria itu.
"Non tadi kenapa tak minta jemput bapak dari mall?" tanya pak Ridwan.
"Kania tadi sama temen temen, jadi tak elok jika Kania di jemput pakek mobil mewah gini," jawab Kania.
"Ya Alloh non, baru ini loh bapak ketemu gadis seperti non Kania," kata pak Ridwan.
"Ha-ha-ha bapak bisa saja," jawab Kania saat mobil memasuki pekarangan rumah besar.
Pak Sam sudah menjemput Kania agar nona nya itu tidak kehujanan, Kania tersenyum manis pada pak Sam.
"Apakah perjalanan anda menyenangkan nona?" tanya pak Sam.
"Iya pak, oh ya ini ada kue bisa di bagi bagi ya, Kania mau ke atas mau mandi biar wangi," kata Kania yang memberikan tas kue pada pak Sam.
"Silahkan nona," jawab pak Sam.
Kania berlari menuju ke lantai dua, dia membuka kamar yang selalu terlihat sama, warna dan juga aroma ruangan itu.
"Hem... tak ku sangka sudah tiga setengah tahun aku menjadi istri mu mas," gumam Kania.
Kini Kania memilih mandi dan berendam di bathtub, tubuh Kania begitu rileks saat ini apalagi aroma terapi yang dia gunakan.
Sebuah mobil mewah baru saja masuk ke pekarangan rumah, pak Sam sudah menyambut di teras.
"Selamat datang tuan," kata pak Sam hormat pada Bhara.
"Iya pak, apa Kania sudah datang?" tanya Bhara yang berjalan masuk kedalam rumah di ikuti pak Sam dan juga Angga.
"Baru saja tuan, mungkin nona sedang menyegarkan diri di kamarnya, apa ada yang tuan butuhkan?" tanya pak Sam.
"Tolong antar kan makanan ke kamar atas, dan jangan ada yang berani menganggu kami," kata Bhara.
"Baik tuan," jawab pak Sam.
Kini Angga pun sudah meninggalkan rumah bosnya itu, sedang Bhara menuju kamar utama.
Bhara masuk dan terlihat beberapa belanjaan Kania di sofa, sedang kamar mandi tertutup rapat.
Tak lama pak Sam mengantar kan makanan untik Bhara, kemudian pamit undur diri.
Kania keluar dari kamar mandi setelah merasa tubuhnya benar benar segar, "kau begitu lama di kamar mandi sayang," kata Bhara mengejutkan Kania.
"Mas sudah datang, maaf aku terlalu menikmati waktu mandi ku," kata Kania yang sudah duduk di pangkuan Bhara.
"Kau menggodaku sayang," kata Bhara yang membuka kimono mandi Kania.
"Tentu karena aku merindukanmu mas," kata Kania yang menikmati ciuman Bhara di d*d*nya.
.
.
.
.
.
.
mohon dukungannya ya dengan cara vote like dan komen 😘😍 😘😍😘😍terima kasih
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 137 Episodes
Comments
Arfan Achmad
ma anak mu ko cnut cnut mau pipis
2021-10-20
0
Efan Zega
bangganya jd simpanan
2021-02-24
0
🌷Bubu.id
terkadang kita menutup mata.. tapi hal seperti ini terkadang ada didunia nyata.. terpaksa menjadi simpanan😣😳
2021-01-11
6