Fadhil adalah pemuda berkulit putih dengan alis tebal, rambut sedikit bergelombang dengan belahan tengah. Untuk ukuran tubuhnya enggak tinggi juga enggak pendak, tingginya sekitar seratus enam puluh lima centimeter.
Karakternya sedikit pendiam, tidak banyak bicara apalagi dengan orang yang belum dikenal. Sedikit introvert, tapi disukai teman-temannya karena ia merupakan tempat curhat yang asyik.
Fadhil adalah lulusan otomotif, sebelumnya ia juga pernah mengikuti pendidikan pesantren selama tiga tahun. Dia merupakan anak pertama dari tiga bersaudara. Tapi adiknya yang kedua meninggal saat bayi, sedangkan adiknya yang ketiga sekarang masih duduk di kelas dua Sekolah Menengah Pertama.
Fadhil sebenarnya tak boleh bekerja ke luar kota. Karena kedua orang tuanya tak ingin jauh dari anaknya. Perasaan bersalah selalu meliputi kedua orangtuanya, karena tanpa memikirkan keinginan Fadhil, mereka terpaksa memasukkan Fadhil ke pondok pesantren.
Tetapi disaat Fadhil masih ingin mendalami ilmu agama, kedua orangtuanya malah menyuruh Fadhil bekerja. Padahal ia ingin melanjutkan pendidikan agamanya di pesantren, tapi karena tidak memiliki biaya yang cukup, akhirnya Fadhil lebih memilih bekerja dan menjauh dari kedua orang tuanya untuk belajar mandiri.
Berbekal ijazahnya, Fadhil mengirim lamaran kerja di Kota X, dan ahirnya diterima. Fadhil berangkat sendiri ke Kota X. Bermodalkan uang yang sedikit ia mencoba peruntungannya. Beruntung, di tempat ia bekerja mempunyai sebuah asrama untuk pekerja dari luar kota seperti dirinya.
Kebetulan pula asrama Fadhil berdekatan dengan kost Yogi. Hingga akhirnya mereka berteman. Enaknya di dekat asrama Fadhil banyak sekali penjual makanan yang selalu terparkir rapi di depan asrama setiap sore sampai malam hari.
Mengakibatkan banyak pula anak rantau yang suka jajan makanan di situ. Pilihan menunya pun banyak ada bakso, nasi goreng, aneka penyetan, nasi campur, sate, aneka gorengan, mie ayam dan ada sebuah warung kopi.
Hampir setiap malam daerah situ selalu ramai, terang saja karena harganya pun cukup ramah kantong. Misalnya saja nih penyetan telur terong dan tempe plus es tehnya cukup membayar sepuluh ribu saja. Sedangkan untuk aneka gorengan harga perbijinya cukup lima ratus rupiah saja. Cukup ramah kantong, 'kan ya buat anak kost.
Karena kebetulan atau mungkin karena sering bertemu ahirnya Yogi dan Fadhil pun berteman. Fadhil anak yang pendiam dan introvert sama persis kayak Nisa.
Bedanya ia tak seceria Nisa si, tapi pembawaannya yang mengayomi, membuat Yogi bisa nyaman dengannya. Dengan menemukan sedikit persamaan dengan Nisa dan membuat mereka bisa berteman.
🍃Sore itu..
"Hei Fadhil, baru pulang ni?"
"Eh Yogi ... iya ni, baru aja sampai, tadi banyak yang service mobil, jadinya ya beginilah jam segini baru pulang!" Celetuknya.
"Oh ya udah kalau gitu, cepetan masuk sana, trus abis itu kita ngopi bareng guys."
"Sip."
Yogi hanya membalas senyum sembari membayar jajan gorengannya. Selesai membeli camilan ia pun kembali masuk ke area kostnya.
Maklum Yogi memang doyan ngemil, apalagi ngemil aneka jajan gorengan. Dia mah tipikal cowok yang suka gemil banget! Nggak kalah sama wanita.
Setelah Fadhil memasuki asrama, ia segera mengganti baju kerja lalu bersiap mandi, sehabis itu melaksanakan sholat maghrib. Sesuai janjinya ia pun mengirim pesan singkat pada Yogi, untuk persiapan ngopi bareng bersamanya.
Dret ...
Dret...
Dret...
"Gik, jadi ngopi nggak? Kalau iya sekalian, gue mau keluar sebentar cari makan abis itu kita ngopi di tempat biasa."
Pesan terkirim.
"Emm, oke deh! Nanti gue tunggu di sana 😎 "
Setelah meletakan ponsel di saku celananya, Fadhil segera bersiap untuk keluar dari kamar.
Ia bergegas menuruni tangga dan menuju gerbang, niatnya malam ini ia mau makan penyetan ayam saja. Rasanya itu bisa mengobati rasa rindunya akan citarasa masakan ibunya.
