Tring! Triiiing…!!!!
Dering Hp Kasih menyela lelapnya tidurnya. Ia hanya
menggeliat sembari tangannnya meraba-raba mencari dimana letak Hpnya berada. Tumben
gak ada yang membangunkan dirinya begitu pikirnya. “kemana Ayah?"Kasih
berpikir dimana sang Ayah yang biasanya akan menyempatkan diri membangunkannya
ketika dirinya terlambat bangun pagi. setelah menemukan Hpnya ia lalu
mengangkat panggilan yang ternyata dari sahabatnya, Karina.
“Halo?”
“woiiii…!!!” seru Karina dari seberang telvon “jangan bilang
kau belum bangun yaaa…!!! Buka pintu rumahmu aku di depan”
Kasih yang masih mengantuk dan merasakan badannya yang letih
hendak berkata dimana para pelayan kenapa buka pintu gerbang saja harus
menunggu aku yang bukakan? Namun belum keluar kata-kata itu Kasih sontak
tersadar dengan ruangan kamarnya yang sangat kontras. 'Wait! Dimana ini? Kenapa kamarku
jadi seperti ini? Seru kasih dalam hati ia nampak bingung. Tunggu, semalam…. Astaga
jadi semua itu bukan mimpi?' Kasih mencelos. Ia akhirnya sadar akan keadaannya yang ia kira hanya mimpi, tentang Ayah yang jatuh sakit serta semua milik
keluarganya yang disita. Kasih lalu bangkit dari tempat tidurnya dan berjalan menuju depan rumahnya untuk membukakan pintu untuk Karina.
“baru bangun kau rupanya... ” kata Karina dari jendela mobil “cepetlah mandi, kita berangkat bersama.” Karina lalu turun dari mobil dan
mengikuti Kasih masuk kedalam rumah.
“aku mau mandi dulu kau tunggu aku disini” kata Kasih
sambil berlalu ke kamar hendak bersiap-siap ke sekolah.
Karina lalu duduk di kursi dan menunggu Kasih. Tak lama muncul
Ibu Kasih membawa beberapa sarapan dan disusul Adik-adik Kasih yang sudah siap
dengan seragam sekolahnya masing-masing. Ibu Kasih memang seorang Ibu yang baik
walaupun ia seorang nyonya dari seorang tuan Avisha yang kaya raya, ia tetap
mengurus keluarganya dengan baik. Ia tak akan melepaskan tanggungjawabnya
sepenuhnya pada para pelayan. Ia tetap mengawasi para pelayan yang bekerja dikediaman mereka.
“kami berangkat duluan yah Bu,” kata Alysa yang lebih tua
dari Jenny. “kak Rin kami berangkat dulu ya” mereka sudah selesai sarapan dan
tak berniat menunggu sang kakak yang pasti akan membuat mereka terlambat jika
masih harus menunggunya. Kali ini mereka harus pergi menggunakan bus sekolah jadi tak boleh sampai telat.
Karina tersenyum menanggapi.
“hati-hati dijalan Nak” kata Ibu mengingatkan
“baik Bu” keduanyapun berangkat kesekolah
“Rin mau ikut sarapan?” tawar Ibu Kasih
Karina tersenyum “boleh tante”
Beberapa saat berlalu Kasih keluar dari kamar dengan
seragamnya. Rambutnya yang sebahu dibiarkan terurai. Wajahnya tak menggunakan make
up sama sekali. Kasih berjalan mendekati meja makan. Menghampiri Karina yang
sedang makan. Lalu ia ikut menikmati sarapannya. Sarapan sederhana nasi goreng buatan
sang Ibu.
“hmmm,,, sudah lama yaaa…” ujar Kasih menghirup aroma
dari nasi goreng lezat buatan sang ibu. Ibu dan Karina nampak bingung sampai
Kasih lalu melanjutkan kalimatnya “sudah lama sekali aku tak mencicipi masakan
ibu. “ selama ini memang sang ibu sudah tak pernah turun langsung memasak di
dapur, ia hanya mengawasi saja para koki rumah yang memasak untuk mereka. Ibu
tersenyum menanggapi perkataan putrinya. Kasih lalu menghabiskan semua
makanannya lalu berangkat bersama Karina ke sekolah.
Berita mengenai keluarga Avisha yang bangkrut pastinya
sudah tersebar keman-mana. Bahkan seluruh orang di kota X pasti mengetahui
kabar ini. Murid-murid nampak membicarakan Kasih saat Kasih dan Karina berjalan
menyusuri lorong sekolah menuju ke kelas mereka. Kasih mendengar semua yang
mereka katakan mengenai keluarganya ia hanya diam mengacuhkan semua yang
terlontar tentang dirinya atau apapun itu. Ia seakan buta dan tuli. Karena ia
sudah mengeraskan hatinya sejak mengetahui penghianatan Tuan Darma. ia berjanji
pada dirinya sendiri bahwa ia hanya akan mempedulikan keluarganya dan
sahabatnya saja tidak dengan yang lainnya. Biar saja orang-orang ingin bergosip
apa aku kan tak punya hak untuk mengontrol mulut dan perkataan mereka. jadi aku
hanya akan mengacuhkan mereka saja dan hidup dengan baik. kasih sudah
memutuskan untuk bertahan demi keluarga dan orang yang ia sayangi. Ia tak akan
peduli pada yang lain. Ia juga memutuskan untuk mundur dari kegiatan organisasi
sekolah dan berbagai pelajaran tambahan, ia hendak menggunakan waktunya untuk
bekerja paruh waktu. Ia harus membantu sang Ibu untuk membayar biaya rumah
sakit.
