Karena Kasih sudah diijinkan oleh tuan Smith untuk melakukan
aktivitasnya seperti biasa maka Kasih memutuskan untuk mengunjungi rumahnya. ia
ingin sekalian memastikan seluruh anggota keluarganya benar-benar dalam keadaan
baik-baik saja. Meski diijinkan untuk beraktivitas seperti biasa namun tetap
saja Kasih tidak bisa kemana-mana dengan leluasa ia harus selalu melapor ke
tuan Smith.
Dengan pikiran yang kacau Kasih berjalan pelan menuju arah rumahnya.
Pikirannya melayang memikirkan apa yang harus dikatakannya pada keluarganya
nanti. Karena tak memperhatikan jalanan didepannya Kasih hampir tertabrak
sebuah mobil. Mobil itu ternyata milik Rey, pemuda yang selama ini disukai secara diam-diam oleh Kasih. Kasih nampak
terkejut setelah hampir saja tertabrak ketika hendak menyebrang secara tak
hati-hati tadi.
“Kasih?” terdengar suara Rey yang sudah keluar dari mobil
untuk mengecek keadaan Kasih. Kasih
tersadar dari keterkejutan bercampur kegugupan yang sedang melanda dirinya.
Belum lagi ia sama sekali tak pernah berbicara dengan Rey. selama ini ia hanya
betah mengagumi sosok Rey dari kejauhan. Rey sudah berdiri dihadapan Kasih
sambil memandang Kasih dengan wajah khawatir. Tak mendapatkan respon dari Kasih
‘gadis ini pasti sangat terkejut.’
“apa kau tak apa-apa
Sih? Apa perlu ke rumah sakit?” tanya Rey dengan nada khawatir sambil memegang
kedua bahu Kasih.
Kasih lalu tersadar dari pikirannya yang melebur
“aku tak apa kak…Rey” ada suatu perasaan senang bercampur
sedih saat Kasih akhirnya bisa berbicara dan menyebut nama pemuda itu untuk
pertama kalinya. Namun segera ditepisnya perasaan itu ia lebih memfokuskan diri
untuk hanya memikirkan keluarganya saat ini.
Wajah Rey menampakkan ekspresi lega ketika Kasih mengatakan
bahwa ia baik-baik saja.
“syukurlah kau tak apa-apa Sih. Kau akan pergi kemana? Aku akan
mengantarkanmu. Ayo ikut aku.” Ajak Rey mengandeng lengan Kasih
“aku hanya ingin pulang Kak. Maafkan aku karena tidak
hati-hati.” Kata Kasih “aku bisa pulang sendiri kak, tidak perlu diantar.”
Kasih berusaha menolak tawaran Rey untuk mengantarnya pulang ia tak ingin Rey
mengetahui dimana rumah Kasih sekarang paska kebangkrutan ayahnya. Kasih yakin
Rey sudah tau mengenai kabar tentang keluarganya yang beredar. ‘berita sebesar
itu tak mungkin tersembunyi dari kota ini’ namun ia tetap merasa malu dan tak
percaya diri jika pertemuan pertama dengan pemuda yang ia sukai harus diawali
dengan melihat keadaannya saat ini.
“tak apa Sih. Aku akan mengantarmu sampai rumah.” kata Rey
agak bersikeras. Kasih tak kuasa menolak ia pun terpaksa ikut masuk kedalam
mobil Rey.
Di dalam mobil suasana terasa sedikit canggung. Terlebih
bagi Kasih yang sedari tadi menahan perasaannya. Ia senang walaupun hanya
sebentar ia ingin menikmati saat ini. ia tak pernah membayangkan saat ini akan
tiba juga dalam hidupnya. Jika bisa Kasih ingin agar waktu berhenti walau hanya
sebentar supaya ia bisa berlama-lama dengan Rey.
