Diterakhir episode 9, Siliwata memutuskan untuk melanjutkan lagi perjalanannya untuk mengembara, karena masih banyak tugas yang Siliwata harus Jalani.
Di pagi hari yang cerah.
Siliwata berpamitan pada kepala kampung, jupri dan Rastam beserta warga Kadaka, untuk pergi meninggalkan kadaka, karena masih banyak yang harus Siliwata jalani.
''Pak kepala kampung, dan Paman jupri, Paman Rastam saya pamit ya, karena masih banyak urusan yang mesti saya selesaikan.'' Ucap Siliwata
''Iya Satria, saya beserta warga Kadaka, menghaturkan banyak-banyak terima kasih atas bantuan para satria menumpas angkara murka.'' Jawab Kepala Kampung.
''Iya Nak Siliwata, Paman dan Paman Rastam merasa kehilangan, Tapi kami juga mengerti keadaa'an nak Siliwata, selaku pendekar kesatria sejati yang harus menjalani kehidupan dengan berbagai macam masalah, dan masih banyak orang-orang yang membutuhkan pertolongan nak Siliwata.'' Ucap Jupri.
''Wah waah, perkata'anmu Jupri, seperti seorang pujangga, sangat bijaksana sekali.'' Ucap Rastam.
''Hehee, benar apa kata paman Rastam, Paman Jupri Sangat bijaksana, terima kasih Paman.'' Saut Siliwata.
Setela itu Siliwata bersiap, siap untuk melanjutkan lagi perjalanannya, Jupri dan Rastam nampak sedih harus ditinggalkan Siliwata, Kini Siliwata sudah mulai melangkahkan kakinya, keluar dari rumahnya kepala kampung kadaka.
Siliwata memandang dengan tajamnya kepada warga Kadaka dan berpesan.
''Kepada semua warga kadaka, terima kasih atas jamuan dan bekalnya untuk saya, masih ingat pesan saya.'' Ucap Siliwata.
''Tentu masih kesatria.'' Jawab salah satu dari Warga.
''Bagus, ku tinggal dulu ya, jaga kampung ini dengan baik, bila ada waktu senggang saya pasti menyempatkan untuk mampir lagi disini.'' Ucap Siliwata.
''Terima kasih Satria, dan selamat jalan.'' Ucap Warga.
Setelah semua urusan dikadaka selesai, dihari itu pula Siliwata pergi meninggalkan kadaka.
Siliwata berjalan dengan membawa bekal untuk diperjalanannya, sebagi ucapan rasa terima kasih dari warga kadaka, semua warga kadaka memberikan bekal pada Siliwata berupa uang, semula Siliwata tidak mengerti apa itu uang, Tapi Jupri dan Rastam lah yang mengajari Siliwata, Cara manusia mempertahankan hidupnya didunia, yaitu dengan bekerja, bertani atau berdagang supaya bisa menghasilkan uang, karena uang sebagai alat tukar untuk kebutuhan manusia didunia, ada pula dengan cara barter yaitu menukar barang dengan barang.
''Ternyata rumit juga, menjalankan hidup di alam manusia, harus punya uang, agar bisa mempertahankan hidup.'' Ucap Siliwata.
''Terima kasih Paman jupri dan Paman Rastam, berkat paman berdua, saya sudah mendapatkan ilmu yang berguna buat kehidupan saya.'' Berkata Siliwata sambil berjalan.
Langkah kaki Siliwata semakin jauh dari kadaka
Keringatpun sudah mulai membasahi pakaiannya
Tapi Siliwata terus aja berjalan, dengan sebuah pedang di pundak dijadikan pikulan, karena di ujungnya, sebuah bekal pemberian warga kadaka yang dibungkus kain dengan dilipat-lipat menyerupai sebuah kantong.
Kini Siliwata sudah mulai memasuki bukit takokak sebuah bukit yang banyak ditumbuhi pohon takokak.
