Di akhir rpisode 10 dikisahkan.
Kelima anak buahnya Julamprong memboyong tubuh ketuanya itu, untuk di bawa kemarkasnya dilembah hijau dibawah kaki bukit Takokak, Julamprong yang tadinya sangat disegani dikalangan para perampok, kini bagaikan harimau yang sudah patah taringnya.
Dengan tubuh melemah karena tenaganya seperti dikuras abis oleh kekuatan pedang mamba.
Dengan setiannya kelima anak buahnya meboyong tubuh Julamprong, Menujunlembah hijau yang tidak jauh lagi akan segera sampai.
.....................
Sementara Siliwata bersama kake yang berpakaian serba putih itu, yang masih berada ditempat waktu terjadinya pertempuran.
Siliwata masih duduk bersila dengan kepala merunduk,seperati ada yang lagi dipikirkan, apakah itu tentang Julamprong, atau ada yang Lagi mengganggu pikiran Siliwata.
Sang kake itu bertanya pada Siliwata.
''Anak muda kenapa dengan dirimu?.'' Tanya sang Kake.
''Apakah saya berfosa ke, bila membunuh manusia.'' Ucap Siliwata.
''Sudah tentu membunuh itu perbuatan Dosa besar.'' Jawab sang kake.
''Terus bagaimana kalau paman Julamprong mati, mungkin Dosa saya tidak bisa diampuni lagi.'' Kata Siliwata.
''Tergantung.'' Jawab sang Kake.
''Maksud kake?.'' Tanya Siliwata.
''Boleh kita membunuh, bila lawan kita akan membunuh kita, seperti dalam suatu peperangan kalau tidak membunuh pasti dibunuh.'' Jawab Sang kake.
'''Emang tidak berdosa ke.'' Ucap Siliwata.
''Asalkan kita berada dijalan yang benar, contohnya kita membela suatu kampung atau negri yanga akan di serang oleh kelompok orang-orang jahat, kita diwajibkan membelanya bila perlu menumpas sampai keakar-akarnya, itu tidaklah dosa, karena orang yang susah diajak baik, atau yang sudah bersekutu dengan iblis itu diwajibkan untuk dilenyapkan.'' Begitu tutur kata Sang Kake.
''Terima kasih ke, atas wejangannya saya jadi banyak tau, ngomong-ngomong kake ini siapa, ma'ap kalau boleh saya tau?.'' Tanya Siliwata.
''Panggil saja kake, Wana yasa.'' Jawab kake tersebut.
Mendengar nama yang disebutkan kake tersebut Siliwata mendadak kaget, dan Nama itu pernah terlintas ditelinganya Siliwata, saat dirinya mau berpisah meninggalkan keraja'an Goa mamba.
Pada sa'at itu, Ratu mamaba sari pernah berkata pada Siliwata.
''Nanda kalau mau menimba ilmu di alam manusia, datanglah kepuncak bukit hanjuang dan temui resi wanayasa.'' begitu ucapan Ratu mamaba sari sa'at terlintas dipkirannya Siliwata.
Siliwata lalu mengangkatkan tubuhnya dari posisi duduknya semula, lalu ia menatap dalam wajah sang kake itu.
''Berarti, kake ini, Resi wanayasa penguasa bukit hanjuang?.'' Tanya Siliwata.
''Betul saekali anak muda.'' Jawab Resi wanayasa.
''Ma'apkan saya kake Resi, kalau hamba berlaku kurang ajar, saya mohon ajarkan saya ilmu tentang kehidupan kake Resi.'' Ucap Siliwata sambil menyembah Sang Resi.
''Bangunlah Siliwata, tidak boleh berlaku begitu, saya cuma manusia biasa sama seperti kamu, ada yang kau patut kau sembah.'' Ucap Sang Resi sambil memegang kedua bahu Siliwata.
''Lalu saipa yang harus saya sembah?.'' Tanya Siliwata.
