Tak membutuhkan waktu lama setelah damar memutuskan telpon, dia sudah berdiri tepat dihadapan Jihan sekarang.
“Jihan maafkan abang ya, kamu jangan marahnya karena ini, sekali lagi maaf” Ucap Damar sambil menggenggam tangan Jihan mengungkapkan rasa bersalahnya.
“Tidak masalah bang, Jihan tidak marah. Tapi lain kali handphonenya jangan lupa di bawa ya, ” Jawabnya tersenyum sambil melepaskan tangan mereka yang bertautan.
“Yasudah kalau begitu, ayo kita keruangan abang saja,” Ajak Damar.
“Tunggu! abang sudah solat? bila belum, solat saja lebih dulu sebelum waktunya habis” Ucap Jihan mengingatkan.
“Abang biasa solat diruangan, tidak perlu disini biasanya juga begitu,” Kata Damar menjelaskan.
“Ooo begitu bang,” Ucap Jihan paham.
Setelah Jihan menjawab, langsung saja Damar menarik tangannya, dan menggenggamnya dengan erat.
Saat Jihan tersadar, dia pun segera melepaskan tangannya yang di genggam oleh Damar, tapi tidak bisa karena Damar menggenggamnya sangat erat.
“Abang tidak perlu seperti ini,” Ucap Jihan pelan merasa tidak nyaman.
“Seperti ini, bagaimana Jihan?” Tanya Damar pura-pura tidak tau.
“Genggaman tangan bang,” Ucapnya sambil melihat arah tangan meraka yang saling bergenggaman.
“Apa ada masalah?” Tanya Damar.
“Jihan merasa tidak nyaman bang, bila nanti di lihat orang lain bagaimana,” Kata Jihan menjelaskan perasaannya .
“Sudahlah, mengapa di perdulikan” Jawabnya santai.
Mendengar jawaban Damar, membuat Jihan menggeleng kepala bingung.
“Jihan mohon bang, takut terjadi salah paham nantinya,” Katanya menjelaskan berharap damar mengerti.
Tetapi malah tidak di tanggapi oleh Damar sedikit pun, dia dengan santainya menggenggam tangan Jihan semakin erat, dan berjalan santai, tanpa mempedulikan pandangan karyawannya.
“Abang kalau masih mau menggenggam tangan seperti ini, Jihan nantinya akan marah pada abang” Kata Jihan tetap memaksa ingin melepaskan genggaman tersebut
Damar pun otomatis berhenti, saat mendengar Jihan berkata seperti itu.
“Baiklah kalau begitu, tapi jangan marah apalagi ngambek, nanti cantiknya hilang” Ujar Damar menggoda Jihan, lalu melepas genggaman tangan mereka.
“Terima kasih bang,” Kata Jihan bernafas lega.
Mereka pun kembali berjalan beriringan menuju keruangan damar waktu itu.
Saat mereka berdua berjalan, banyak orang yang memperhatikan, tapi Damar tidak mempedulikan itu semua, dia merasa sama sekali tidak terganggu dengan tatapan yang tertuju padanya dan Jihan.
Berbeda sekali dengan Jihan, sampai takut dengan tatapan orang- orang yang melihatnya.
Jihan takut bila orang salah paham mengartikan mereka jalan berdua seperti itu, dia pun cuma bisa menunduk, tanpa mau melihat tatapan orang-orang tersebut.
Saat tiba di ruangan Damar, Jihan langsung terpaku di depan pintu, saat melihat tulisan di hadapannya sekarang. Bahwa ternyata Damar komisaris utama di sini, pantas saja dia bisa berbuat sesukanya pikir Jihan.
“Jihan mengapa di situ, ayo masuk” Ucap Damar melihat Jihan terdiam di depan pintu, membuat lamunan Jihan terhenti.
“Eh, iya bang! Jihan masuk, ” Katanya lalu melangkahkan kaki memasuki ruangan Damar.
“Kamu duduk dulu di sana, tunggu di situ ya sebentar,” Kata Damar.
“Loh! abang mau kemana?” Tanya Jihan bingung.
“Abang mau solat dulu di dalam, bukannya kamu yang mengingatkannya tadi” Jawab damar berbalik, menghadap Jihan.
“Eh iya bang,” Kata Jihan salah tingkah.
Setelah itu, Damar pun pergi memasuki satu kamar di sudut ruangannya tersebut. Yang Jihan sendiri juga tak tau, isi ruangan tersebut apa.
Tak berapa lama, Damar pun keluar dari ruangan tersebut.
“Jihan apa kamu lapar, bagaimana kalau kita makan lebih dulu,” Kata Damar menawarkan.
Sebenarnya Jihan juga merasa sangat lapar, karena tadi datang terlalu terburu buru. Dari pagi juga belum makan, lalu sampai di sini harus menunggu Damar sampai sore.
Tapi Jihan merasa segan, dan lebih memilih menahan saja dulu, lalu dia berencana akan makan di luar sendiri nantinya setelah ini.
