...Nisa... terimalah aku...
...Dampingilah aku sepanjang hidupmu...
...Aku berjanji akan selalu membahagiakanmu...
...Jika engkau memberikan aku kesempatan...
...I love you Nisa...
...Semoga engkaulah jodoh yg dikirimkan Tuhan untukku... aamiin...
🍃~🍃~🍃~🍃~🍃
Nisa pov -
Satu minggu berlalu dengan cepat. Ahirnya masa cuti Nisa berakhir, ia harus segera kembali ke kota X untuk kembali bekerja. Harapannya untuk kuliah pupus sudah.
Sekarang ia hanya bisa kembali bekerja dan melanjutkan mimpinya menjadi Designer Interior di sebuah perusahaan terbesar di kota X.
Karena Zein tidak bisa pulang saat ini, ia harus menelan kekecewaan kembali. Tapi Zein berjanji untuk mendatangi Nisa kembali satu minggu lagi di kota X.
Pekerjaan Zein di perusahaan tidak bisa ditinggalkan saat ini, malah kemarin Zein minta ijin pada Nisa untuk berangkat ke luar negeri. Ia harus memimpin rapat di sana mewakili perusahaan tempat Zein bekerja.
Zein bekerja di bidang design grafis dan multimedia. Bahkan kadang Zein juga suka membuat sket animasi. Dia dan Nisa memang hobby membuay sketsa.
Bedanya Zein lebih suka ke anime dan Nisa lebih suka ke desain arsitek dan dekorasi. Dua bidang yang berbeda tapi berlatar belakang sama. Sama-sama menggeluti dunia seni rupa. Kadang Zein suka membuat sketsa tentang Nisa.
Dan Nisa suka membuat desain rumah minimalis yang mungkin dimasa datang akan menjadi rumah impiannya bersama pasangan hidupnya nanti. Nisa belum berkeinginan untuk berumah tangga. Karena selama ini masih fokus ke karir dan studynya.
Pagi hari sekitar pukul delapan pagi, ia diantar kakaknya ke terminal. Dan untungnya sudah ada bus yang mau berangkat ke kota X. Ia pun segera naik bus tersebut.
Dan setelah 8-9 jam perjalanan, ia tiba di kota X. Tanpa memberi tau Yogi tentang kedatangannya, Nisa pun memilih naik bus kota menuju kostnya. Setelahnya ia hanya akan berjalan kaki menuju kost.
Karena hari sudah sore, Nisa mampir ke kedai makan dan memesan menu pecel lele disana. Karena memang ia belum makan dari siang dan sepertinya ia butuh amunisi untuk mengisi tenaganya biar kuat berjalan sampai kostnya nanti.
Tak disangka, sore itu Fadhil juga ingin sekali makan pecel lele. Karena hari itu weekend jadi ia libur. Dan ia bisa membeli makan sore itu, tanpa harus menunggu malam.
Kebetulan ia dan Nisa berada di tempat yg sama. Nisa yg masih asyik makan tiba-tiba dihampiri Fadhil.
"Ehemm ..."
Nisa yang tengah asyik makan pun menghentikan makannya. Ditengadahkan wajahnya ke arah orang yang berdehem tersebut.
"Eh kak Fadhil ..." sahut Nisa.
"Kok bisa disini kak," ucapnya sedikit kaget.
"Ha ha ha ... kebetulan lagi laper dan pengen makan lele, makanya kemari," sahutnya sambil tersenyum.
Mereka pun duduk berhadapan. Kemudian makanan yang dipesan Fadhil pun datang. Fadhil juga makan sama persis dengan yang Nisa makan.
Sesekali pandangan mata mereka bertemu dan sesekali mereka tersenyum.
"Senang sekali melihat orang yang kita kangenin bisa didepan mata," batin Fadhil senang.
Kerinduannya selama ini terasa terobati. Senyumnya terus mengembang sedari tadi. Nisa yang menyadari tingkah Fadhil, kemudian menegurnya.
"Kok senyum-senyum sih kak, ada yang anehkah dengan wajahku?"
"Eh ... enggak Nis.. enggak ada yang salah kok, aku cuma seneng aja bisa makan bareng kamu lagi. "
"Oh ..."
Beberapa saat kemudian.
"Alhamdulillah udah kenyang," sahut Nisa dengan riang, sepertinya energinya kembali full setelah makan.
"Kak, karena udah selesai, aku pamit duluan ya, emm udah gerah nih, mau mandi plus bubuk."
"Eh, tunggu Nis, biar aku antar, kayaknya kamu baru datang ya?" tanyanya memastikan.
Nisa yg sudah mau pergi ke kasir pun duduk kembali.
"Apa tidak merepotkan kak?" tanya Nisa amat hati-hati.
"Emm engga kok, lagian bawaan kamu banyak Nis, tapi bentar ya aku selesaikan dulu makanku," pintanya.
"Em, iya kak, 'ga usa terburu-buru kak, nanti tersedak loh!" canda Nisa.
