Jihan pergi begitu tergesa-gesa keluar dari ruangan tersebut, tanpa berfikir akan malu di depan Kanaya dan Damar, yang ada di pikirannya saat itu untuk segera pergi dari sana.
“Mengapa rasanya sakit sekali tuhan, begitu sangat menyiksa ku begini,” Katanya sambil menangis.
“Perasaan apa ini!! mengapa aku terlihat terluka begini ada apa dengan diriku sebenarnya, tidak Jihan kamu tidak boleh berfikir untuk ada rasa dengan abang iparmu sendiri,” Batinnya berbicara.
Teringat saat beberapa jam lalu, Kanaya menghubungi Jihan untuk bertemu.
Flashback On
“Halo assalamualaikum Jihan,” Kata Kanaya memulai percakapan
“Iya waalaikumsallam kak,” Jawab Jihan.
“Jihan hari ini kemana dek, sibuk tidak?” Tanya Kanaya.
“Tidak kemana-mana kak, kalau boleh tau kenapa ya kak” Jawabnya.
“Ada yang ingin kakak bicara kan pada Jihan” Kata Kanaya.
“Oo begitu, mau bicara apa kak?” Tanya Jihan lagi.
“Kurang jelas nantinya kalau berbicara lewat telpon begini, kakak rasa kurang nyaman nantinya, kakak juga yakin kamu juga tidak akan paham nantinya,” Jelas Kanaya.
“Ya sudah kak, kita bicara di rumah Jihan saja bagaimana” Usul Jihan.
“Em,, tidak usah dek kita bicara di luar saja bagaimana, sekalian kamu temani kakak shoping ya,” Ajak Kanaya.
“Boleh kak, kalau begitu Jihan siap siap dulu ya” Ucap Jihan.
“Iya dek kalau sudah bersiap langsung ke tempatnya ya, nanti kakak shere tempat di mana kita berjumpa,” Kata Kanaya.
“Oke kak,” Jawab Jihan mengiyakan.
“Yasudah kakak tutup dulu telponya,” Ucap Kanaya.
Sambungan telpon itu pun terputus,,,
Jihan pun mulai sibuk bersiap-siap, untuk berjumpa dengan Kanaya.
Setelah Jihan menempuh beberapa menit perjalanan untuk berjumpa dengan Kanaya, akhirnya sampai juga.
Tak berapa lama, Jihan dan Kanaya pun berjumpa di salah satu kafe pilihan Kanaya.
“Maaf menunggu lama ya kak,” Kata Jihan merasa tidak enak.
“Tidak masalah Jihan, kakak juga baru 5 menit tadi datang, yasudah kamu pesan makan minum dulu,” Jawab Kanaya menawarkan.
“Jihan baru makan kak, Jihan minum saja” Katanya lagi.
“Oo begitu, yasudah kakak makan dulu baru kita berbicara ya,” Ujarnya.
“Iya kak,” Jawab Jihan.
Setelah beberapa saat kanaya selesai makan, mereka pun melanjutkan pembicaraan yang sempat tertunda tadi.
“Begini Jihan kamu pasti sudah tau maksud kakak untuk berbicara pada kamu,” Kata Kanaya memulai pembicaraan serius.
“Maksudnya Jihan tidak mengerti kak?” Tanyanya bingung.
“Kakak meminta kamu untuk pikirkan baik-baik, sebelum abang kamu tidak bersedia lagi menolong kamu untuk bisa berkuliah di sana dek, kamu tidak memikirkan bibi. Kakak tau seharusnya tidak perlu terlalu ikut campur, tapi kakak ingin kamu kuliah. Sebagai kakak tidak mungkin membiarkannya kamu begitu saja, selagi kakak bisa membantu pasti kakak bantu” Jelas kanaya.
“Kak Jihan mohon, bukannya pembicaraan ini sudah selesai dan kakak menyetujuinya,” Jawab Jihan.
“Awalnya begitu, tapi saat kakak melihat kesungguhan ibu kamu berjumpa dan berbicara masalah ini, kakak sanggat tak sanggup melihatnya,” Kata Kanaya membuat Jihan terkejut.
“Ibu menemui kakak, kapan?” Tanya Jihan
“Iya bibi menemui kakak saat besoknya kamu menelpon, kamu tega Jihan melihat ibu kamu susah payah untuk kamu, tapi kamu malah main-main seperti ini” Ujar Kanaya terlihat marah.
“Bukan maksud Jihan begitu kak,” Katanya lagi.
“Jadi maksud kamu apa, bukannya kamu sendiri yang mengiyakan pada saat itu, ibu kamu juga setuju tidak ada yang dirugikan Jihan, kamu juga akan jadi tanggung jawab kakak sepenuhnya termasuk masalah ekonomi, lagian apa salahnya kamu tinggal di rumah kakak,” Ucap Kanaya panjang lebar.