Sudah sejak SD Kasih terus memperhatikan dan menyukai Rey
diam-diam. Kasih tak berani mengatakan perasaannya karena saat SD Kasih terus
mengalami pembullyan bahkan pelecehan oleh teman-teman sekolahnya. Ia malu jika
sampai orang yang disukainyai mengetahui hal itu dan memilih untuk jadi
pengagum rahasia saja. Dikarenakan kondisi orangtua Kasih yang selalu saja
penuh dengan pertengkaran antara sang Ayah dan Ibu. Orangtua Kasih sering
sekali betengkar tentang banyak hal terlebih pernikahan orangtuanya terjadi
tanpa adanya restu dari Ibu Ayahnya yang notabene menentang keras pernikahan
sang Ayah dan Ibu, namun demikian orangtuanya memilih untuk tetap menikah walau
tanpa restu sekalipun. Alhasil rumah tangga mereka selalu ditempa masalah bahkan
nenek Kasih akhirnya mengusir mereka dan memutuskan hubungan dengan mereka. Hal
inilah yang mengakibatkan Kasih tumbuh menjadi seorang pribadi yang tertutup
ditambah pembullyan yang dialaminya selama berada di sekolah Kasih tak punya
teman ataupun orang yang dekat dengannya. Ia hanya punya orang tua dan
adik-adiknya. Ayahnya yang terusir berusaha dari bawah dengan modal kepercayaan
dan kerja keras Ayah Kasih akhirnya bisa sukses dan menjadi salah satu
pengusaha yang kaya dan terpandang di kota X.
“maafkan aku yang hampir menabrakmu tadi Sih, kau
benar-benar tak apa-apa kan?” tanya Rey memulai pembicaraan. Diliriknya Kasih
yang ada disamping kemudi. “apa sebaiknya kita ke rumah sakit saja?”
“tidak perlu…sungguh tidak perlu ke rumah sakit kak, aku
sungguh baik-baik saja kok. Kakak tidak usah khawatir begitu.” Kasih menolak
halus
“benarkah? Benar tak perlu ke rumah sakit?”
“iya. Kakak tak perlu khawatir aku tak apa. sungguh.” Kata
Kasih berusaha menyakinkan Rey.
“baiklah. kita tak akan ke rumah sakit tapi kau harus
memberikanku nomer ponselmu Ok?”
Kasih sedikit terkejut mendengar permintaan Rey yang
tiba-tiba meminta nomer ponselnya. ‘harusnya aku senang akhirnya hari dimana
aku punya kesempatan agar bisa dekat dengan Rey akhirnya datang. Tapi aku saat
ini sudah bukan Kasih yang dulu. Aku bahkan sudah kehilangan mahkotaku, aku tak
pantas bahkan hanya untuk bergandengan dengannya. Aku harus tau diri, tidak
boleh menaruh angan-angan yang hanya akan menyakitiku nantinya…’
“bagaimana? Apakah boleh?” tanya Rey lagi karena Kasih hanya
diam tak merespon pertanyaannya barusan.” Aku hanya ingin benar-benar
memastikan kau tak apa-apa. itu saja” imbuh Rey sembari menyunggingkan senyum
manisnya pada Kasih. Kasih salah tingkah dibuatnya. ‘jangan tersenyum begitu
dong aku kan jadi susah melepasmu kak.’ Keduanya pun bertukar nomer ponsel
masing-masing.
Mobil berhenti tepat di depan rumah Kasih.
“terima kasih sudah mengantarku kak” ucap Kasih tersenyum
“iya” ucap Rey“aku akan menghubungimu nanti.kau harus janji
untuk menjawab telpon dariku. Ok?” Kata Rey sebelum Kasih hendak turun dari
mobil
“baik” kata Kasih lalu melangkah turun dari mobil. Mobil melaju
dengan diiringi lambaian tangan Kasih.
Kasih lalu masuk kedalam rumahnya. Di dalam tampak ada
ibunya sedang menyiapkan sarapan. Kedua adiknya juga tampak duduk menikmati
sarapannya.
“Kasih!” seru Ibu ketika melihat yang membuka pintu rumah
ternyata adalah putri tertuanya yang tidak pulang berhari-hari. “kamu kemana
aja nak, Ibu khawatir” tanya ibu khawatir
Kasih lalu mengambil bangku lalu ikut duduk hendak sarapan
bersama.