“Emm bang, tidak usah! Jihan tadi sudah sempat makan kok, masih terasa kenyang sekali,” Katanya berbohong.
“Kamu yakin?” Tanya Damar memastikan
“Iya bang sebaiknya kita bicarakan yang abang maksud tadi, karena Jihan harus cepat pulang. Tadi pamitnya pada ibu, cuma sebentar bang” Jawab Jihan menyakinkan Damar.
“Ooo begitu baiklah, berkas persyaratan yang abang suruh bawa sudah di siapkan?” Tanya Damar serius pada Jihan.
“Sudah bang, ini” Ucapnya sambil memberikan berkas tersebut, pada Damar.
“Yasudah, ini akan abang berikan pada pihak administrasi nanti,” Jawabnya sambil menerima berkas yang di berikan.
Damar pun membuka berkas tersebut, dan mengecek kembali kelengkapannya takutnya ada yang tertinggal.
Saat Damar sedang melihat-lihat berkas itu, Jihan ingin menayakan tentang biaya kuliahnya, tadi dia takut pada Damar.
“Sudah abang cek kelengkapannya, sudah sangat lengkap. Kamu tinggal menunggu jadwal kuliah yang akan di kabarkan lewat email nanti,” Jelas Damar pada Jihan.
“Baiklah bang, terima kasih” Kata Jihan.
“Ada yang ingin kamu tanyakan, atau mungkin kurang paham” Ucapnya.
“Bang, bagaimana dengan biaya kuliahnya?” Tanya jihan hati-hati
“Kalau urusan itu kamu tenang saja, cukup kamu berkuliah dengan baik, itu sudah cukup membuat abang senang,” Jawab Damar.
“Terima kasih bang,” Kata Jihan lega, setelah memastikan jawaban Damar.
“Iya sama-sama Jihan,” Jawabnya tersenyum.
“Bagaimana Jihan bisa membalas semua kebaikkan abang,” Ucap Jihan lagi merasa sungkan sekali pada Damar.
“Kamu tidak usah memikirkan itu Jihan, kamu lebih baik pikirkan kuliah saja, itu sudah cukup“ Jawabnya sambil duduk, mendekat ke arah Jihan.
“Mungkin sampai kapan pun, Jihan tak bisa mampu membalas ke baikkan yang abang berikan. Tapi jika abang membutuhkan sesuatu atau pertolongan, Jihan akan sebisa mungkin menyanggupi bila itu permintaan abang”Ucapnya bersunguh-sungguh.
“Apa pun itu Jihan?” Tanya Damar tersenyum.
“Iya bang, apa pun itu,” Jawab Jihan sungguh-sungguh.
“Kamu berjanji Jihan, tidak akan mengikari ucapanmu itu, abang paling tidak suka orang yang mengingkari janjinya” Kata Damar memastikan.
“Iya bang Jihan berjanji,” Ucap Jihan lagi.
“Baiklah kalau begitu, suatu saat nanti abang akan tagih janji kamu ini. Kalau kamu sampai berbohong dengan mengikari janjimu pada abang, abang tidak akan memaafkan kamu” Kata Damar memperingati.
“Iyaa bang, sebisa mungkin jihan tepati” Ucapnya lagi.
“Yasudah kalau begitu, kamu bisa pulang sekarang, semuanya akan abang urus sebaik mungkin, titipkan salam abang pada ibumu di rumah ya” Kata Damar lagi.
“Baik bang, nanti akan jihan sampaikan” Jawabnya.
“Oiya abang hampir lupa, kamu tidak perlu menjelaskan apa pun pada ibu mu mengenai kuliah. Nanti biar abang sendiri yang akan bicara pada ibumu menjelaskan tentang kuliahmu, kamu tidak perlu menyinggung mengenai kuliah, abang takut kamu salah bicara nanti dalam menyampaikan pada ibumu” Kata Damar menjelaskan.
“Iya bang, jihan tidak akan bicara apa apa mengenai kuliah, tapi tadi ibu menayakan kuliah pada jihan bagaimana ini bang?” Tanya Jihan pada Damar.
“Kamu tidak usah khawatir, kamu coba alihkan saja. Dalam waktu dekat ini, abang akan berkunjung kerumah, berbicara pada ibumu”Jawab Damar.
“Baiklah kalau begitu, Jihan pamit pulang dulu ya bang,” Kata Jihan bangkit dari sofa, dan melangkah keluar ruangan tersebut.
“Tunggu Jihan” Panggil Damar lagi.
“Iya bang,” Jawabnya sambil berbalik melihat Damar.
“jika abang menelfon atau memberi pesan, kamu jangan lupa untuk mengangkat, dan menjawabnya. Mengerti!” Kata Damar.
“Baiklah bang Jihan mengerti, apa ada hal lain lagi bang,” Ucap Jihan.
“Tidak ada” Jawabnya.
“Yasudah kalau begitu, Jihan pergi” Pamitnya , lalu meninggalkan ruangan tersebut.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 78 Episodes
Comments