“Iya kak Jihan mengerti, tapi untuk meninggalkan ibu sendiri di rumah ada rasa khawatir bila Jihan tidak bersama ibu,” Kata Jihan membela diri.
“Iya kakak paham itu, tapi kamu juga bisa bertemu ibu kamu kapan saja, lagian setiap sabtu dan minggu kamu boleh pulang kok tidak ada melarang,” Jawab Kanaya menjelaskan.
“Tapi kak,,-” Kata Jihan.
“Coba kamu fikirkan ibu kamu Jihan, coba untuk jangan memikirkan diri kamu sendiri. Tapi liat ibu kamu, dengan permasalah begini lalu mengurus kamu dan adik kamu begitu banyak, kamu tidak ingin meringankan tanggung jawab ibumu,” Ucap Kanaya.
“Baiklah kak tapi Jihan minta pada kakak, bila Jihan tinggal di rumah kakak nanti, maka Jihan boleh mengunjungi ibu kapan pun, dan dimana pun tanpa di larang ya,” Kata Jihan.
“Iya itu tidak ada masalah sama sekali, tapi kakak mohon sama kamu kita harus berjumpa dengan abang kamu sekarang,” Ujarnya pada Jihan.
“Untuk apa kak?” Tanya Jihan
“Untuk menjelaskan keadaan yang sebenarnya” Ucap Kanaya
“Jihan semakin tidak mengerti kak,” Kata Jihan bingung.
“Begini dek, kemarin kakak terlanjur bilang sama bang Damar bahwa kamu tidak jadi untuk di bantu perkuliahannya, dan bang Damar tidak ada komentar. Malah dia bilang tidak masalah juga kamu tidak jadi berkuliah di sana, ini yang kakak ingin jelaskan, maka dari itu kamu bantu kakak jelaskan ya,” Ucap Kanaya memohon.
“Apa tidak bisa kakak saja yang menjelaskan, pasti abang juga akan mengerti,” Kata Jihan mencari alasan.
“Ayolah Jihan, kakak mau kamu juga ikut untuk meyakinkan mas Damar,” Ucapnya lagi.
“Baiklah kak,” Kata Jihan mengalah, walau dalam hati dia sangat tidak ingin berjumpa dengan Damar, tapi bila kakaknya yang meminta dia bisa apa.
Setelah Jihan mengiyakan, mereka pun datang ke kantor Damar untuk menjelaskan semua.
Saat sampai di gedung kantor Damar, Jihan merasa khawatir dan bingung untuk menjelaskannya bagaimana nanti.
“Kak apa tidak masalah, Jihan sedikit takut,” Katanya cemas pada Kanaya.
“Tidak masalah dek, lagian kamu cukup minta maaf dan bilang bersedia untuk tinggal di rumah kami itu sudah cukup, selebihnya itu urusan kakak” Jawab Kanaya.
“Baiklah kak,” Ucap Jihan.
Saat akan memasuki ruangan Damar, Jihan hanya dapat diam sambil menundukkan kepala, tidak berani memandang Damar.
Tapi pada saat Damar melangkah mendekat dan berbicara pada Kanaya, dia merasa seperti orang asing dan saat dia pun mengangkat kepalanya.
Jihan melihat bagaimana begitu tulusnya perilaku Damar pada Kanaya, membuatkanya merasa tak nyaman dan membuat dia sedikit sakit dihatinya.
“Baiklah kalau begitu, kita mulai saja bicaranya, siapa yang ingin bicara dahulu,” Kata Damar.
“Jihan bang,” Ucapnya.
“Kakak abang, Jihan mengambil keputusan untuk tidak mengambil bantuan yang di berikan pada Jihan, maafkan bila kesannya terlalu lancang tapi Jihan merasa ini lebih baik,” Katanya memperjelas.
“Jihan apa maksud kamu tidak ini yang kita bicarakan tadi, minta maaf pada abangmu sekarang, dan bilang kamu ingin menerima bantuan perkuliahan itu dek” Ucap Kanaya langsung merasa terkejut, atas apa yang di katakan Jihan.
“Tidak kak, Jihan sungguhan tidak ingin berkuliah di tempat bang damar, maaf kan kanaya sekali lagi kak bang,” Ucapnya seperti menahan tangis dan pergi berlalu begitu saja.
Saat Damar memeluk dan mengecup kening Kanaya saat itu juga, bahwa Jihan berjanji untuk tak mau berurusan dengan Damar atau pun Kanaya lagi.
Tak tahu apa yang terjadi pada dirinya yang pasti Jihan merasa kecewa dan berusaha menahan tangis saat itu.
Flasback End...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 78 Episodes
Comments