Jihan yang saat itu belum sepenuhnya sadar ketika di peluk oleh Damar, hanya membiarkan Damar melakukan apa pun padanya.
“Jihan, apa masih ada yang sakit dek? Bilang ke abang. Apa yang kamu rasakan sekarang,” Tanya Damar khawatir.
Tapi tidak ada jawaban dari Jihan, matanya terbuka. Tapi tidak melihat ke arah Damar membuat Damar cemas melihatnya.
“Jihan,” Panggil Damar lagi.
Sambil menahan rasa sakit, Jihan menjawab.
“Jihan pusing bang, badan Jihan juga sedikit sakit, dan aku sedikit haus,” Jelasnya sambil memegang bagian kepala yang sakit.
Dengan cepat Damar mengambil minum, yang sudah di sediakan oleh ibu tadi di atas meja.
“Yasudah! ini kamu minum dulu,” Kata Damar sambil memberikan gelas tersebut.
Jihan pun menerima gelas yang berisikan air tersebut, dan di bantu untuk minum oleh Damar.
“Setelah ini kamu makan, lalu minum obat!,” Kata Damar memberi tahu, lalu keluar dari kamar.
Saat keluar, Damar dengan segera menghampiri ibu dari rumah itu. Untuk memberi tahu kondisi Jihan yang sudah sadar.
“Bu maaf menggangu, Jihan sudah sadar,” Kata Damar memberi tahu pada ibu dan bapak yang saat itu sedang mengobrol.
“Alhamdulillah kalau begitu, ibu ingin melihatnya,” Kata ibu tersebut dan melangkah ke arah kamar.
Dengan cepat Damar menahan ibu tersebut
“Bu,” Panggil Damar.
“Iya nak,” Jawab ibu itu berbalik.
“Hm, bisa ibu siapkan makan untuk Jihan. Agar dia bisa segera memakan obatnya,” Kata Damar merasa segan.
“Ooo begitu! Ya sudah kamu kembalilah ke kamar. Biar ibu buatkan bubur dan teh hangat dulu untuk Jihan,” Kata ibu tersebut mulai berjalan ke dapur untuk memasak.
“Baiklah terima kasih bu,” Kata Damar dan kembali ke kamar itu.
Tidak membutuhkan waktu lama, ibu dan bapak tersebut pun datang ke kamar menyusul damar,dengan membawa bubur dan teh hangat tadi.
“Nak ini ibu bawakan bubur dan teh hangat, berikan pada Jihan agar tenaganya pulih,” Kata ibu itu meyerahkan nampan tersebut.
“Baik bu, terima kasih” Ucap Damar menerima nampan itu.
Dengan sigap Damar membantu Jihan untuk duduk, dan membantunya untuk makan.
“Ya sudah buka mulutnya dulu, biar abang suapkan,” Kata Damar berbicara pada Jihan.
Jihan pun hanya mampu membuka mulut tanpa membantah, semua badannya terasa lemas.
“Damar jangan lupa tehnya, di habiskan oleh jihan. Agar tubuhnya lebih hangat,” Ucap ibu itu mengingatkan.
“Baik bu” Jawab Damar.
“Ya sudah! Ibu dan bapak keluar dulu ya,” Kata ibu itu.
“Iyaa bu, sekali lagi terima kasih,” Ujar Damar.
Ibu dan bapak tersebut pun keluar, meninggalkan Damar dan Jihan di kamar itu.
Damar pun dengan telaten menyuapi Jihan makan, dan membantunya untuk minum. Karena memang kondisi Jihan yang sangat lemah.
Setelah beberapa suapan masuk, Kanaya merasa cukup untuk makan.
“Bang Jihan sudah keyang,” Katanya menolak saat Damar menyuapkan bubur yang baru habis setengah.
“Tapi ini sayang Jihan buburnya, masih sisa banyak! Kamu makan ya, paling tidak beberapa suap lagi” jawab Damar membujuk.
“Tapi bang,,-“ Kata Jihan ingin membantah.
Langsung saja di jawab dengan tegas oleh Damar.
“Kamu sedang sakit Jihan, keadaan kamu membutuhkan tenaga agar cepat pulih. Lihatlah bahkan menggerakan tangan saja kamu tidak bisa, jadi ayo selesaikan makan kamu. Lalu minum obat,” Ucap Damar tetap memaksa.
Jihan hanya mampu menggelengkan kepala, saat Damar mencoba menyuapinya kembali.
Damar pun menghela nafas! menahan emosi melihat jihan, demi apa pun Damar bukan berniat marah. Tapi sungguh dia sangat mengkhawatirkan keadaan Jihan, itu saja.
“Yasudah abang tidak akan memaksa, sebentar lagi kamu minum obat. Lalu istirahat ya,” Katanya mengalah.
Jihan pun hanya mampu mengagukkan kepala, sebagai tanda setuju.
Setelah makan dan meminum obatnya, Jihan langsung beristirahat.
Sedangkan Damar membereskan semua peralatan makan Jihan, dan meletakkan di dapur.
Lalu selesai itu, menyusul Jihan untuk beristirahat , di karenakan hari yang sudah larut malam.
**
Keesokan paginya, saat Jihan membuka mata. Dia merasa ada yang aneh melihat keadaan sekitar.
