Setelah Siliwata berhasil membunuh si raja iblis sang penguasa negri berlian perak, siliwata menjadi buronan para prajurit negri berlian perak, Siliwata berlari menghindari para prajurit, karena Siliwata tidak mau banyak korban lagi yang berjatuhan.
Puluhan prajurit terus mengejar Siliwata dengan pasukan berkudanya.
Hea hea hea hea...
Puluhan prajurit semakin kencang memacu kudanya, dan sebagian lagi terus menghujani Siliwata dengan puluhan anak panahnya tapi tak satu pun anak panah yang bisa menembus tubuh Siliwata.
Ketika Siliwata memasuki gurun yang tandus dengan hamparan pasir yang luas, dari arah depan Siliwata muncul pula pasuka prajurit dengan membawa senjata yang lengkap, dan siliwata kini sudah terkurung oleh ratusan prajurit, dan Siliwata pun berhenti.
''Mau lari kemana lagi kau keparat.'' Ucap salah satu hulu balang.
Siliwata hanya tersenyum dengan raut wajah yang tenang penuh keberanian.
''Para prajurit, sebaiknya kalian kembalilah ke keraja'an, sebelum kalian semua menyesal.'' Ucap Siliwata.
''Kami akan kembali, setelah memenggal kepalamu, prajurit bunuh orang ini dan penggal kepalanya untuk diserahkan pada tuan patih.'' Seru hulu balang.
Begitu hulu balang menyerukan untuk menghabisi Siliwata, para parjurit pun langsung menyerang Siliwata.
Siliwata nampak tenang, dengan sorot matanya tajam, dan tanpa sepengetahuan para prajurit, dengan cepatnya Siliwata mencabut pedang mamba merahnya sambil melesat untuk menghabisi para prajurit yang mengurung dirinya.
Ciaaatt...
Clek celekcek clek clek.
Tubuha siliwata berputar kencang, dengan pedang mamba merah yang telah menghentikan serangan dari para prajurit itu.
Hanya dalam hitungan menit puluhan prajurit sudah di bikin tidak berdaya, darah-darah segar membasuhi pedang mamba merah, dan para prajurit banyak yang terluka ada yang putus lengannya, ada yang robek dadanya dan ada pula yang kepalanya lepas dari badan.
''Ayo apa kalian ingin pulang ke neraka, cepat maju biar negri ini menjadi dibanjir oleh darah.'' Teriak Siliwata.
Para hulu balang sejenak terdiam dan kaget dengan kecepatannya, Siliwata bisa menghabisi prajuritnya hanya dalam sekejap.
''Gila baru kali ini saya menyaksikan petarung yang sangat cepat dan sadis, tapi saya malu apabila harus mundur dari medan laga.'' Gumam hulu balang dalam hatinya.
Siliwata berdiri dengan gagah berani, pedang mamba merah yang sudah memerah oleh darah dari puluhan prajurit yang terbunuh dan terluka, masih berada di genggamannya.
''Hulu balang lebih baik kalian kembali ke kota raja, bawa para prajuritmu yang terluka, sebelum kesabaranku habis.'' Ucap Siliwata.
''Persetan dengan semua itu, kami para hulu balang berlian perak tidak akan mundur selangkah pun meski nyawa kami jadi taruhannya.'' Seru hulu balang.
Ke empat hulu balang dari keraja'an berlian perak, mencabut pedangnya masing-masing, untuk membela sang prabu denta warna diksa yang telah tewas di tangan Satria mamba hitam (Siliwata).
Sedangkan Siliwata selalu bersikap tenang, dan berdarah dingin, tapi di balik itu semua tersimpan watak yang kejam bila hatinya sudah terluka.
Kini ke empat pedang dari para hulu balang sudah berputar-putar kencang menggulung Siliwata yang masih berdiri di tengah dengan tenang dan pandangannya yang tajam memperhatikan setiap putaran dari ke empat pedang itu, ketika ke empat pedang hulu balang di tebaskan pada Siliwata, sungguh tidak di sangka pedang mamba merah melesat tanpa bayangan.
Clek clek clek celekcek.
Aaauuuggggghhhhhhhh.....
ke empat hulu balang tiba-tiba menjerit dan pedang nya terpelanting terbang ke atas, dan apa yang terjadi, ke empat hulu balang sudah bersimpuh darah dengan luka merobek yang sangat dalam di perut mereka masing-masing, sehingga isi dalam perutnya hampir keluar.
Siliwata kini menyarungkan kembali pedangnya, pedang penebar maut itu kini sudah berada dalam sarungnya.
Dan lapangan gurun yang tandus kini berubah menjadi me merah oleh darah-darah para prajurit dan hulu balang, dan negri berlian perak kini telah di banjiri oleh darah, dari jasad-jasad para pengabdi sang prabu denta warna diksa alias si raja iblis yang kini telah gugur dalam pertarungannya melawan satria mamba hitam.