“maafkan Kasih bu. Kasih bekerja” kata Kasih “tempat kerja
Kasih lumayan jauh jadi Kasih memutuskan untuk menginap.” Kasih terpaksa
berbohong ia tak ingin keluarganya khawatir. Jika keluarganya mengetahui Kasih
mengalami penculikan bahkan dirinya sudah diperkosa oleh orang yang entah siapa,
Kasih tak berani membayangkan bagaimana reaksi sang Ibu.Kasih adalah putri
tertua, ia punya tanggung jawab yang besar terlebih dengan kondisi mereka yang
sekarang. Kasih tak mau membebani keluarganya dengan apa yang terjadi pada
dirinya. Ia lebih memilih untuk menanggungnya sendiri.
Sang ibu yang
mempercayai putrinya tak berniat bertanya lebih jauh. Ia yakin dan sangat
mempercayai putrinya Kasih karena selama ini Kasih memang tak pernah berbuat
yang macam-macam. Kasih adalah tipikal anak yang penurut Kasih juga tak punya
teman lain selain Karina.
“baiklah. lain kali beri kabar pada Ibu supaya ibu tak perlu
khawatir, Ok?” kata ibu sembari memberi piring berisi makanan pada Kasih. “makanlah”
Dalam hati Kasih bersyukur ibunya tak betanya lebih jauh
padanya karena Kasih sudah tak sanggup lebih lama berbohong didepan sang ibu.
“baik bu. Terima kasih”kata Kasih menyambut makanan yang
diberikan sang ibu.
Setelah selesai sarapan Kasih hendak bersiap untuk menjenguk
sang Ayah dirumah sakit. Hari ini adalah hari minggu. Kesempatan bagi Kasih
untuk mencari tau kejadian yang menimpa dirinya.
Kasih POV
“Ayah sudah sadar Sih.” Kata Ibu saat ia dan sang ibu sedang
membersihkan meja makan setelah mereka sarapan pagi. Raut wajah kebahagiaan
tersirat diwajah Kasih namun ia menjadi bingung kenapa sang ibu tampak bersedih
dengan kabar sang Ayah yang sudah siuman.’ Ayah..terima kasih Tuhan’ Kasih
sangat bersyukur.
“syukurlah Bu. Kasih sangat senang mendengarnya.” Kata Kasih
senang “lalu kapan Ayah boleh pulang ke rumah Bu?”
Dengan raut wajah sedih ibu menghela nafas mempersiapkan
hatinya untuk menjelaskan pada sang anak
“entahlah Sih” kata Ibu lesu. Kasih tampak bingung dengan
perkataan ibunya. “kata dokter Ayahmu sudah bisa pulang. Hanya…” imbuh Ibu
“Hanya apa Bu?” potong Kasih tak sabar
Menghela nafas ibu lalu berkata “kita tak punya uang untuk
membayar biaya rumah sakit Sih, Ayahmu sudah begitu lama dirumah sakit jumlah
tagihannya tak sedikit.”
Kasih terdiam ia tampak berpikir. “Ibu tenang saja ya…”kata
Kasih menenangkan sang Ibu,”biar nanti Kasih yang memikirkan soal biaya”
“maafkan Ibu dan Ayah sih. Semua karena Ibu dan Ayah yang
tak pernah mendengarkan saran darimu. Kami terlalu bodoh sampai mudah diperalat
orang keji seperti tuan Darma” Ibu memeluk Kasih dan mulai menangis
“tidak apa-apa bu. Kasih tak menyalahkan Ibu atau Ayah. Ini
semua salah tuan Darma. ia yang mengakibatkan usaha Ayah sampai bangkrut.”
Kasih dan sang Ibu berpelukan berusaha saling menguatkan.
Kasih POV END
“Nona Kasih, Ayah anda sudah boleh pulang. “ kata sang
dokter di dalam ruangannya dirumah sakit tempat Ayah Kasih dirawat. Kasih tentu
senang dengan kabar mengembirakan ini namun disisi lain ia juga bingung
bagaimana caranya melunasi tagihan rumah sakit.
