Begitulah pemikiran polos Nisa.
Salahnya juga, Zein adalah orang pertama yang datang ke rumah Nisa dan mengaku menjadi pacar Nisa. Tentu saja keluarganya amat senang, karena putri kecilnya udah mengenal cinta.
🍃~🍃~🍃~🍃~🍃
Zein pov -
Setelah perjalanan panjang kurang lebih 14 jam, Zein sampai di kota X tempat Nisa bekerja.
Untuk sementara waktu ia akan tinggal di hotel yang dekat dengan perusahaan tempat Nisa bekerja. Gak mungkin dong ia tidur di kost Nisa? secara ia belum resmi menjadi suami Nisa. Dan sesudah keluar stasiun Zein segera memesan taksi untuk mengantarnya ke hotel.
Waktu baru menunjukan pukul sebelas siang, jadi ia masih punya waktu beberapa jam untuk mengistirahatkan tubuhnya dengan benar. Lalu sesudahnya ia akan menjemput Nisa dari tempat kerjanya.
🍃Di tempat kerja Nisa
Gara-gara terlalu capek, rencana Nisa untuk menghubungi Zein menjadi kelupaan deh. Bangun-bangun udah subuh, jadi ya gak mungkin menelpon dia pagi-pagi gitu, apakata dunia? segitu ngebetnya kah Nisa? Begitulah sekelebat pemikiran polos Nisa.
"What's ... au ah gelap! Pokoknya nanti pulang kerja gak usaj beli makan dulu."
"Pokoknya langsung pulang trus telepon kak Zein," gerutu Nisa dalam hati.
Mana berani ia ngomel-ngomel saat jam kantor. Bisa berabe entar, belum lagi dapat tatapan tajam dari mbak-mbak admin itu, hhhh ... membayangkannya saja sudah membuatnya bergidik ngeri.
Entahlah, untuk saat ini Nisa hanya nyaman saat ngobrol dengan Zein, entah itu yang disebut cinta atau kebutuhan, yang jelas ia nyaman disisi Zein.
🍃After 4 jam di hotel.
Zein sudah menyiapkan segala sesuatunya, ia pun segera berlalu menuju kantor Nisa. Ia tidak ingin sampai terlambat menjemput Nisa. Akan lebih baik jika ia bisa datang lebih dulu ketimbang Nisa sudah keluar dari kantor. Sebab ia belum tau dimana letak kost Nisa.
Sesudah menunjukan alamat perusahaan Nisa, taksi yang ditumpangi Zein segera meluncur ke lokasi. Hanya sekitar dua puluh menit, ia sudah sampai di sana.
Zein segera menunggu Nisa di depan pintu keluar karyawan, karena lima belas menit lagi tentunya Nisa akan keluar dari situ.
"Kalau gak salah prediksi sih, dan semoga saja Nisa tidak lembur," doa Zein dalam hatinya.
Ia masih berdiri di dekat taksi itu, sambil memberi kode pada supirnya untuk menunggu sebentar sampai Nisa keluar.
Dan tepat seperti dugaannya Nisa keluar dua puluh menit kemudian. Nisa yang tak menyangka melihat orang yang dirindukannya datang kesini, berjingkrak senang.
"Kak Zein ..." sapa Nisa sambil melambaikan tangannya ke arah Zein.
"Hallo sayang ..." jawabnya.
"Ih kok bisa si kakak sampai kesini?" tanya Nisa antusias.
Tapi karena suasana gak nyaman, Zein ahirnya meminta Nisa ikut masuk ke taksinya. Nisa mau menolak tapi tangan Zein sudah lebih dulu menariknya masuk.
"Kak, kita mau kemana? Nisa masih pakai seragam kerja ni?"
"Ya udah, kita ke kost kamu dulu aja!"
"Gpp Ni?"
Zein hanya menanggapi dengan anggukan kemudian menyuruh supir menuju tempat yang ditunjukan Nisa. Sedangkan wajah Nisa memerah karena tatapan Zein menghipnotisnya. Degupan jantung Nisa pun sudah sahut-sahutan.
Setelah sampai, Zein menunggu di mobil, sedang Nisa hanya mau berganti pakaian dan mandi. Nisa pun bergegas naik dan menuju kamarnya. Ia mengambil beberapa barang yang dibawa dan langsung dimasukkan dalam tas.
Ia segera mandi dan berganti baju. Bahkan karena terburu buru ia lupa tak memakai make up. Meskipun begitu ia tetap terlihat cantik dan menawan.
Sesudah Nisa siap, ia pun bergegas turun dan masuk mobil. Lalu mesin mobil dinyalakan dan langsung menuju tempat yang dipesan Zein.
Ternyata tempat tujuan Zein adalah tempat ia menginap. Selama diperjalanan mereka berdua tak berbicara, tapi tatapan mereka berdua menyiratkan kerinduan yang mendalam satu sama lain. Terlebih tautan tangan mereka sedari tadi belum terlepas sama sekali.