Bukit takokak itu dulu tempatnya orang-orang berladang dan bercocok tanam, selain tanahnya subur, bukit takokak juga sangat mudah digarapnya karena tanahnya gembur.
berhubung munculnya para perampok yang menjarah semua hasil pertaniannya, pada akhirnya bukit itu ditinggalkan oleh para petani dan tidak dikelola lagi, Hanyalah tinggal gubuk-gubuk tua yang masih tersisa.
Siliwata nampak terlihat seperti kelelahan karena perjalanan yang cukup jauh yang banyak menguras tenaga, sehingga keringat mengalir membasahi seluruh tubuhnya Siliwata.
Siliwata kini memasuki sebuah gubuk bekas para petani yang masih tersisa.
Disandarkan tubuh kekar dan gempal itu ketiang-tiang gubuk tersebut, sambil memperhatikan tempat disekitar situ.
''Aku mencium bau kehidupan disini, apa mungkin bukit ini pernah dihuni oleh sekelompok manusia.'' Ucap Siliwata dalam hati sambil bersandar dan memejamkan matanya
Angin sepoi-sepoi meniup dari arah utara, membuat Siliwata jadi terlena akan nikmat alam semesta, sehingga mengantarkan Siliwata pergi ke alam mimpi, akhirnya Siliwata tertidur dengan pulasnya, disaksikan oleh burung-burung gelatik yang berbunyi tiada henti, bertengker diatas ranting-ranting pohon takokak.
...................
Sementara di tempat lain.
Di sebelah selatan bukit takokak, yang jarak tempuhnya sangat jauh persisnya dipuncak bukit hanjuang dibawahnya tebing dinding batu ada sebuah goa berukuran kecil sempit bila dilihat dari luar pas mulut goanya itu.
Ternyata didalamnya goa tersebut ruangannya lumayan besar, dengan batu-batu hitam mengkilap seperti batu giok.
Disudut goa nampak ada seoang lelaki tua berjenggot putih, berpakaian serba putih dengan ikat kepala yang melingkar diatas kedua telinganya itu, rambut panjang terurai berwarna putih.
Duduk bersila seperti lagi bersemedi, dengan kedua tangan ditumpu diatas lulutnya,
Lelaki tua itu nampak terlihat membuka matanya perlahan-lahan, sorot mata yang tajam, dengan kulit dikelopak mata sudah agak mengkerut.
Ia menyudahi bertapanya, seperti melihat sesuatu
''Saya melihat anak manusia, yang akan menumpas segala kejahatan dan angkara murka dimuka bumi ini, sudah waktunya tiba ku mewariskan semua ilmuku.'' gerutu lelaki tua tersebut.
Pertapa itu lalu berajak dari tempat besemedinya dan keluar dari dalam goa tersebut.
Pandangannya yang tajam menatap jauh ke utara
Sunghuh sangat sakti pertapa itu, terlintas didalam batinnya, seorang anak manusia yang lagi duduk bersandar nampak jelas terlihat olehnya.
''Apa mungkin orang itu, adalah orang yang sama seperti yang ada didalam semediku. Ucap Pertapa itu berkata sendiri.
Pertapa itu lalu pergi menuruni puncak bukit hanjuang.
Ia berjalan, dengan sebuah tongkat ditangan kanannya, rambut panjang berwarna putih nampak menari-nari diterpa angin yang berhembus dari atas bukit hanjuang, jalanan yang berliku-liku dengan bebatuan dan kerikil-kerikil tajam, menusuk telapak kaki pertapa itu, dari setiap langkahnya, tapi semua itu tidak mengendorkan langkah pertapa itu.
.........................
Sementara Siliwata yang tertidur di gubuk tua itu, Nampak sudah bangun, dan terus berdiri sambil mengambil pedangnya yang masih tergelatak di alas bambu gubuk tersebut.