Setelah makan malam selesai, ia bergegas untuk menemui Yogi di tempat biasa.
Beberapa menit kemudian.
"Hai Bro, baru sampai? udah kenyang belum?" sapa Yogi dari tempat duduknya.
"Alhamdulillah udah, makanya gue kesini buat nyamperin elu."
"Gimana-gimana kerjaannya lancar kan?"
"Ya, begitulah, alhamdulillah lancar. Bersyukur banget punya bos kaya pak Reno, yang baik hati dan sabar buat ngajarin aku."
"Alhamdulillah kalo begitu, gue ikut seneng dengernya."
"Nah kalo kerjaan kamu gimana? lancar juga kan? enak banget kerjamu di ruangan AC makanya sekarang tambah putih aja," serunya sambil terkikik kecil.
"Ahai ... lu bisa aja, kalau kulit gue mah item manis, jadi meskipun di ruangan AC ya tetep aja kayak gini, ga kaya Nisa tu yang tambah manis aja dari hari ke hari, apalagi kalo dibanding elu ya jelas gue kalah jauh lah."
"Kalau kerjaan gue mah ya gitu deh, cuma Nisa dan Ari aja yang disukai pak Boss. Kayaknya mereka anak emas gitu, beda ama gue," tambahnya lagi.
"Oh... emang Nisa siapa si? bukannya sama kayak kamu masih anak training. Kok bisa beda gitu perlakuannya."
"Ya emang si, tapi Nisa dan Ari tu anaknya cepet adaptasi gitu dan yang jelas lebih rajin ketimbang aku..."
"Wkwkwkkwk... kan lu tau sendiri, aku mah banyak becandanya ketimbang kerja, dan kalo disuruh lembur ya gue ogah, beda lagi ama tu anak berdua."
"Ya kalo gitu ya nggak salah si, 'kan emang jelas penilaiannya."
"Ya begitulah, tapi gue mah nggak ambil pusing, yang penting kerja, kalau uda bosen ya pasti gue out."
"Kok gitu? kan perusahaan tempat lu kerja gajinya gede?"
"Ya emang gede si, tapi makanan sini nggak ada yang cocok ama lidah gue, gue masih nyaman ama kampung halaman gue yang asri. "
"Oh."
Fadhil hanya manggut-manggut saja meng-iya-kan perkataan Yogi barusan. Obrolan mereka terus berlanjut sampai malam. Sampai akhirnya pukul setengah sepuluh malam Fadhil ijin undur diri, karena udah capek dan pengen segera istirahat.
Ahirnya pertemuan kedua anak rantau tersebut berahir.
.
.
...Di dalam kamar Fadhil....
Fadhil memang tinggal di asrama, dan mayoritas penghuninya cowok semua. Jadi, ya, begitulah kehidupannya tak jauh beda saat seperti di pesantren. Cuma bedanya dulu ia sekamar dengan beberapa santri, kalo sekarang sekamar ya sendirian. Untungnya ada kamar mandi dalam. Enggak seperti kost Nisa.
Sesudah memasuki kamar, Fadhil segera ambil wudhu dan segera menunaikan ibadah sholat Isya' dan sesudahnya ia rebahan di kasurnya. Sambil menyalakan televisi dan sesekali mencari acara hiburan yang barangkali bisa menemani kesepiannya.
Begitulah Fadhil yang lebih banyak memilih menghabiskan waktu di dalam kamar, dan sesekali keluar kamar hanya untuk cari makan atau minum.
Kalo urusan mencuci atau membersihkan kamar, semua akan dilakukan Fadhil sendiri. Ia sudah terbiasa hidup mandiri saat masih di pesantren dulu. Jadi kehidupannya sekarang tak lebih jauh dari jaman dulu.
Di dalam kamar Fadhil juga cuma ada 1 tempat tidur, 1 almari, 1 kipas angin, 1 TV dan 1 tempat air minum ( galon AQua ), dan 1 alat pemanas air, yang bisa dipake buat mie instan atau kalo lagi pengen ngopi.
Soalnya di asrama Fadhil dilarang untuk masak, karena ditakutkan akan terjadi kebakaran.
.
.
...MAAF KALAU MASIH CERITANYA MASIH ACAK ADUL 🙏...
...MAAFIN OTHOR YA, MASIH BELAJAR NULIS SOALNYA 🙈...
.
.
...~ Bersambung ~...
...JANGAN LUPA DUKUNG AUTHOR DENGAN LIKE, KOMEN, FAVORIT DAN GIFT, TERIMAKASIH BANYAK🙏...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 224 Episodes
Comments
Siapa Aku?
anak rantau cemungut💪❤❤❤
2021-12-21
0
HIATUS
Fadhil lulusan pesantern keren 👍
2021-11-24
0
CebReT SeMeDi
like dl
2021-10-19
0