“maafkan saya dok, apa bisa… emmm..?” Kasih agak ragu
mengatakannya
“nona Kasih?” panggil sang dokter sambil melambaikan
tangannya diwajah Kasih yang tampak melamun.
“ah? Iya dokter? Ada apa?”
“apa anda menyimak apa yang saya bicarakan barusan Nona?”
“tentang apa dok?”
“Ayah anda sudah boleh pulang” kata sang Dokter
Kasih hanya terdiam tak tau harus senang atau sedih ia masih
bingung memikirkan bagaimana melunasi tagihan rumah sakit sang Ayah. ‘aku baru
mulai bekerja dari mana aku mendapatkan uang’. Menyadari lawan bicaranya tampak
bingung sang dokter lalu mengeluarkan sebuah kertas dan menyerahkannya pada
Kasih. Dengan lemas Kasih menerima kertas itu dan membacanya. Ia terfokus pada
jumlah tagihan yang tertera pada kertas itu. ‘gawat! Tagihannya begitu banyak
bagaimana aku akan membayar…’ lalu mata
Kasih tertuju pada sebuah cap LUNAS yang membuat dahinya mengernyit.
“dok, tagihan ini apa benar milik Ayah saya?” tanya Kasih
bingung
“tentu saja, anda bisa melihat nama yang tertera disitu”
ucap sang dokter lalu menunjukkan nama ayah Kasih pada lembar kertas yang
dipegang Kasih.
“ini benar milik ayah saya dok, namanaya tertera pada lembar
kertas ini, tapi siapa yang melunasi tagihannya? Saya kan belum membayar
dok.”tanya Kasih tak mengerti ‘siapa kah dermawan yang begitu baik hati
menolongku’
“saya tidak tau nona. Anda bisa menanyakan hal itu pada
bagian resepsionis.” kata Dokter itu kemudian.
“baik dok, terima kasih. Saya permisi” Kasih lalu keluar
dari ruangan itu dan bergegas ke tempat resepsionis untuk menanyakan siapa
kiranya yang sudah menjadi malaikat penolongnya. Sepeninggal Kasih dari ruangan
sang Dokter tampak menelpon seseorang
“tuan, saya sudah melaksanakan tugas saya.” Ujar sang Dokter
di telpon
Kasih yang sangat penasaran segera menghampiri resepsionis
untuk mencaritahu. Akan tetapi setelah menanyakan pada resepsionispun Kasih tak
mendapat jawaban siapa yang sudah menolongnya membayar tagihan rumah sakit.
Tring! Tring!
Ponsel Kasih berdering dilayar menampilkan nama Karina.
Kasih mengangkat panggilan itu dan meletakkan ponselnya ditelinganya.
“KASIH!!!!” seru suara diseberang telpon yang adalah
sahabatnya Karina. Kasih mengusap telinganya yang berdenging dikarenakan
teriakan Karina.
“astaaga, bisa tidak pelankan sedikit suaramu, Aku belum
tuli bodoh!” umpat Kasih kesal dengan kelakuan sahabatnya itu.
“ah! maafkan aku.” Kata Karina “kau ada dimana selama
beberapa hari ini Sih? aku mencarimu kemana- mana ibumu bahkan tak tau kau
kemana. Kau tak tau betapa cemasnya aku. Aku bahkan menelpon polisi dan
menyuruh membuat selebaran untuk mencarimu” ucap Karina heboh
“dasar bodoh. Kau membuat kehebohan dimana-mana” ucap Kasih
berlagak kesal.
“mau bagaimana lagi aku kan panik kau tiba-tiba menghilang”
Ucap Karina berlagak sedih “kau dimana sekarang?”
“aku baik-baik saja. aku sedang di rumah sakit menjemput
Ayahku.”
“oh iya syukurlah tuan Avisha sudah bisa pulang” kata Karina
senang “kau tunggu disitu saja aku akan datang menjemputmu jangan kemana-mana.”