Tiba-tiba dering telpon Nisa berbunyi. Nisa pun mengangkat telponnya. Ia sedikit menjauh dari Fadhil saat telpon. Ia memang begitu, karena 'ga terbiasa saat telpon ada orang ketiga didekatnya.
"Hai sayangnya kak Zein?" ucap Zein diseberang sana.
"Hai kakak ..." jawab Nisa senang.
Sepertinya lelahnya langsung sirna seketika, dan sudah berganti keceriaan meski hanya mendengar suara Zein.
"Gimana, uda sampai belum? oh ya mau aku bawakan oleh-oleh apa dari sini?"
"Kak Zein uda pulang dari LN?"
"Belum, besok baru pulang, pesawatnya akan take off sekitar jam enam sore."
Kebetulan hari ini free makanya mau tanya kamu mau dibeliin oleh-oleh apa dari sini?"
"Emm, apa ya? apa aja deh, yang penting asal semua dari kak Zein pasti Nisa suka," jawabnya antusias.
"Hemm, kalo gitu nanti aku bawakan yang spesial ya, pake telor yang banyak, ha ha ha ...." usil Zein pada Nisa.
"Loh kok pake telor, emangnya martabak apa!"
"Huh, kak Zein bisa-bisanya deh, au ah gelap," jawab Nisa seolah sedang ngambek.
"Uluh-uluh, sayangnya kakak 'ga boleh ngambek dong, entar 'ga jadi ketemu lagi gimana hayo?"
"Akh, pokoknya minggu ini harus ketemu, gak boleh diundur lagi!" jawab Nisa sewot.
Fadhil masih memandangi Nisa, yang terkadang berubah-ubah ekspresinya saat telepon. Mengakibatkan sedikit rasa nyeri di hatinya.
Entah apa yang dirasakannya sekarang? Mungkinkah cemburu? atau entahlah! Nyatanya dia memang 'ga suka saat Nisa asyik bertelpon ria dengan kekasihnya.
Nisa yang menyadari ada yang menatapnya dari kejauhan, baru teringat saat ini ada Fadhil disebelah sana menunggunya. Dan ternyata ia sudah selesai makan.
"Kak, telponnya disambung nanti ya! Nisa mau pulang ke kost dulu."
"Loh emang belum sampai di kost?" tanyanya.
"Belum kak, karena Nisa lapar, makanya mampir dulu ke tukang pecel lele, he he he ..."
"Ya udah kalau begitu, hati-hati ya sayang."
"Love you kak ..." ucap Nisa setengah berbisik.
"Love you Nisaa, mmmuuaacchhhhh."
Nisa yang malu-malu pun membalasnya.
"Eemmmmuuuaaacchhhh."
Zein di seberang sana pun tersenyum geli, karena ini pertama kalinya memakai kalimat tadi, begitupun dengan Nisa. Wajahnya masih memerah karena malu. Ia pun mengubah ekspressinya karena sadar disana ada Fadhil.
"Maaf kak, udah lama ya?" tanyaa Nisa yang meminta maaf pada Fadhil.
"Engga apa-apa Nis, kalau udah yuk pulang!" ajaknya.
"Siap"
Nisa pun mengambil ranselnya, dan juga bawaannya. Tapi segera diraih Fadhil, tak sengaja tangan mereka bertemu saat hendak mengangkat tas.
"Mm biar aku yang bawa Nis, ini berat lo."
"Engga usah kak, ini uda biasa kok," jawab Nisa seraya menolak dengan halus.
"Udah kamu bawa ranselnya aja, yang lain biar aku bantu bawain, aku kebetulan bawa motor kok, tuh motornya." Ucapnya sambil menunjukkan ke arah motornya.
"Eh iya ..." jawab Nisa.
Fadhil pun segera naik ke motornya. Dan meminta Nisa naik ke motornya setelah barang-barang Nisa ia taruh didepannya.
"Naik Nis," pinta Fadhil.
"Iya ..." Nisa pun naik ke motornya.
Dan mereka berdua menuju kost Nisa. Beruntungnya sore itu ia bertemu Fadhil, setidaknya ia bisa menghemat waktu.
Sungguh nikmat membayangkan nanti bisa tidur enak di kost, apalagi setelah mandi.
"Humm ... sangatlah menyenangkan," batin Nisa.
~ Bersambung ~
.
.
.
...DUKUNG AUTHOR DENGAN CARA...
...LIKE...
...KOMEN...
...FAVORIT ...
...dan GIFT-NYA...
...TERIMAKASIH BANYAK...
JANGAN LUPA MAMPIR DI KARYA FANY YG LAINNYA, DITUNGGU🙏😊
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 224 Episodes
Comments
Lady Meilina (Ig:lady_meilina)
Jejak dulu kak author 💕
2021-12-03
0
CebReT SeMeDi
masih booom
2021-10-19
0
🍭ͪ ͩ✹⃝⃝⃝s̊S𝕭𝖚𝖓𝕬𝖗𝖘𝕯☀️💞
semangat
2021-10-04
0