“Di mana aku berada? Mengapa aku berada disini” Tanya Jihan bingung
Saat melihat ke arah samping, Jihan terkejut bahwa ada Damar di sini.
“Ada bang Damad disini, dimana kak Kanaya? dan mengapa bang Damar menggenggam tangan ku seperti ini,” Tanyanya dalam hati.
“Bang Damar,” Ucap Jihan mencoba membangunkan Damar.
“Aah,,iyaa kamu sudah bangun Jihan,” Katanya sambil melihat kearah Jihan.
“Sudah, kita berada di mana bang. Mengapa kita berdua ada di sini, dan di mana kak kanaya bang?” Tanya Jihan pada Damar.
“Kamu tidak ingat?” Tanya Damar balik.
“Ingat apa bang,” Kata Jihan.
“Jadi begini Jihan,,-“ Damar pun mulai menceritakan, mula awal kejadian Jihan dan Damar. Akhirnya bisa berada di rumah ini.
“Sekarang kamu sudah ingat?” Tanya Damar memastikan.
“Iya bang, Jihan ingat semua! Maafkan Jihan merepotkan abang” Katanya merasa bersalah.
“Iya Jihan tidak masalah! Bagaimana keadaanmu, apa ada yang terasa sakit. Atau kamu membutuhkan sesuatu?” Tanya Damar.
“Keadaaanku jauh lebih baik bang, terima kasih sudah mau merawatku. Sekali lagi maaf, sudah merepotkan abang,” Jawab Jihan merasa tidak enak.
“Syukurlah kalau begitu, tidak usah meminta maaf. Seharusnya abang yang berkata begitu, tidak bisa menjagamu dengan baik sampai kamu mengalami ini,” Ucap Damar sambil menggenggam tangan Jihan dan tersenyum.
Jihan tidak tau harus berkata apa-apa, dia merasa bingung melihat setuasi yang ada.
Abang yang di kenalnya kemarin, sangat beda yang ada di hadapannya. Jihan merasa tersentuh, tiap kata dan perilaku yang Damar lalukan.
“Ya tuhan mengapa begini! apa yang sebenarnya terjadi, mengapa bang Damar bersikap begini,” Bisik batinnya.
“Eeem bang, di mana kak Kanaya, kenapa Jihan tidak lihay ya,” Kata Jihan sambil melepaskan tangan yang di genggam oleh Damar.
“Ooo itu, dari semalam abang mencarimu. Sampai sekarang belum bertemu dengan kakakmu,” Kata Damar seadanya.
“Mengapa begitu bang, kenapa tidak menghubungi kak kanaya agar tidak khawatir,” Ucap Jihan cemas, takut bila kanaya nantinya akan marah.
“Abang tidak membawa handphone Jihan, sudahlah kamu tidak perlu memikirkan itu! urusan kakakmu biar abang yang bicara nanti,” Kata damar menenangkan Jihan.
“Baiklah bang,” Jawabnya sedikit tenang.
“Ya sudah! Kalau begitu kamu siap-siap ya. Kita akan kembali ke hotel sebentar lagi,” Ucap Damar.
Jihan pun hanya mengangguk tanda setuju pada Damar.
Tak lama mereka berkemas, mereka pun berpamitan pada ibu dan bapak yang sudah menolong Jihan tersebut.
“Makasih pak bu, atas bantuannya. Maaf kalau kami merepotkan disini,” Ujar Damar.
“Tidak masalah nak, sesamakan harus saling tolong-menolong. Tidak ada yang merepotkan, ” Ujar bapak tersebut.
“Ini ada sedikit imbalan, untuk bapak dan ibu. Mohon di terima,” Tanya Jihan menyerahkan amplop pada ibu tersebut, yang tadi memang di siapkannya, saat bersiap-siap untuk pulang.
“Tidak usah repot-repot nak! kami ikhlas membantu kalian. Lagian kami sudah menganggap kalian seperti anak sendiri, tidak usah ada imbalan-imbalan. Anggap saja kami ini orang tua kalian,” Kata ibu tersebut.
“Tidak bu, saya tidak merasa repot! angap saja ini sebagai kewajiban anak yg memberi kepada orang tuanya. Seperti ibu yang menganggap kami sebagai anak, jadi Damar mohon di terima ya bu,” Ucap Damar menyerahkan amplop tersebut.
“Baiklah nak, terima kasih ya” Kata ibu tersebut.
“Iya bu! kalau begitu kami pergi dulu. Lain waktu kami akan berkunjung kembali” Ujar Damar berpamitan.
**
Sedangkan situasi di hotel, kanaya menunggu Damar dan Jihan dari semalam tanpa tidur. Karena menunggu kabar dari petugas yang dia suruh, untuk datang mencari Jihan dan Damar.
“Ya tuhan, semoga tidak terjadi apa- apa pada mereka” Katanya
“Semua ini salahku, seharusnya aku mendengarkan perkataan mas Damar,” Ucapnya menyesal.
“Kamu dimana mas! Jihan saja belum di temukan, Ini malah mas Damar juga ikutan tidak terlihat,” Katanya cemas.
“Ya tuhan semoga engkau melindungi mereka! suami dan adikku” Ucapnya menangis sambil berdoa.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 78 Episodes
Comments