Putus Karina lalu memutuskan sambungan telvon dengan cepat. ‘aneh. Aku sudah
menyuruh polisi dan anak buah Ayah untuk mencarinya kemana-mana tapi ia seperti
bersembunyi di alam lain. Kemana sih sebenarnya ia pergi? Dasar anak itu’
Karina merasa sangat aneh karena ia sudah susah payah menyuruh polisi bahkan
membujuk sang Ayah untuk membantunya mencari keberadaan Kasih yang tiba-tiba
menghilang, tapi tak satupun yang mengetahui keberadaannya. Meski Karina tidak
sekaya keluarga Avisha namun ia masih termasuk salah satu keluarga terpandang
dan kaya tentu saja untuk menyewa orang mencari keberadaan Kasih bukanlah hal
yang sulit. Namun kali ini ia sama sekali tak bisa menemukan keberadaan Kasih.
“dasar anak ini aku belum selesai bicara…”kata Kasih
mendumel.
Diruang rumah sakit yang berisi beberapa orang lain yang
juga dirawat diruangan itu, Kasih tampak sedang membereskan barang-barang sang
Ayah. Kasih sangat lega Ayahnya sudah bisa pulang karena tagihan rumah sakit
sudah dibayar. Meski Kasih masih belum mengetahui siapa orang yang sudah menolongnya
membayar semua tagihan itu Kasih hanya bisa bersyukur dan berjanji dalam hatinya nanti ia akan mengucapkan
terima kasih pada malaikat penolongnya itu. ‘apa mungkin Karina yang telah menolongku?’
Kasih bertanya-tanya dalam hatinya’ aku akan menanyakannya dan berterima kasih
padanya jika nanti bertemu dengannya’. Kasih tersenyum senang ada perasaan lega
meyeruak dalam dadanya setidaknya ia bisa merasa senang saat ini Ayah sudah
bisa pulang dan urusan biaya juga sudah beres.
“Kasih…” suara panggilan ayah membuat Kasih menghentikan
aktivitasnya memasukkan barang-barang sang Ayah ke dalam tas. Kasih segera
menghampiri sang Ayah yang baru saja terbangun dari tidurnya.
“ayah sudah bangun…” ucap Kasih sembari membantu sang Ayah
untuk duduk bersandar diranjang. “apa ayah butuh sesuatu? Perlu Kasih ambilkan?”
tanyanya perhatian
“ah tolong ambilkan Ayah segelas air.” Kata sang Ayah
Kasih lalu mengambilkan air untuk sang Ayah.’
”terima kasih sayang”
Kasih memperlihatkan senyum manisnya pada sang Ayah “minum
pelan-pelan yah.”
“iya.” Ucap sang Ayah meminum air yang diberikan Kasih. Setelah
minum sang Ayah lalu segera menggenggam tangan putrinya. Kasih. “maafkan Ayah
nak. Jika bukan karena kebodohan Ayah, semua ini tidak akan terjadi…” Ayah
Kasih terisak.
“apa yang Ayah bicarakan. Ini bukan salah Ayah. Jangan menyalahkan
diri Ayah. Tidak ada yang perlu dipersalahkan semua sudah terjadi yang penting
Ayah sudah sehat dan bisa kembali pada kami Kasih sudah sangat bersyukur”.Kasih
memeluk sang Ayah sambil ikut menangis. Hati Kasih terasa sangat perih melihata
ayahnya yang biasanya terlihat kuat kini terlihat begitu menyedihkan. Tubuhnya tampak
lebih kurus dan lemah sangat berbeda dengan sang Ayah yang selalu dilihat Kasih
selama ini. Ayah nya adalah seorang yang walaupun bertampang garang namun
hatinya sangat lembut begitu suka menolong orang lain tanpa pamrih. Ayah yang
sangat memanjakan anak-anaknya. Sang ayah memang hampir tiap kali bertengkar
dengan sang ibu namun tak pernah sekalipun ia memarahi anaknya atau orang lain.
Sang Ayah dimata Kasih adalah sosok pria lembut dan pekerja keras. Terbukti sang
Ayah yang hanya bermodalkan kerja keras dan tekad yang kuat mampu membangun
usaha toko pakaian yang berkembang sangat pesat walaupun tanpa dukungan dari
keluarga besar Avisha.
