Setelah pertengkaran hebat yang terjadi.
Hubungan tuan besar dan Nyonya Alexander menjadi renggang. Tidak ada lagi
sapaan hangat dan candaan lucu yang biasanya dilakukan keluarga kecil itu
dipagi hari. Kini yang ada hanya kesunyian dan aura kebencian yang terus
terpancar dari sang ibu
“apa kau akan terus marah begini? Kau tidak
kasihan dengan anakmu yang terus kau abaikan?” samar-samar terdengar suara sang
Ayah dari lantai atas tempat kamar anggota keluarga berada. Smith yang sedang
menyantap sarapan paginya itu tertegun wajahnya seketika berubah sedih.
“aku sudah kenyang” ujar Smith bangkit lalu
bergegas meninggalkan meja makan dengan perasaan sedih bercampur kesal. John
yang berdiri disekitar situ hanya menatap tuan mudanya yang pergi berlalu.
“aku muak denganmu, aku ingin kita
secepatnya bercerai.” putus Nyonya Alexander dengan suara lantang.
“kumohon jangan seperti ini istriku, tolong
mengertilah keadaanku juga.”kata tuan besar dengan nada memohon”aku sudah
mengatakan padamu berkali-kali aku tidak mencintai wanita itu, aku mencintaimu.
Aku menikahinya hanya demi anak yang dikandungnya. Semua ini memang aku yang
salah. Maafkan aku, bisakah kau berikan aku kesempatan sekali lagi?”
“mencintaiku?”kata Nyonya Alexander bernada
dingin lalu mendengus kesal “setelah berselingkuh dariku kau masih berani
berkata kau mencintaiku? Sungguh luar biasa!!!”
“aku sungguh mencintaimu, istriku.
Tolonglah mengerti” ucap tuan besar menyakinkan. Diraihnya tangan sang istri
dan memohon “aku berjanji hanya akan membesarkan anak itu, anak itu tidak
berdosa. Akulah yang berdosa, tapi kumohon kau jangan menghukumku dengan pergi
dariku. Aku tidak bisa tanpa dirimu, aku sangat mencintaimu, istriku. Aku
mohon” sambil bersujud tuan besar terus menerus memohon pengampunan dari sang
istri bahkan ia sudah mulai meneteskan airmatanya.
Sang istri hanya terdiam menatap kosong
lurus kedepan mengacuhkan sang suami yang terus memohon pengampunan darinya.
Hatinya sudah sangat pedih tidak ada lagi yang dipikirkannya, pikirannya kini
sudah sepenuhnya kosong.
Menyadari sang istri tidak merespon tuan
besar lalu bangkit berdiri lalu memeluk tubuh istrinya sambil terus meminta
maaf, ia sepenuhnya menyesali kebodohannya.
“maafkan aku istriku. Maafkan aku. Aku
berjanji aku tidak akan pernah membuatmu menangis lagi. Kumohon berikan aku
kesempatan untuk memperbaiki kesalahanku, Hn? Ucap tuan besar pada istrinya
yang tampak diam saja tidak merespon samasekali. Ia hanya diam mematung dengan
tatapan kosong.
Keluar kamar, tuan besar bernapas lega
setelah sang istri kini sudah lebih tenang dan sedang tertidur dikamar mereka.
Tuan besar berniat turun kebawah menuju dapur hendak membuatkan makanan
kesukaan sang istri berharap dengan begitu bisa meredakan amarah sang istri.
Di dapur tuan besar tampak sudah memakai
celemek dan siap untuk memasak. John datang menghampiri tuannya dan menawarkan
diri untuk membantu sang majikan, namun ditolak
“tuan besar, biarkan saya membantu anda”
Kata John sambil membungkuk sopan
“kau pergi saja John aku bisa mengatasinya.
kau tau Nyonya sangat menyukai cookie buatanku bukan? Aku akan membuatkannya
sendiri dengan kedua tanganku. Kau tidak perlu ikut campur.” Kata tuan besar
tersenyum, ia senang akhirnya sang istri sudah mulai tenang tidak histeris
lagi. Ia hanya berharap bisa segera berbaikan kembali dan segera melupakan
masalah ini.
Tuan besar memang ahli membuat cookie hal
itu terbukti dengan cookie buatan tuan besar yang sekarang berada dinampan yang
dibawanya. Keahliannya memang tidak setara dengan pembuat kue profesional namun
begitu, Nyonya sangat menyukai cookie buatan tuan besar. Sejak lama tuan besar
sudah sering membuatkan cookie untuk sang istri. Perasaan tuan besar saat ini
sedang baik, ia tampak bersemangat membawa cemilan kesukaan serta minuman
kesukaan sang istri tercinta.
“istriku, lihatlah apa yang kubawa
untukmu.” Ujar tuan besar duduk ditepi ranjang sembari meletakkan nampan yang
ia bawa diatas meja nakas samping tempat tidur.
Nyonya tampak tidak bergeming. Matanya
terpejam rapat dan tubuhnya tertutupi selimut tebal. Tuan besar mencoba
membangunkan Nyonya dengan memanggilnya dengan lembut
“istriku, bangunlah dulu. Kau belum makan
apapun sejak tadi” kata tuan besar pada sang istri yang masih menutup kedua
matanya “lihat, aku secara khusus membuatkanmu cookie kesukaanmu. Kau pasti
sudah sangat lapar, bangunlah dulu untuk makan.”
