Setelah Jihan pergi, Damar dan Kanaya bingung di tempat mereka masing-masing karena sikap Jihan.
“Mas mengapa Jihan seperti itu ya, padahal saat aku tadi mengajaknya ke kafe, dia terlihat baik saja, ada apa ini mas” Kata Kanaya
Damar pun termenung di tempat duduknya, tidak mampun berkata-kata.
“Apa jangan-jangan Jihan cemburu, berarti aku berhasil membuatnya melihat akan keberadaanku kalau begitu,” Ucap batinnya senang.
“Mas” Panggil Kanaya.
“Eh, iya sayang ada apa” Jawab Damar.
“Kamu dengar gak sih, yang aku katakan tadi” Kata Kanaya protes.
“Maaf tadi mas melamun, karena bingung melihat Jihan” Jawab Damar.
“Tadi aku juga bilang begitu, bingung saja melihat Jihan mengapa tiba-tiba seperti itu, padahal tadi saat berbicara padaku dicafe baik-baik saja mas,” Ucapnya lagi.
“Yasudah kalau begitu nanti coba kamu tanyakan lagi, abang harap dia mengerti,” Kata Damar.
“Iya mas, aku juga berfikiran begitu,” Ujar Kanaya mengiyakan ucapan Damar.
**
Sedangkan sepanjang jalan, Jihan dari kantor Damar, menangis tanpa henti sampai saat ini. Apa yang terjadi pada dirinya, Jihan juga tidak tau.
“Apa yang kamu lakukan Jihan, kamu menyiayiakan kesempatan besar seperti itu, dan mempermalukan dirimu didepan mereka apa yang ada dipikiranmu,” Ucapnya mengalahkan diri sendiri.
“Tapi aku yakin, ini jalan yang terbaik untuk kami bertiga. Mau rasa ini ada atau tidak, aku harus sadar siapa aku, dan pada siapa aku berurusan, aku tak mau kenal mereka lagi. Apalagi berurusan dengan bang Damar,” Ucap Jihan lagi.
“Lebih baik aku memikirkan cara agar segera dapat kerja, untuk bisa membantu ibu. Lalu tahun depan aku akan memikirkan kuliah ku, sebaiknya begitu, sekarang aku pulang saja dan melupakan kejadian tadi,” Ucap Jihan menghapus air matanya dan melangkah pulang.
“Assalamualaikum bu,” Kata Jihan saat sampai di rumah ,
“Waalaikumsallam sayang kamu dari mana saja nak,” Jawab ibunya khawatir.
“Jihan baru dari tempat teman bu, biasa jumpa-jumpa kangen tidak jelas,” Kata Jihan sambil tertawa menutupi kesedihannya.
“Kamu ini bisa saja bercandanya, yasudah masuk bersih-bersih lalu makan, lain kali jangan pulang malam terlalu larut seperti ini ya,” Ucap ibunya.
“Iya ibu sayang,” Ujar Jihan mencium pipi ibunya, lalu berlari masuk kedalam rumah.
Setelah Jihan sudah selesai bersih-bersih, dan makan malam dia pun menyusul ibunya di ruang tv.
Saat Jihan dan ibunya sedang berada di dalam berbincang-bincang, tiba tiba ada yang mengetuk rumah mereka.
“Permisi” Kata tamu tersebut sambil mengetuk pintu rumahnya.
“Iya pak cari siapa yaa?” Tanya ibunya Jihan saat membuka pintu.
“Apa benar dengan rumahnya ibu tika,” Ucap orang tersebut.
“Iya saya orangnya,” Jawab ibunya.
“Ini ada surat untuk ibu,” Katanya sambil menyerahkan sebuah amplop.
“Surat apa ya pak, kalau boleh tau?” Tanya ibunya Jihan bingung.
“Silahkan ibu baca saja, biar tidak ada terjadi kesalah pahaman” Ucapnya memerintah.
“Baik pak” Jawab ibunya Jihan.
Saat membaca surat tersebut, raut wajah ibunya Jihan tampak panik dan terkejut.
“Pak saya tidak pernah berhutang pada siapa pun, termasuk menggadaikan rumah saya” Katanya mulai menangis.
“Tapi di situ sudah tertera, bahwa rumah ini di gadaikan buk,” Jelas orang tersebut tidak mau kalah.
“Iya tapi saya tidak pernah berbuat seperti itu” Katanya lagi.
“Coba saya lihat dulu suratnya,” Pinta orang tersebut pada ibunya Jihan.
“Ini pak” Ucap ibu Jihan sambil memberikan surat.
“Tertera disini suami ibu telah mengajukan hutang, sudah 3 bulan tidak di bayar dan menggadaikan rumah ini bu,” Jelasnya pada ibunya Jihan.