“kamu sungguh akan menghentikan semuanya Sih? Tanya Karina
seolah tak percaya.
“ia” jawab Kasih santai.
“kau tak perlu sampai seperti itu Sih, aku kan membantumu…”
“aku tak ingin terus bergantung padamu Rin”potong Kasih “aku
akan berusaha juga” sambungnya yakin
Karina hanya pasrah dengan keputusan yang dibuat sahabatnya
itu.
“aku akan mulai mencari pekerjaan mulai sekarang” Kata Kasih “ dan jangan coba menawariku untuk bekerja pada Ayahmu, aku tak mau” potong Kasih sebelum Karina menyela menawarinya bantuan. Kasih lalu menggenggam
jemari Karina “ijinkan aku untuk berbakti pada Ayah dan seluruh keluargaku Rin, aku harus kuat mulai dari sekarang”
“baiklah, baiklah. Kau menang. Tapi... kemana kau akan
mencari pekerjaan?”
Kasih berpikir sejenak. Kemana orang-orang pergi mencari pekerjaan yaa?
“begini saja aku akan ikut membantumu menemukan pekerjaan untukmu.jika perlu aku akan menemanimu bekerja” kata Karina dengan nada santai sembari memakan keripik kegemarannya.
Kasih menatap tak percaya pada Karina. Masa ia sahabatnya ini segitunya ingin membantunya.
“aku serius Sih. Aku akan merasa bosan jika kau berangkat
bekerja. Aku tak mau kesepian” kata Karina menjelaskan maksudnya ingin ikut Kasih bekerja
“tak perlu Rin. Terima kasih.”Kasih menolak niat Karina itu karena tak ingin menyusahkan sahabatnya. “kau temani saja aku mencari pekerjaan selebihnya biar aku yang urus.” Putus Kasih tegas
Setelah pulang sekolah Kasih dan Karina sudah saling berjanji untuk mencari pekerjaan bersama-sama. Disinilah mereka berkeliling kota hanya untuk mencari sebuah pekerjaan untuk Kasih. Namun sedari tadi tak satupun yang mau menerima Kasih untuk bekerja ditempatnya mengingat Kasih masih berstatus seorang pelajar. Karina dan Kasih sudah kelelahan. Mereka berjalan lesu sambil saling merangkul mencoba menopang berat tubuh satu sama lain.
“aku benar-benar lelah Sih.”
“aku juga”timpal Kasih mengiyakan. “kenapa sih mereka tak ada yang meberiku kesempatan? Menyebalkan!”
Sudah berjam-jam berkeliling sambil berjalan kaki entah
sudah berapa tempat yang mereka berdua datangi namun tak ada satupun yang memberi kesempatan. Kasih dan Karina sudah hendak menyerah untuk hari ini dan ingin melanjutkan besok saja. Saat hendak bersiap-siap untuk pulang, mata Kasih
tetuju pada sebuah selebaran yang bertuliskan membutuhkan pekerja. Wajah Kasih berubah sumringah. Diambilnya selebaran yang tertempel di sebuah tembok itu dan membacanya. Karina juga ikut mengintip selebaran. Mereka berdua saling pandang.Akhirnya
setelah berjalan cukup jauh keduanya telah sampai dialamat yang tertera diselebaran. Tampaklah sebuah gedung yang ternyata sebuah Bar ternama didepan dua gadis yang menatap ngeri tempat itu. Di pintu masuk tampak dijaga dua orang
pria berbadan kekar berwajah sangar. Kedua gadis itu merinding ngeri. Dengan ragu-ragu
mereka akhirnya masuk ke gedung itu.
“mana
KTP kalian” tanya pria berbadan kekar itu pada Kasih dan Karina ketika mereka hendak masuk. Pria itu hendak mengecek umur mereka apakah mereka masih dibawah
umur atau tidak. Kasih lalu menunjukkan selebaran yang baru saja ditemukannnya
“kami ingin datang melamar pekerjaan Pak” kata Kasih agak takut
Kedua pria itu
berpandangan dan berpikir
“siapa
yang akan berkerja?”
“sa..sayaa pak! ” kata Kasih gugup matanya tak berani meamandang kedua pria yang menatapnya intens.
Kedua pria itu lalu membawa kedua gadis itu masuk untuk bertemu Bos bar.
“astaga.. akhirnya keluar juga.” Kata Kasih saat ia baru saja keluar dari Bar setelah ia bertemu dengan Bos bar dan diterima berkerja di tempat itu.
“apa kau benar-benar akan bekerja disini Sih? Aku tak yakin disini aman” kata Karina merinding ia menatap sekeliling ada banyak pria dan wanita yang masuk keluar dari Bar itu.
“aku tak apa Rin” ucap Kasih menenangkan “ hanya ini kesempatan buatku. Lagipula aku
hanya bertugas mengantarkan minuman saja tidak untuk hal yang aneh-aneh”
“baiklah
jika kau berkata begitu, beritahu aku bila terjadi sesuatu padamu Sih. Aku akan datang menolongmu.” Ucap Karina
“iya, aku tahu itu. Dasar cerewet.” Kata Kasih sembari mencubit pelan hidung Karina. Karina pura-pura kesakitan dan membalas Kasih. Hari itu akhirnya perjuangan keduanya
membuahkan hasil meskipun tak seperti yang dibayangkan Kasih bahkan ia tak pernah berpikir akan mulai berkerja di tempat ini. Ia tak punya pilihan sekarang, prioritas utamanya adalah mengumpulkan uang sebanyak-banyaknya untuk
membayar biaya rumah sakit sang Ayah yang masih koma.
BERSAMBUNG…
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 115 Episodes
Comments
Anik New
lanjott
2021-03-08
1