Kejadian itu menjadi catatan sejarah bagi masyrakat negri berlian perak khususnya, dan umumnya bagi seluruh negri bahwa raja yang kejam bersama kekuasa'annya kini telah musnah.
Setelah itu Siliwata pun pergi meninggalkan negri berlian perak, dengan ilmu mamba anginnya Siliwata berkelebat ke barat menuju gua pertala, gua tempat dimana naga hijau mendirikan keraja'annya.
Sebuah gua yang terletak dibawah kaki gunung karang badra.
Tidak lama kemudian Siliwata telah menginjakan kakinya di bawah gunung karang badra, kemudian ia berjalan ke arah di mana gua pertala berada, jalan setapak dengan di penuhi oleh pohon-pohon yang tinggi menjulang di sisi kiri kanannya jalan yang sedang Siliwata lalui.
Begitu Siliwata sampai di sebuah tebing batu, yang di penuhi oleh rumput-rumput liar, dan di atasnya terpajang sebuah patung berkepala naga, kemudian Siliwata berhenti sambil memperhatikan ke sekeliling tebing tersebut.
''Ini kah yang di sebut gua pertala itu.'' Gerutu Siliwata.
Baru saja Siliwata berkata, tiba-tiba ada getaran hebat bersama'an dengan terdengar suara yang bergema.
''Selamat datang wahai satria mamba hitam, masuklah, rakyatku sudah menunggu kedatanganmu.'' Tutur Suara itu, yang tak lain penguasa gua pertala alias Naga haijau.
Ternyata getaran tersebut, bergesernya sebuah dinding batu yang tinggi, sehingga nampaklah sebuah lubang goa yang tinggi, kemudian Siliwata pun masuk ke dalam gua pertala tersebut.
Laorong goa yang panjang dan lebar, begitu Siliwata mendekati sebuah dinding batu yang terukir kepala naga, lalu Siliwata memegang gambar kepala naga itu.
guer guer guerr..
Dinding batu bergeser lagi, nampak terlihat oleh Siliwata banyak cahaya yang berkilauan dari setiap dinding goa tersebut.
''Ooh indahnya pemandangan di dalam goa ini.'' Ujar Siliwata, sambil terus melangkahkan kakinya menuju ke singgasana raja naga hijau.
Singkat cerita Siliwata telah sampai di singgasana raja naga hijau, ke datangan Siliwata di sambut oleh seluruhh ponggawa Naga hijau.
''Ayo satria, baginda prabu sedang menanti kedatanganmu.'' Ajak ponggawa.
''Terima kasih ponggawa, wooww ternyata di dalam goa ini banyak sekali pernak pernik sebuah mutiara, sungguh indahnya cipta'an yang kuasa, dan saya tidak menyangka, semakin dalam goa itu menjadi besar dan sangat luas.'' Celoteh Siliwata.
''Iya benar satria, karena tempat ini banyak sekali kekaya'an, maka dari itu baginda raja selalu menjaganya dan merahasiakan tempat ini, bila sudah tercium oleh bangsa manusia yang serakah dan haus akan ke kaya'an, pasti akan menjadi rebutan, dan akan banyaknya pembunuhan.'' Ujar ponggawa.
Setelah itu Siliwata pun sudah sampai di tempat kediamqnnya raja naga hiaju.
Sang raja naga hiaju menyambutnya dengan sangat ramah tamah.
''Selamqt datang saudaraku satria mamba hitam, silahkan duduk.'' Ucap sang naga.
Lalu Siliwata duduk di hamparan batu yang bening dan mengkilap, sambil memberikan hormatnya.
''Terima kasih baginda.'' Ucap Siliwata.
Kemudian sang raja naga hijau, mengumumkan pada seluruh ponggawa dan rakyatnya, bahwa satria mamba hitam adalah saudara kita, begitu ujar sang raja.
Tepuk tangan menyambut pada satria mamba hitam, memberikan pujian, atas keberhasilannya merebut mustika keraja'annya, bahkan telah berhasil membunuh sang pencurinya itu.
''Hidup satria mamba hitam..Hidup
Hidup satria mamba hitam...Hidupp..
Begitu pujian dai masyarakat naga, di bawah kepemimpinannya raja naga hijau.
Kemudian Siliwata maju, dengan berjalan sebagai mana para prajurit menghadap raja, untuk menyerahkan mustika naga hijau tersebut.
***********
Bersambung.
Terima kasih atas dukungannya, jangan lupa sertakan like, comentar, favorit, dan berikan votenya serta hadiah.
Salam sehat sejahtra selalu, dan sukses.
''Assalam mualaikum''
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 40 Episodes
Comments
Rusliadi Rusli
lanjut
2022-06-05
0
Santai Dyah
seru ini
2022-03-12
1
Elisabeth Ratna Susanti
keren 😍
2022-02-04
1