Saat aku tau nama Kanaya yang menghubungi ku sebanyak itu, aku yakin pasti ada masalah yang terjadi dengannya.
Segera aku berisiniatif menelponnya, takut hal yang tidak di inginkan terjadi nantinya, tetepi saat mencoba menghubungi, tak ada jawaban sama sekali yang ku dapat.
“Siapa yang bisa ku kabari sekarang, untuk tau keberadaan Kanaya”.
“Sebaiknya aku menelpon sekretarisnya saja, mana tau kanaya ada di butiknya”.
“Halo karin” Kataku.
“Iya pak” Jawabnya.
“Karin apa sekarang istri saya ada bersama dengan kamu?”Tanyaku pada sekretarisnya.
“Tidak pak, ibu belum ada datang ke butik pagi ini” Jawabnya.
“Oo begitu baiklah, Jika sudah datang segera kabari saya jangan lupa, tapi tidak usah beritahu istri saya,” Jelasku.
“Iya pak, saya mengerti” Ucapnya.
“Yasudah kalau begitu terima kasih, saya tutup dulu telponnya” Kataku.
“Baik pak” Ujarnya.
Sambungan telpon pun terputus, setelah pembicaraan kami selesai.
“Kemana sebenarnya Kanaya, aku curiga bahwa dia pergi menjumpai jihan. Tapi buat apa pagi buta begitu, aku tau Kanaya bukan tipe wanita yang suka bangun pagi,”
“Apa jangan-jangan dia pergi untuk menemui Bara, tapi dia sudah berjanji untuk tidak berjumpa dengan Bara dan anaknya.
Awas saja jika memang betul Kanaya melanggar lagi, kali ini tidak ada kata maaf yang aku berikan nantinya, kalau sampai terbukti”
Tok-tok\~ suara pintu di ketuk
“Masuk” Kataku.
“Permisi pak” Ucapnya.
“Iya “ Jawabku.
“Pak rapat akan di mulai 5 menit lagi, di harap bapak sudah ada di ruangan,” Kata sekretarisku menjelaskan.
“Iya sebentar lagi saya akan kesana,” Ucapku.
“Baik pak, kalau begitu saya keluar dulu,” Katanya.
Aku hanya menggagukkan kepalaku menyetujui.
Sebaiknya aku siap-siap untuk rapat, selesai nanti aku akan coba mencari kanaya lagi\~ Batinku.
Tak terasa, waktu sudah menunjukkan siang. Dimana jamnya untuk istirahat, rapat pun sudah berakhir 10 menit yang lalu.
Aku pun bersiap untuk solat lalu makan siang, dari tadi aku sudah mencoba menghubungi kanaya, tapi tak kunjung mendapat balasan juga.
Ada rasa khawatir dalam diriku, walau pun keadaan rumah tangga kami dalam kondisi yang kurang baik, tapi dia juga masih istri sah ku, bagaimana pun dia masih tanggung jawabku juga tidak mungkin aku membiarkannya kenapa-napa.
Lamunanku langsung buyar ketika mendengar suara sekretaris ku yang berbicara tiba-tiba
“Maaf pak menggangu waktu bapak, ibu Kanaya sudah menunggu bapak di lantai 2 daerah restoran perusahaan pak,” Kata sekretarisku menjelaskan.
“Baiklah makasih atas infonya,” Ucapku.
“Sama-sama pak” Balasnya.
Aku pun langsung beranjak, untuk pergi menemui Kanaya.
“Kanaya” Panggilku saat melihatnya, lalu langsung memeluknya.
Aku bersyukur tidak ada hal buruk yang terjadi pada Kanaya, dia duduk dalam keadaan sehat di depanku sekarang, lega yang kurasakan sekarang.
“Iya mas” Katanya.
“Kamu dari mana saja, maaf jika masalah semalam membuat kamu marah sayang, karena sikapku yang kurang menyenangkan, mas sama sekali tidak bermaksud. Cuma memang banyak sekali pekerjaan yang membuat mas sedikit kepikiran, dan melimpahkan amarah mas pada kamu,” Ucapku beralasan.
“Iya mas aku mengerti, aku pergi tidak ada sangkut pautnya dengan kejadian semalam. Seharusnya aku yang minta maaf mas, pagi tadi pergi berjumpa dengan temanku tanpa pamit dulu” Jawabnya.
“Pagi-pagi buta begitu perginya?” Tanyaku Curiga.
“Iya mas! Maaf, aku tau salah seharusnya pamit dulu, makanya aku nyusulin kamu ke kantor untuk makan siang bersama, untuk menjelaskan keadaan yang ada” Katanya mencoba menjelaskan.
“Yasudah kalau begitu, tapi jangan di ulangi lagi ayo kita makan. Mas juga tadi berniat untuk makan siang” Ucapku menutupi rasa curigaku pura-pura tidak tau.
“Kamu ga marah kan mas?” Katanya bertanya.
“Tidak sayang, tapi lain kali bila kamu berbuat hal sama lagi mas akan marah, kamu tau aku khawatir sayang” Ujarku lembut menyakinkannya.