Andaikan boleh memeluk, atau mencium pasti sudah Zein lakukan. Tapi ia amat menjaga gadisnya sampai saat " SAH " nanti diucapkan. Itulah kenapa meski bisa bicara mesra di telpon tapi saat bertemu seperti ini, mereka hanya berani melakukan kontak mata dan berpegangan tangan saja.
Nisa yang hanya mengenakan baju seadanya begitu gugup ketika ternyata dia dibawa ke sebuah hotel. Nisa memelototkan matanya ke depan. Dan Zein pun paham akan bahasa tubuh Nisa.
"Tenang Nisa, aku gak akan ngapa-ngapain kamu kok!" terang Zein pada Nisa yang sedari gugup.
"I ... i ... iya kak," jawabnya pelan.
Sesudah membayar taksi, Zein melanjutkan untuk memegang tangan Nisa dan menuntunnya masuk ke hotel itu.
Sesampainya di tempat yang sudah ia pesan, ia mempersilahkan Nisa duduk. Dan ia pun memanggil pelayan untuk menyiapkan makanan yang sudah ia pesan tadi siang.
Sembari menunggu pesanan datang, mereka mengobrol.
"Kamu gak apa-apa kan Nis aku ajak kesini?" tanya Zein memulai pembicaraan.
"Gpp kak, cuma kaget aja ... he he he ... betewe jam berapa kakak sampai disini?"
"Baru tadi jam sebelas siang sih, maaf ya gak ngabarin kamu dulu?"
"Eh, gak apa-apa juga kak! malah aku seneng." ucap Nisa tertunduk.
"Oh ya, trus selama menunggu aku pulang kerja tadi kakak istirahat dimana?"
Zein hanya tersenyum, ia tau gadisnya sungguh memperhatikannya, bahkan hal sedetail itu langsung ia tanyakan.
"Ya istirahat disini!" jawabnya pelan tapi pasti.
"Hahh! serius? Pasti mahal banget kan biaya menginap disini! Kenapa gak bilang sama Nisa sih, kan bisa aku bantu buat mencarikan tempat buat istirahat."
"Kan namanya surprise, kalau dikasih tau namanya bukan kejutan lagi dong!" goda Zein tepat sasaran, karena wajah Nisa bersemu merah.
"Ha ha ha ... bisa aja kakak ini!"
"Ya bisa dong! atau Nisa mau temenin kakak istirahat disini?" goda Zein.
"Ih ngarep! Nisa mah ogah. Lagian nginep disini kan mahal kak!"
"Engga kok, lagian apa si yang enggak buat Nisa, semua juga untuk kamu sayang."
Nisa yang terus digodain sama Zein sedari tadi, membuat rona di pipinya makin memerah. Untung saja pesanan makanan sudah datang.
"Ih, apa-apaan sih kak Zein ini! udah datang tiba-tiba, eh sekarang malah ngajak makan di tempat yang mahal, mana ngajak nginep berdua disini pula?" omel Nisa dalam hatinya.
Pikirannya nano-nano sekarang, antara senang, bahagia, terharu dan juga bingung.
Setelah makanan tersaji, Zein pun mempersilahkan Nisa untuk makan. Memang sedari tadi ia juga belum makan. Ia sengaja menunggu agar bisa makan berdua di temani Nisa. Suasana kayak begini membuat rasa lelahnya terbayar LUNAS.
Nisa yang belum pernah makan di hotel pun agak terlihat kikuk, tapi dia berusaha untuk mentralisir kegugupannya saat itu.
"Nisa ..."
Nisa pun mendongakkan wajahnya melihat pacarnya tersebut.
"Eh, iya kak, ada apa?"
"Nisa 'ga seneng ya kakak ada disini?"
Nisa menghentikan makannya sejenak, kemudian menjawabnya.
"Ya seneng banget dong kak, masa gak seneng si pacarnya datang."
"Mmm, kok daritadi kakak gak dipeluk?" goda Zein.
"Eh, itu anu ..." Nisa bingung harus bicara apa, karena memang sedari dulu saat ia punya pacar belum pernah berpelukan atau lebih dari sekedar bergandeng tangan.
Jalan berdua saja hanya beberapa kali, masa bisa melakukan hal lebih dari itu. Selama bersama kekasihnya detak jantung Nisa selalu naik tempo cepat, intinya sudah tidak bisa dikondisikan normal, apalagi melakukan adegan lebih dari itu. Bisa-bisa mati berdiri ia.
Zein yang sedari tadi sengaja menggoda Nisa hanya senyam-senyum melihat Nisa yang salah tingkah dari tadi. Sungguh tingkah laku Nisa saat ini membuatnya bahagia dan menjadi hiburan tersendiri untuknya.
~ Bersambung ~
.
.
.
.
...DUKUNG SELALU AUTHOR DENGAN CARA...
...LIKE...
...KOMEN ...
...FAVORIT...
...GIFT/VOTE...
...TERIMAKASIH BANYAK🙏😊...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 224 Episodes
Comments
CebReT SeMeDi
lanjut
2021-10-19
0
🤍
Semangat...
2021-07-23
1
Titik pujiningdyah
like kak
2021-06-15
0