“Tapi pak, saya tidak tau harus membanyarnya sekarang bagaimana” Katanya semakin bingung.
“Ya sudah akan saya tunggu dalam waktu 2 minggu, kalau dalam waktu yang saya beri tidak mampu melunaskan, terpaksa ibu harus meninggalkan rumah ini” Ucap orang tersebut memberi keringanan.
“Apa tidak bisa lebih lama lagi pak,” Ucapnya bernegosiasi.
“Itu sudah saya beri keringanan bu, tidak ada perpanjangan waktu lagi,” Katanya menolak usulan ibunya Jihan.
“Baiklah kalau begitu, saya akan usahakan” Jawabnya.
Orang tersebut pun berlalu, meninggalkan tempat tersebut.
“Ibu bagaimana ini, mengapa bapak tega pada kita” Ujar Jihan menangis, melihat kejadian yang membuatnya dan ibunya terkejut.
“Maafkan ibu Jihan, karena ibu salah memilih ayah untuk kalian, terpaksa kita harus merasakan hidup seperti ini” Kata ibunya Jihan, menangis sambil memeluk anaknya.
“Tidak ini bukan salah ibu, memang ayah yang jahat memilih wanita tidak jelas itu, dan pergi meninggalkan kita. Membuat semua sengsara bu, Jihan benci ayah sampai kapan pun, tidak ada kata maaf untuknya sampai kapan pun” Katanya sangat marah.
“Sudahlah nak, bagaimana kalau kita tidak usah di pikirkan masalah ayahmu, sekarang kita cari cara agar dapat menebus kembali rumah ini,” Kata ibunya semangat.
“Apa sebaiknya kita keluar saja bu, tidak mungkin dalam waktu 1 minggu bisa mendapatkan uang sebanyak itu,” Ucap Jihan pesimis karena untuk makan saja susah apalagi untuk membayar hutang tersebut.
“Tapi nak, ini rumah dari kakek kamu yang di berikan pada ibu, bagaimana bisa di lepaskan begitu saja,” Kata ibunya menjelaskan.
Jihan pun hanya mampu terdiam mendengarkan itu.
“Yasudah, ibu akan mencari orang yang bisa membantu kita untuk melunaskan utang ayahmu, agar rumah ini tidak jadi di gadaikan,” Kata ibunya lagi mencoba mencari jalan keluar.
“Baiklah bila itu keputusan ibu, Jihan hanya ikut saja bila itu yang terbaik” Kata Jihan mencoba mengerti.
“Kamu juga berdoa ya nak, semoga ibu cepat dapat melunasi hutang rumah ini” Ucap ibunya penuh harap.
“Iya bu, Jihan berdoa yang terbaik untuk kita dan sabar atas semua ujian yang datang menghampiri keluarga kita, Jihan yakin kita dapat melewati ini semua dan nanti pada akhirnya kita tidak akan seperti ini lagi,” Kata Jihan penuh harap.
“Iya nak” Ucapnya lagi.
“Yasudah bu, lebih baik kita tidur saja lalu besok pagi kita pikirkan bagaimana untuk melunasi hutang itu,” Ajak Jihan untuk istirahat.
**
Pagi hari pun menyambut Jihan kembali pada permasalahan yang ada walau pun berat tapi dengan ikhlas Jihan menerima
Dia sangat yakin bahwa tuhan tidak tidur dan melihat semuanya malam tadi Jihan sangat susah memejamkan mata merasa bingung bagaimana cara membantu ibunya melunasi hutang tersebut dalam waktu yang sangat singkat
“Ya tuhan apa yang harus aku lakukan untuk bisa melunasi utang yang sangat banyak itu, aku bersumpah jika aku mapan nanti aku akan membuat ayah merasa apa yang aku dan ibu rasakan” Kata Jihan bersungguh singguh
“Tapi sekarang kemana aku harus mencari pinjaman itu, aku tidak mempunyai kenalan sama sekali yang mempunyai uang sebanyak itu” Monolognya bingung harus kemana.
“Jihan” Panggil ibu ya tiba-tiba.
“Iya bu” Jawabnya.
“Ibu pergi kerja dulu ya, kamu jaga rumah baik baik bila ada tamu yang datang dan kamu tidak mengenalnya, tidak usah di buka pintunya” Kata ibunya pamit untuk kerja.
“Baiklah bu” Ucap Jihan mengerti.
“Kamu jangan lupa makan, kalau mau pergi keluar jangan lupa kunci pintu” Kata ibunya lagi.
“Iya bu, ibu juga hati hati bekerja” Kata Jihan pada ibunya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 78 Episodes
Comments