Perkataan tuan besar samasekali tidak
mendapat respon apapun dari Nyonya Alexander yang masih betah menutup matanya.
“ada apa denganmu istriku, apa kau sakit”
gumam tuan besar yang tidak kunjung mendapatkan respon dari istrinya. Ia lalu
menempelkan punggung tangannya kekepala sang istri untuk mengecek suhu
tubuhnya. Kenapa kau dingin sekali, apa kau sakit? Bangunlah dulu aku akan
membantumu…” perkataan tuan besar terpotong tatkala matanya tidak sengaja
menangkap sebuah noda di Kasur yang membuatnya tertegun heran ‘noda apa itu?
Apa para pelayan sudah tidak berniat bekerja? Mengapa mereka membiarkan noda
itu ada dikasurku?!’ batinnya heran.
Perlahan tuan besar mendekat dan memeriksa
noda apakah itu. Betapa terkejutnya ia saat ia mendapati noda itu tampak
seperti sebercak darah segar. ‘darah?!’ sontak disibakkannya selimut yang
menutupi tubuh istrinya itu lalu ia terkejut bukan main saat melihat tubuh sang
istri sudah bersimbah darah.
“istriku, apa yang terjadi, kau….” Tuan besar
kaget bukan main melihat darah segar memenuhi tubuh sang istri. Sadar dari
keterkejutan yang sedang melanda dirinya tuan besar segera bergegas menuju
sebuah alat yang biasa ia gunakan untuk memanggil pelayan dari dalam kamar.
“John!!! Segera panggil dokter Leo kesini,
segera!” ujar tuan besar panik.
Tidak butuh waktu lama dokter Leo yang adalah
dokter khusus keluarga Alexander datang dan segera memeriksa tubuh Nyonya
Alexander yang sudah dingin. Tuan besar yang berdiri disamping memandang sang
istri dengan cemas ia berharap sang istri tidak terjadi apa-apa. Namun…
“maafkan saya tuan…tapi Nyonya sudah tiada”
tutur dokter Leo hati-hati
Tuan besar nampak shock. Perasaan marah
bercampur sedih membuncah didadanya.
“apa yang kau katakan!!! Kau adalah dokter
yang kubayar mahal Leo, kau harus menyembuhkan istriku!!!” amuk tuan besar
sembari mencengkram kerah sang dokter. Dokter Leo hanya menggelengkan kepalanya
pelan. Mustahil baginya untuk
membangkitkan orang yang sudah meninggal meski ia adalah dokter tehebat di dunia.
“harus! Kau harus menyembuhkan istriku. Ia tidak
boleh meninggalkan aku seorang diri. Aku tidak akan sanggup hidup tanpanya, aku
sangat mencintainya….maafkan aku istriku aku yang telah menyebabkan kau
menderita”racau tuan besar yang suaranya perlahan terdengar pelan bersamaan
dengan itu cengkraman tangannyapun ikut terlepas. Dipandangnya wajah sang istri
yang sudah pucat pasi air matanya tak lagi sanggup ia bendung, ia menangis
disamping mayat istrinya yang telah mengakhiri hidupnya dengan mengiris
pergelangan tangannya.
“aku yang telah membunuhmu istriku, aku
bersalah karena membuatmu menderita. Kau berhak untuk menghukum diriku tapi kau
malah pergi meninggalkan aku sendiri, kau sangat kejam sayang… tolong jangan
pergi. Bangunlah aku mohon padamu.” Tuan besar menangis menyalahkan dirinya
sendiri sembari menangkupkan kedua tangannya pada telapak tangan istrinya yang
telah tak bernyawa karena kehabisan darah. Dokter Leo dan juga John yang ada
disitu tidak sanggup berkata apa-apa keduanya hanya tertunduk sedih seperti
ikut merasakan perasaan kehilangan yang tengah dirasakan tuannya.
Penyesalan memang selalu datang terlambat. Tuan
besar tidak pernah menyangka jika sang istri akan bertindak sejauh ini. Hal yang
paling ditakutkan tuan besar selama ini ialah berpisah dari istri yang amat
disayanginya. Namun ia juga tidak boleh egois dengan menelantarkan anak dan
wanita itu, ia merasa harus bertanggung jawab atas mereka. Nuraninya tak kuasa
melihat anak yang juga adalah darah dagingnya itu hidup tanpa ayah dan wanita
yang tidak bersalah itu. Maka dari itu ia mengambil sebuah keputusan yang
akhirnya malah memperburuk situasinya. Kini hanya kepedihan dan luka mendalam
yang dirasakannya. Tidak hanya tuan besar yang kehilangan sang istri, namun
Smith muda pun tak kalah sedihnya dengan sang ayah. Smith yang notabene memang
lebih dekat dengan sang ibu, merasakan benar sakitnya ditinggal orang yang amat
ia sayangi. Mulai dari sinilah Smith tak suka bila berhubungan dengan wanita,
ia marah dengan wanita dan si anak yang sudah mengakibatkan ibunya menderita
dan memilih mengakhiri hidupnya. Baginya ia tidak pernah menganggap wanita itu
dan anak itu sebagai keluarganya. Smith membenci mereka yang telah membuatnya
kehilangan sang ibu.
BERSAMBUNG…
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 115 Episodes
Comments