“ayo kita pulang temui ibu dan adik-adik di rumah Yah..
mereka semua sudah menunggu Ayah.”kata Kasih kepada Ayahnya yang masih
menangis.
“Ayah tidak bisa pulang Sih. tagihan rumah sakit belum
dilunasi..”
“Ayah tenang saja, ada orang baik hati yang menolong kita”
“siapa Sih?”tanya Ayah penasaran
“aku juga tidak tau Yah, aku sudah berusaha mencari tau tapi
tidak ada yang tau siapa yang sudah membantu kita” ucap Kasih menjelaskan
Tok! Tok!
Terdengar suara pintu diketuk. Tampak Karina muncul dibalik
pintu, Kasih dan Ayahnya melihat Karina yang masuk keruangan.
“hai paman saya Karina teman Kasih” ujar Karina
memperkenalkan dirinya pada Ayah Kasih
“Ayah, ini teman Kasih yang membantu kita memberikan rumah
untuk kita tinggali dia banyak berjasa menolong Kasih selama ini Yah..” Kasih
memperkenalkan Karina pada Ayahnya.
“terima kasih Nak Karina atas bantuannya… paman tidak tau
kapan baru bisa membalas kebaikan nak Karina..” ujar Ayah Kasih pada Karina
“paman jangan sungkan pada Karina. Kasih dan Karina sudah
seperti saudara..” saat mengucapkan kata saudara tampak air muka tuan Avisha
berubah sedih. Ia teringat tuan Darma yang sudah dianggapnya seperti saudara
kandungnya namun begitu tega menghancurkan hidupnya. “…kandung” Karina yang
menyadari perubahan wajah tuan Avisha merasa bersalah “maafkan Karina kalau
Karina salah bicara..”
“tidak apa-apa Nak… paman tidak apa-apa hanya sedikit
mengingat…”ujar tuan Avisha yang langsung dipotong Kasih
“ayo kita pulang saja dulu, ibu pasti sudah menunggu kita
dirumah Yah”
“ah!” tuan Avisha tersadar “kau benar Nak. Ayo kita pulang
temui Ibumu dan adik-adikmu”
Setelah memasukkan semua barang kebagasi, mobilpun melaju
meninggalkan area rumah sakit menuju rumah Kasih. Sesampainya di rumah mereka
disambut Ibu Kasih dan kedua adik Kasih yang sudah menunggu kedatangan mereka
di depan pintu setelah sesaat menerima pesan singkat dari Kasih yang mengatakan
mereka akan segera sampai di rumah.
“sayang..!!” seru Ibu
Kasih lari menghampiri tuan Avisha dan memeluknya sambil terisak “tega sekali
kau padaku, kau tidur begitu lama apa kau pikir aku tidak kesepian,,? Aku.. aku
begitu takut dan sedih kau tidak kunjung sadar..siapa yang akan menemaniku
bertengkar jika kau tak ada…” suara Ibu bergetar disela tangisannya. Ayah
membalas pelukan Ibu sembari menepuk pelan punggung Ibu menenangkan Ibu dari
tangisannya. Akhirnya setelah sekian lama akhirnya Kasih bisa melihat Ayah dan
Ibunya harmonis seperti saat ini. ‘sepertinya ada hikmahnya juga jadi orang
miskin ya…’
“sudah…sudah...jangan menangis lagi aku sudah kembali, lihat
kan aku sudah ada disini. Aku akan menemanimu bertengkar sampai kau puas… hm..?
kata Ayah menatap Ibu yang masih terisak.
“kau ini benar-benar..” ibu memukul dada Ayah pelan lalu kedua
adik Kasih datang menghambur kedalam pelukan Ayahnya. Karina dan Kasih yang
menyaksikan kehangatan ini hanya tersenyum bahagia. Mereka semua tertawa
bahagia dan masuk kedalam rumah. Saat hendak ikut masuk ke dalam rumah langkah
kaki Kasih terhenti saat sebuah masuk ke ponselnya yang membuat raut wajah
Kasih berubah tegang seketika.
BERSAMBUNG….
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 115 Episodes
Comments
Yolanda Tahalea
paling jg yg bayarin si smit gila
2021-04-09
1