Siliwata kini keluar dari gubuk itu, dan mengayunkan kakinya untuk melanjutkan lagi perjalanannya, mencari jati dirinya sebagai manusia, karena dari sejak bayi hingga tumbuh besar Siliwata di asuh dan dirawat oleh mahluk gaib, yaitu siluman Mamba yang berbudi baik.
Siliwata terus berjalan menelusuri panjangnya bukit takokak, bukit yang hijau dan sangat subur.
Pada Saat Siliwata mau melintasi sebuah sungai dibawah bukit. Terdengar suara orang lebih dari pada satu, tertawa-tawa seperti lagi merasa senang, semakin mendekat searah dengan jalan yang Siliwata Lalui.
Selang beberapa menit, nampak terlihat oleh Siliwata, ada enam kawanan orang berpakain serba loreng seperti corak harimau, sedang berjalan menyebrangi sungai dibagian yang paling dangkalnya.
Siliwatapun terus berjalan menuruni bukit itu,
Setibanya dipinggiran sungai, Siliwata berpapasan dengan enam kawanan orang yang berpakain serba loreng itu.
Serentak kawanan orang-orang itu kaget, karena semenjak mereka bermarkas dibukit takokak itu tak pernah seorangpun yang berani melintas kedaerah kekuasa'annya.
''Hai Kisanak, siapa kamu, Berani amat melintas daerah kekuasa'an kami.'' Ucap orang itu yang selaku ketuanya dari mereka.
''Siapapun saya, kalian tidak perlu tau, kemanapun saya berjalan dan melintas itu hak saya, tidak ada larangan, karena maya pada ini milik semesta.'' Jawab Siliwata.
''Wooww, Berani amat kau bercakap, kamu belum tau rupanya, Siapa kami.'' Ucap Ketuanya
''Siapa pun kalian, saya tak perlu tau.'' Jawabnya Siliwata.
''Orang ini harus dikasih pelajaran kakang, biar dia nyaho siapa kita.'' Saut anak buahnya.
''Ma'ap kisanak, saya tidak ada waktu untuk berusan dengan Kalian.'' Ucap Siliwata sambil melangkahkan kakinya.
Melihat Siliwata seperti tidak menghiraukannya, Enam kawanan orang berpakaian loreng itu nampak terpaku seperti terkesima, tatkala Siliwata melangkah pergi dengan tenangnya tanpa ada rasa takut sedikitpun.
Tapi mereka terus kaget disa'at ketuanya menyerukan untuk menyerang Siliwata.
''Haii kalian, kenapa pada bengong, serang anak muda itu.''Teriak ketua dari mereka yang bernama julamprong.
''Baik kakang.'' Jawab anak buahnya sambil melompat menghadang Siliwata.
''Minggirlah kalian, saya lagi tidak bernapsu meladeni kalian semua.'' Ucap Siliwata.
''Mau pergi kemana kau anak muda, orang yang sudah berani melewati daerah ini, tidak bisa selamat sebelum menyerahkan hartamu itu.'' Ucap anak buahnya Julamprong.
''Ooh jadi kalian itu perampok ya, yang bisanya mengambil dan memeras harta rakyat dengan cara paksa, cuuiiiiihh....'' Ucap Siliwata sambil meludah.
Ludahnya Siliwata meluncur tepat dan jatuh pada dedeaunan dari rumput-rumput yang tumbuh dipinggir sungai.
Betapa kagetnya mereka, begitu melihat ludahnya Siliwata jatuh dirumput, sehingga rumput itu menjadi gosong dan mengepul mengeluarkan asap seperti terbakar.
''Gilaa, ludahnya aja sudah seperti itu, bagaimana dengan pukulannya.'' Ucap Anak buahnya julamprong srperti mendadak hilang nyalinya.
''Kenapa kalian bengong ayo serang saya, atau saya yang menyerang kalian lebih dulu.'' Ucap Siliwata.
mereka masih saja terpaku seperti patung dan tidak bergerak sedikitpun, julamprong nampak kesal melihat anak buahnya seperti ketakutan begitu.