''Dialah sang pencipta, yang menciptakan alam semesta ini, serta seluruh isinya, di antaranya kita selaku manusia dan seluruh mahluk hidup dibumi ini.
''Lalu dimanakah sang pencipta itu kake Resi?.'' Tanya Siliwata.
''Dia sang maha tunggal tidak beranak dan pula diperanakan, dia sang goib.'' Ucap Resi Wanayasa.
''Terus bagaimana kita bisa mengenalinya.'' Ucap Siliwata.
''Dari cipta'annya, kita bisa mengenalinya, coba kamu kaji lebih dalam lagi, arti dan makna kita hidup di dunia ini, ada saatnya kita nanti kembali pada sang pencipta yaitu ajal, karena semua makhluk hidup dibumi pasti akan menemukan ajalnya, lebih jelasnya kamu ikut ketempat kake.'' Ucap Resi wanayasa.
Akhitnya Resi wanayasa dan Siliwata pergi ketempat kediamannya dipuncak bukit hanjuang.
Siliwata semakin tertarik untuk belajar ilmu yang bermanpa'at pada Resi Wanayasa, didalm perjalanannya Siliwata banyak menanyakan hal-hal belum ia ketahui di maya pada.
Sang Resipun selalu menjawabnya dengan sangat bijak dan rendah hati.
Itulah yang membuat Siliwata ingin lebih dalam lagi untuk brlajar ilmu pada kake Resi.
Tidak lama kemudia, keduanya telah tiba pula dipuncak bukit hanjuang, sebuah bukit yang hijau dan banyak dikelilingi batu-batu beraneka ragam warna warni.
Begitu sampai didepan mulut goa Siliwata tambah kaget dan tercengang, karena dipinggiran mulut goa di atas batu-batu banyak sekali tumbuh bung-bunga dari berbagai jenis, aroma yang bau harum mewangi membuat Siliwata kagum akan ke indahan alam dipuncak bukit hanjuang.
Sang Resi hanya tersenyum manis melihat Siliwata, seperti terpesona dengan keindahan alam semesta yang jauh dari kehidupan manusia.
''Kenapa Siliwata, kake lihat dari tadi kamu seperti baru menemukan tempat seperti ini?.'' Tanya Sang Resi.
''Jujur ke, saya baru pertama kali dan menginjakan kakiku, ditempat yang indah dan harum mewangi seperti ini.'' Jawab Siliwata.
''Iya tempat ini memang indah, dan harum sekali.'' Jawab Resi wanayasa.
''Kake hebat, bisa mengurus tanaman sebanyak ini, dan bebatuan yang warna-warni, bagaimana cara mengurusnya kake Resi?.'' Tanya Siliwata.
''Kake cuma membersihkan dari debu-debu yang menempel di bebatuan itu, dan kake juga sesekali menyiram bunga-bunga itu dengan rasa kasih dan sayang, sebagaimana kake menyayangi diri sendiri.'' Jawab sang resi.
''Kake masuk dulu ya.'' Ucap Sang Resi.
''Iya ke, Saya masih pingin lihat-lihat dulu alam disekitarnya sini.'' Jawab Siliwata.
Setelah itu Resi wanayasa langsung masuk kedalam goa, sedangkan Siliwata masih tetap memandangi alam yang begitu indah, dengan semilir angin yang meniup terasa sejuk dirasakan
Ke esokan harinya, Resi wanayasa mulai memberikan wejangan-wejangan pada Siliwata, menuntun Siliwata dengan ajaran-ajaran suci.
Agar kelak Siliwata menjadi Satria linuhung yang welas asih dan menjadi pelindung bagi orang-orang yang membutuhkannya.
''Sekarang saya paham ke, apa yang kake maksud dari pertanya'annya saya kemarin.'' Ucap Siliwata.
''Pertnya'anmu yang mana Siliwata?.'' Resi Wanyasa balik bertanya.
''Pertanya'an, gimana bisa mengenal sama sang pencipta itu.'' Jawab Siliwata.
