Setelah menempuh beberapa waktu perjalanan, dari perkebunan teh untuk kembali. Akhirnya Damar dan Jihan sampai juga di hotel.
Saat Jihan akan turun dari mobil, dengan cepat Damar pun turun, dan membuka pintu mobil untuk membantu Jihan turun.
“Bang Jihan bisa jalan sendiri, tidak usah seperti ini,” Ucap Jihan pelan dan mencoba melepaskan rangkulan Damar.
“Seharusnya abang menggendongmu! kamu tidak lihat keadaanmu sekarang, untuk menopang tubuh sendiri saja kamu tidak sanggup,” Kata Damar marah.
Ingin rasanya Jihan menangis saat itu, merasa sakit hati karena di bentak oleh Damar. Tapi apa mau di kata, yang di bilang oleh Damar memang benar. Dia masih merasa lemas, masih tak sanggup untuk berjalan sendiri sampai ke kamar hotel.
“Maaf bang bukan maksudnya Jihan begitu, Jihan hanya merasa tidak nyaman, bila di tatap pengunjung hotel,” Ucap Jihan menjelaskan.
“Sudahlah tidak perlu perdulikan mereka, kamu fokus pada dirimu sendiri saja,” Jawabnya tegas.
“Iya bang sekali lagi maaf, tapi abang jangan marah ke Jihan ya! Jihan takut?” Ujarnya memohon.
“Hmm,,” Gumamnya.
Kata Damar menutupi rasa bersalahnya, sebenarnya dia pun tak tega melihat wajah takut jihan tadi. Ya bagaimana, memang Damar orang yang tidak bisa menahan emosi, bila marah.
Dari kejahuan, Kanaya yang baru saja turun dari kamar menuju ke bawah. Melihat Damar dan Jihan, memasuki daerah dalam hotel. Segera dia berlari menghampiri mereka.
“Ya ampun mas, syukurlah kalian kembali. Apa yang terjadi mas mengapa Jihan seperti ini?” Tanya kanaya terkejut, melihat kondisi Jihan adiknya.
“Cerita nya panjang sayang, nanti akan mas jelaskan. Sebaiknya kita bawa Jihan ke dalam dulu, keadaanya belum pulih,” Jawab Damar pada kanaya.
“Baiklah mas,” Kata Kanaya dan ikut membantu Damar, untuk membawa Jihan ke kamar.
Sesampainya di kamar hotel tersebut,
Jihan dibaringkan di atas tempat tidur. Dibiarkan untuk istirahat, setelah itu dengan segera kanaya menelepon dokter, untuk memeriksa keadaan Jihan.
Setelah selesai menghubungi dokter, Kanaya pun meminta penjelasan, atas apa yang terjadi pada Kanaya.
“Mas sebenarnya apa yang terjadi pada Jihan,” Tuntutnya penjelasan.
Dan dijelaskan oleh Damar lah, kejadian yang menimpa Jihan kemarin. Mulai dari dia yang tergelincir, sampai mereka harus menginap di salah satu rumah pegawai perkebunan teh kemarin.
Mendengar itu Kanaya sangat terkejut, dia tidak menyangka, akan ada kejadian separah ini terjadi.
“Maafkan mas yang tidak sempat mengabari kamu sayang, bukannya mas sengaja membuat kamu khawatir, tapi mas tidak membawa handphone saat itu,” Kata Damar merasa bersalah.
“Tidak masalah mas, aku memang sangat khawatir tapi aku tidak marah. Malah aku merasa bersyukur kamu dan Jihan tidak kenapa-napa. Yang paling terpenting untukku kalian selamat tidak kekurangan satu pun, walau pun Jihan harus seperti ini, tapi ini semua di luar kuasa kita,” Ucap Kanaya memaklumi.
Mendengar Kanaya menjawab dengan sangat perhatian, tidak tahu mengapa Damar mendengarkannya sangat tenang. Dia berfikir Kanaya akan marah dan meminta penjelasaan panjang lebar, karena masalah itu.
“Terima kasih sayang, pengertian kamu,” Kata Damar memeluk Kanaya dengan sayang.
Sebenarnya Damar pun bingung, mengenai perasaannya pada Kanaya mau pun Jihan. Di satu sisi dia sangat ingin memiliki Jihan, tapi terkadang ada sisi perasaannya yang nyaman akan keberadaan Kanaya di sampingnya.
Hal itulah yang membuatnya bimbang, apa mempertahankan Kanaya yang notabennya istri sahnya, atau Jihan yang berhasil merebut sebagian hatinya dari Kanaya.