Julamprong kesal dan menggebrak semua anak buahnya.
''Dasar kalian semua penakut, percuma kalian bertahun-tahun ikut dengan julamprong, kalau nyalimu aja seperti nyali tempe.'' Bentak Julamprong.
''Tapi kakang, ludahnya aja sudah bikin rumput itu terbakar, apalagi pukulan, atau tendangannya.'' Jawab anak buahnya itu.
''Dasar kalian semua tak lebih dari kotok sayur yang berani berkokok dikandangnya saja, minggir kalian, biar saya hadapi anak muda ini, seberapa hebat sih kesaktian anak muda ini.'' Ucap Julamprong.
''Anak muda, ayo kita adu kesaktian, Saya julamprong, Penguasa pukulan telapak harimau.'' Ucap Julamprong dengan sombongnya.
''Sebenarnya saya tidak mau berurusan dengan Kalian, tapi apa boleh buat, kalian sudah memaksa saya, sehingga darah saya menjadi mendidih.'' Berkata Siliwata.
Pertarungan tidak bisa dihindari lagi oleh Siliwata, karena kejumawa'an julamprong yang membuat Siliwata menerima tantangannya Julamprong.
Julamprong melesat dengan gerakan seperti harimau mau mrnerkam mangsa.
Kelenturan tubuhnya Siliwata, hanya dengan sekejap, serangan julamprong memakan ruang yang kosong.
Tapi Julamprong juga sangat kesit membalikan badannya dengan sangat pleksible sambil menyabitkan pukulan dalam gerakan cakaran harimau, julamprong dengan sangat ganasnya pingin menghabisi lawannya.
Tapi sangat disayangkan semua serangan julamprong yang sangat ganas dan buas itu, tak ada satupun pukulan dan cakaran yang bisa menyentuh tubuh Siliwata.
Lima belas jurus kini sudah Julamprong keluarkan, tapi Siliwata masih tegar berdiri seperti tidak merasa lelah sedikitpun.
''Gelooo, ini manusia apa Siluman, sepertinya tidak merasa kelelahan sama sekali.'' Gerutu Julamprong dalam Hati.
Siliwata bisa mrmbaca isi hatinya Julamprong, karena sebagian darah siliwata sudah mengalir darah Siluman mamba, waktu masih bayi di rendem di telaga Mamba geni.
''Mendingan pulang saja ke markasmu Julamprong, dan hentikan menjarah dan merampas harta yang bukan hakmu.'' Ucap Siliwata.
''Kutu bedul, Jangan kau berkhotbah didepan Julamprong, Kamu boleh menghindari jurus-jurusku, tapi jangan harap kamu bisa lolos dengan Ajian Telapak harimauku.'' Teriak Julamprong dengan sombongnya.
Dengan Santainya Siliwata, tanpa terlihat tegang, dengan berkoarnya Julamprong sambil membangun kuda-kuda, dan memusatkan tenaga dalamnya, untuk mengeluarkan kesaktiannya, pukulan telapak Harimau, yang sudah banyak menaklukan para perampok-perampok didalam bersaing untuk memperluas penjarahannya.
Siliwata hanya mencabut peadang mamba merahnya sebuah pedang penghancur jin dan dedemit warisan dari senopati mamba merah, yang sudah diketahui kesaktiannya sewaktu menumpas para komplotan baron wolf.
Kini pedang sudah dicabut dari sarungnya, lalu ditempelkannya didepan muka, terus diputar dan diputar sehingga membentuk sebuah lingkaran seperti kincir yang diterpa angin.
Gelombang api yang sangat panas kini mulai terasa dari aura pedang mamba membentengi Siliwata.