“Baiklah mas, oiya mas tadi Jihan menghubungi ku,” Katanya lagi.
Aku bahkan lupa dengan Jihan, karena sibuk pada perkara kanaya tadi.
“Lalu” Ucapku menanggapi.
“Mas udah minta izin pada bibi mengenai rencana kita begitu, kenapa tidak mengajakku kesana mas” Katanya lagi.
“Bukannya kamu yang bilang, untuk mas mengurus semua” Jawabku seadanya.
“Iya aku tau pernah bicara begitu, tapi mas maksudku bukan masalah Jihan begitu juga” Katanya kurang suka.
“Jadi kamu menyalahkan mas begitu,” Ujarku lagi walaupun memang seharusnya aku pergi berdua dengan Kanaya, tapi aku yang dasarnya tidak mau karena nanti tidak bisa bersama Jihan berdua seperti kemarin.
“Bukan mas, tadi itu Jihan bilang ke aku bahwa dia tidak akan berkuliah di tempat kamu. Aku sangat terkejut, lalu dia memberi alasan padaku” Ucap Kanaya yang sempat membuatku terkejut, ada apa sebenarnya dengan Jihan.
“Yasudah kalau dia tidak ingin berkuliah di tempat ku, aku juga tidak rugi apa-apa kan” Kataku mencoba untuk tidak perduli.
“Mas kamu bicara apa sih, jangan begitu dong mas” Jawabnya.
“Ya aku cuma membuat semua terasa mudah sayang, lagian jika Jihan tidak mau ya sudah biarkan saja” Jelasku lagi.
“Ya kita kan bisa cari solusi lain,” Ucapnya.
“Aku tidak mau memaksa orang yang tidak ingin di bantu kanaya” Kataku lagi.
“Bagaimana kita bicara pada Jihan dulu, kasian bibi mas bila tidak kita bantu” Jawabnya lagi.
“Ya sudah kalau begitu, tapi kalau dia tetap pada pendiriannya tidak ingin dibantu oleh kita tidak usah di bicarakan lagi,” Kataku tegas.
“Iya mas” Jawabnya.
**
Dua hari setelah percakapan ku dan Kanaya waktu itu. Istriku memberi kabar, bahwa dia dan jihan akan datang ke kantor untuk membicarakan masalah perkuliahan tersebut.
Sebenarnya aku juga rindu, untuk memberinya kabar dan berjumpa, tapi Jihan sepertinya ingin sedikit bermain denganku lalu aku berfikir akan memberinya sedikit kejutan.
Ada sedikit rasa marah padanya karena dia tak ingin berkuliah di tempatku, mungkin dia sengaja ingin menghindariku, tapi sebelum itu terjadi aku akan ambil tindakan tegas terhadapnya nanti.
Tiba-tiba sekretarisku mengetuk pintu, dan masuk di susul dengan Kanaya dan Jihan.
“Pak maaf ibu ingin bertemu” Kata sekretarisku.
“Ya tidak masalah, tolong kamu atur saja untuk 3 jam kedepan, saya tidak mau ada yang mengganggu,” Ucapku.
“Baik pak” Jawabnya.
“Yasudah kalau ada apa-apa nanti saya beritahu lagi, kamu boleh keluar sekarang” Kataku lagi.
Kanaya pun mulai berjalan mendekat ke arahku, dan memanggil.
“Mas kalau kamu sibuk aku tidak akan mengganggu kok, masalah ini bisa di bicarain lain waktu saja,” Ucapnya.
Dengan cepat aku langsung memeluknya dan mengecup kening Kanaya di depan Jihan.
“Tidak masalah sayang, urusan kamu lebih penting dari segalanya,” Balasku mesra untuk membuat Jihan cemburu.
“Terima kasih mas,” Ucapnya.
“Yasudah kamu mau minum apa, biar mas bilang sama sekretaris mas tadi,” Kataku menawarkan.
“Tidak perlu mas, aku dan Jihan baru saja dari cafe” Jawabnya.
“Baiklah kalau begitu, kita mulai saja bicaranya siapa yang ingin bicara dahulu,” Ucapku pada mereka.
“Jihan bang” Katanya langsung.
Dan ku balas dengan anggukan.
“Kakak abang Jihan mengambil keputusan untuk tidak mengambil bantuan yang di berikan pada Jihan, maaf bila kesannya terlalu lancang tapi Jihan merasa ini lebih baik,” Kata Jihan yang dapat aku dengar tak terbantah.
“Jihan apa maksud kamu, tidak ini yang kita bicarakan tadi, minta maaf pada abangmu sekarang dan bilang kamu ingin menerima bantuan perkuliahan itu dek,” Ucap Kanaya langsung.
“Tidak kak, Jihan sungguhan tidak ingin berkuliah di tempat bang Damar, maaf kan Jihan sekali lagi kakak abang,” Ujar Jihan seperti menahan tangis dan pergi berlalu begitu saja meninggalkan aku dan Kanaya di ruangan itu.
Sebenarnya ada apa, mengapa jadinya seperti ini \~Batinku
Damar Pov End
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 78 Episodes
Comments