“Maafkan aku yang membagi cintaku pada Jihan Kanaya, awalnya aku juga tidak bermaksud untuk menyukai adikmu. Tapi perasaan tidak bisa dibohongi, aku sudah mencoba untuk membuang rasa ini, tapi yang terjadi rasa ingin memiki Jihan semakin besar,
walau pun ku tau, jalan ini mungkin banyak membuat kalian terluka. Tapi ini lah keinginanku, jalan yang ku ambil untuk rumah tangga kita,,” Batinnya berbicara.
“Ya sudah, mas pergi ke kamar kita dulu ya untuk bersih-bersih. Kamu di sini saja menjaga Jihan, mas akan segera kembali sekalian membawa makan malam, jadi kita akan makan di sini,” Kata Damar melepaskan pelukan mereka.
“Mas sebaiknya habis mandi langsung istirahat saja, aku tau pasti mas semalaman ini tidak tidur karena menjaga Jihan. Istirahatlah mas aku yang akan menjaga Jihan sampai kamu kembali,” Ucap Kanaya yang kasihan melihat damar menahan ngantuk.
“Apa tidak masalah sayang, mas juga tau kamu pasti tidak tertidur nyenyak karena memikirkan kami juga tadi malam,” Ujar Damar seakan tahu, kondisi tadi malam Kanaya seperti apa.
“Tidak masalah mas, lagian kalau aku sangat lelah, aku akan berbaring di samping Jihan untuk tidur nanti,” Katanya menyakinkan Damar.
“Baiklah kalau begitu, mas ke kamar dulu,” Pamitnya pada Kanaya.
**
Hari itu pun menunjukkan sudah waktu sore, Damar pun sudah kembali ke kamarnya untuk bersiap-siap, Untuk membawa makan malam untuk Jihan dan Kanaya.
Badannya terasa segar, setelah beristirahat beberapa jam, saat tadi di kamar.
Sedangkan Kanaya masih berada di kamar Jihan, menemani adiknya yang masih tertidur. Setelah di periksa dokter beberapa waktu lalu.
“Jihan mengapa kamu belum bangun juga dek, kakak khawatir,” Kata Kanaya merasa sedih.
Tak lama Jihan pun bangun, membuka matanya perlahan.
“Kakak” Panggilnya.
“Alhamdulillah dek kamu sudah sadar” Jawab Kanaya.
“Kak Kanaya maaf kan aku, yang merepotkan kakak. Aku mengacaukan liburan kita kak, jangan marah ya kak,” Katanya sedih saat baru sadar dari tidurnya.
“ Tidak apa Jihan, kamu tidak perlu memikirkan apa pun selain kesehatan kamu ya,” Jawab Kanaya.
“Tapi kak,,-“
“Tidak ada tapi-tapian, kamu cukup kembali sehat. Itu saja cukup untuk kakak” Kata Kanaya.
“Baiklah lah kak,” Ucap Jihan.
“Oiyaa kak, dimana bang Damar. Jihan tidak melihatnya disini?” Tanya Jihan.
“Tadi abangmu lagi bersih-bersih,solat, beristirahat lalu memesan makan malam untuk kita. Sebentar lagi juga akan datang, kami bergantian menjagamu dek,” Jawab Kanaya.
“Terima kasih kak” Kata Jihan.
“Iya sama sama, kamu menginginkan sesuatu jihan?” Tanya Kanaya.
“Tidak kak” Jawabnya.
Tak lama damar pun datang ke kamar tersebut, membawa beberapa makanan berat, dan cemilan yang ia pesan tadi di restoran hotel.
“Hai Jihan, bagaimana keadaan mu, apakah sudah membaik?” Tanya Damar.
“Sudah bang, jauh lebih mendingan. Terima kasih dan maaf merepotkan abang,” Jawabnya merasa tidak enak.
“Sudahlah kamu dari kemarin selalu berbicara begitu, kamu itu adik kami mana mungkin merepotkan! iya kan sayang,” Kata Damar pada Kanaya.
“Iyaa betul itu yang di katakan abangmu Jihan, seharusnya kamu tidak usah merasa bersalah. Cukup kamu perhatikan kesehatan kamu agar pulih ya dek” Kata Kanaya.
“Iyaa kak, abang” Jawabnya lagi.
“Ya sudah mas, kamu tolong jaga Jihan dulu ya, aku mau ke kamar kita dulu, mau bersih-bersih lalu solat, “ Ucap Kanaya.
“Iya sayang” Jawab Damar.
“Oh iya mas hampir aku lupa, Jihan diberi makan saja dulu tidak usah menunggu ku. Mungkin aku akan sedikit lama, lagian tadi siang juga ia belum makan, kasian kalau nanti menunggu ku,” Kata Kanaya.
“Iya sayang kamu makan dengan mas saja, kita makan berdua di bawah saja nanti,” Ucap Damar memutuskan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 78 Episodes
Comments