Julamprong yang sudah siap melepaskan pukulan telapak harimaunya, Cahaya yang keluar dari telapak tangan julamprong membentuk seperti kepala siraja hutan yang siap merobek mangsanya, suara mengaum melesat dengan cepatnyanke arah Siliwata.
Dengan sangat tenangnya Siliwata, terus memutar tubuhnya dengan sebuah pedang yang terus diputar sehingga gelombang api yang sangat panas menggulung cahaya dari pukulan telapak harimau yang dilepaskan oleh julamprong.
Kini dua kekuatan saling berbenturan, Julamprong yang terus menahan kekuatan dari pedang mamba yang sangat dahsyat, dikerahkannya tenaga dalam Julamprong, tapi kekuatan pedang mamba merah malah semakin kuat mendorong, sehingga banyak menguras tenaga julamprong, semakin kuat Julamprong mengerahkan tenaga dalamnya, malah semakin dahsyat bobot dari kekuatan pedang mamba, sampai-sampai kaki Julamprong ambles ketanah setengah betis.
''Hai Julamprong, sekarang kamu tinggal pilih mati atau bertahan hidup, atau kamu akan tetap bertahan dengan kesombonganmu.'' Teriak Siliwata.
Julamprong terdiam tidak menjawab, disela-sela sudut bibir dan kedua kelopak matanya, terasa oleh Julamprong ada cairan hangat mengalir dan terus berjatuhan membasahi pakaianya yang bercampur keringat menjadi berwarna merah.
Melihat lawannya sudah tidak berdaya lagi, Siliwata menarik pedangnya lalu ditancapkan ketanah
Sedangkan Julamprong sendiri terlihat lemas tidak bertenaga lagi, dengan sekujur tubuh sudah dilumuri darah bercampur dengan Keringat.
Julamprong terus terkapar tidak sadarkan diri karena kehabisan tenaga, dan luka dalam yang cukup parah.
Siliwata langsung memburu tubuh Julamprong, dan memeriksa denyut nadi diurat lehernya Julamprong.
''Ternyata masih hidup, ma'apkan saya Julamprong, sebelumnya sudah saya peringatkan tapi kamu terlalu sombong, bertahanlah saya akan mengobatimu.'' Ucap Siliwata sambil menurunkan tubuhnya dan duduk bersila, terus mengusap-ngusap pedang mamba itu dengan tangannya setelah itu diacungkanlah pedang mamba itu mengarah kelangit.
Begitu Siliwata mau mengobati Julamprong, dengan cara menarik racun yang ada ditubuhnya Julamprong dengan pedang mamba merah, Ada sekelebatan benda tajam mrmbentur pedang tersebut dan Bayangan putih bergerak kearah Siliwata.
Traaang..........
''Tahaaaannn.'' Ucap Suara yang bergema.
''Siapa itu, berani-beraninya menghentikan ku.'' Teriak Siliwata.
''Tahan anak muda, Jangn kau bunuh lawan yang Sudah tidak berdaya.'' Ucap Suara itu, Sambil memperlihatkan dirinya, sosok lelaki tua yang berpakaian serba putih sambil memegang sebuah tongkat berdiri dihadapan Siliwata.
''Terima kasih kake sudah memperingatkan saya, tapi kake salah mengira, justru saya mau mengobati orang ini dengan pedang saya, karena orang ini kena luka dalam yang sangat mematikan, dan Saya mau menarik racun itu dengan pedang ini.'' Ucap Siliwata.
''Boleh saya memeriksa lukanya.'' Ucap Kake itu.
''Sudah tentu, boleh kake.'' Jawab Siliwata.
Kake yang berpakaian serba putih itu lalu memeriksa luka dalamnya Julamprong, sejenak kake itu terlihat seperti cemas dan Kaget sekali karena lukanya Julamprong tidak ada penawarnya di alam manusia.
''Celaka, orang ini terkena Bisa mamba geni, tidak ada penawarnya sama sekali, hanya ada di negri Mamba.'' Ucap Kake itu.
''Iya benar kake, makanya Saya akan menarik racun yang ada didalm tubuh julamprong, sebelum menjalar kejantung.'' Ucap Siliwata sambil menepelkan pedang mamba itu didada Julamprong, Siliwata berbisik dalam hati seperti membaca mantra.
''Aing sipedang mamba, sia nyeri ku aing, sia cageur ku aing, asal ti aing balik ka aing.'' Ucap Siliwata membaca mantra dalam hati.
Begitu selasai Siliwata membacakan mantranya, tubuh julamprong yang sudah membiru, mendadak hilang perlahan lahan, hingga pada akhirnya kulit julamprong kembali keseperti semula.
Kake tua dan kelima anak Julamprong yang menyaksikan itu semua, sangat takjub dan memuji pada Siliwata.
''Betapa, mulyanya hati pemuda itu, tidak menghabisi lawannya yang sudah tidak berdaya.'' Ucap Anak buah Julamprong yang bernama porong
''Ya itu lah kesatria sejati.'' Saut kohar.
Sementara Julamprong yang hampir tewas oleh kekuatan dari pedang mamba, Kini mulai bisa membuka matanya sambil mrlirik sana lirik sini terus dipandangi wajah Siliwata dengan inten.
Tidak terasa rasa sedih bercampur malu terlintas dibenaknya Julamprong, karena ia sudah merasa sombong dengan kesaktiannya yang dimiliki.
''Ke kee kenapa kau selamatkan ku anak muda.'' Ucap Julamprong terputus-putus.
''Ini sudah kehendak sang pencipta, paman Julamprong masih dikasih umur.'' Jawab Siliwata.
''Terima kasih anak muda, ma'apkan saya yang sudah terlalu menganggap enteng padamu.'' Kata Julamprong.
''Satu hal yang mesti paman ketahui, didunia ini tidak ada yang abadi, dan tidak ada yang hebat, karena di atas langit masih ada langit.'' Ucap Siliwata.
Mendengar perkata'an Siliwata, Julamprong serasa di ingatkan pada gurunya, yang selalu memberikan wejangan kebaikan, tapi karena hati dan niat julamprong yang bertolak belakang, maka pepatah gurunya itu dulu hanya didengar oleh kuping kanan keluar kuping kiri, Julamprong merasa sudah menjadi murid yang durhaka.
Sementara kake tua yang berpakaian serba putih sangat kagum dengan apa yang dilakukan Siliwata, kake itu terus memperhatikan Siliwata dari pakaiannya dan pedang yang dimilikinya.
''Hebat sekali anak muda ini, dari pakaian dan ikat kepala serta pedang yang dimilikinya, apa hubungan anak muda ini dengan negri Mamba, Saya jadi penasaran.'' Berkata sang kake dalam hatinya.
Siliwata kini memerintahkan Kelima anak buahnya Julamprong untuk membawa pergi ketuanya itu, untuk dirawat dari luka-lukanya dibagian luar, karena semua racun yang menjalar dalam darah Julamprong sudah habis dikuras oleh pedang mamba merah.
Kelima anak Buah Julamprong terus memboyong tubuh ketuanya itu untuk dibawa kemarkasnya, di lembah hijau dibawah kaki bukit takokak.
♤♤♤♤♤♤♤•••••••♤♤♤♤♤♤♤
Bersambung Eps 11.
Nantikan kelajutan kisah Siliwata diepisode selanjutnya.
Jangan lupa, like and Comen, Ranting, favorit beserta vote.
Selamat membaca, dan terima kasih.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 40 Episodes
Comments
Ana Yulia
Khanza Gracio hadir lagi thor, semangat semoga sukses 🔥💪
2021-12-05
1
ARSY ALFAZZA
semangat selalu thor 👍🏻
2021-10-27
1
😎 ȥҽɳƙαɱʂιԃҽɾ 😎
45 😅
2021-10-04
1