''Oooh itu, coba jelaskan kake pingin dengar.'' Ucap Sang Resi.
''Kemarin saya memandang luas alam ini dari puncak bukit ini, dan Saya mengerti, ternyata sang pencipta telah menciptakan alam ini dengan sangat sempurna, Dan begitu indah, burung-burung yang berterbangan bernyanyi riang, ditambah semilir angin yang meniup begitu sejuk dihati, tinggal kita selaku manusia menjaga dan melestarikan alam ini ke.'' Ucap Siliwata menjelaskan.
''Iya benar sekali siliwata, bila kita kaji apa arti kita hidup didunia ini, tak lain hanya untuk mengabdi pada sang pencipta, karena hakekat kita hidup didunia hanyalah sebuah perjalanan panjang, ada saat kita pulang, dan kepulangan kita membutuhkan bekal untuk dikehidupan yang abadi nanti.'' Ucap Sang Resi.
''Terus Bekal apa yang kita bawa nanti, harta kah atau emas dan intan berlian ke?.'' Tanya Siliwata.
''Bukan Harta atau emas dan intan berlian.'' Jawab Resi Wanayasa.
''Terus berupa apa ke?.'' Siliwata bertanya lagi.
''Kita mati, tidak secuilpun harta yang kita bawa mati, melainkan hanya amal baik dan banyak menolong orang yang lagi kesusahan dan memberantas kejahatan, itulah yang akan menjadikan bekal kita nanti di alam panjang alam keabadian.'' Ucap Sang Resi.
''Oooh begitu ya ke.'' Ucap Siliwata sambil menggut-manggut tanda sudah mengerti dari perkata'an Resi wanayasa.
Banyak sekali yang Siliwata dapatkan dari Resi wanayasa.
Siliwata kini lebih banyak mendapatkan pengetahuan baru dari Resi Wanayasa, setelah itu Resi wanayasapun mulai menanyakan kenapa Siliwata bisa mempunyai pedang Mamba merah dan apa hubungan Siliwata dengan keraja'an goa mamba.
''Ada yang pingin kake tanyakan padamu Siliwata.'' Ucap Sang Resi.
''Kake Resi mau menanyakan apa.'' Jawab Siliwata.
''Waktu pertarunganmu tempo itu dengan perampok telapak harimau, kamu melumpuhkan perampok itu dengan pedang merah, dan apa hubunganmu dengan Goa Mamba." Ucap Sang Resi.
"Saya dirawat dan dibesarkan Digoa mamba, kedua senopati Paman Mamba hijau dan Paman Mamba merah yang mengurus saya, sampai saya digembleng kedidjaya'an dan beladiri Ala rakyat Mamba, Saya tak heran Kake Resi bisa mengenal Keraja'an Mamba, karena nyai Ratu Mamba sari juga berpesan pada saya, kalau mau berguru dialam manusia Temuilah katanya pertapa Sakti dibukit Hanjuang yang bernama Resi wanyasa yaitu Kake sendiri." Ucap Siliwata sambil menunjukan jempol tangannya pada sang Resi.
''Ooh rupanya begitu, Bagai mana ceritanya kamu bisa dirawat dan dibesarkan di alam Mamba?.'' Tanya Sang Resi.
''Menurut cerita dari nyai Ratu dan paman senopati, aku ditemukan dihutan, dibawah tebing batu, terus paman senopati membawaku ke goa mamba atas perintah dari Nyi Ratu mamba sari.'' Jawab Siliwata.
''Ooh begitu, berarti sang pencipta sudah merencanakan sesuatu untukmu Siliwata, dan nyi Ratu mamba sari sebagi perantara untuk menolongmu dan melindungimu, karena Nyai Ratu mamba sari adalah bangsa jin yang berbudi luhur, dan suka menolong.'' Ucap Resi wanayasa.
Selepas Siliwata bercerita semua tentang dirinya, Resi wanyasa membawa Siliwata kesuatu tempat, Tempat yang biasa Resi wanayasa kunjungi untuk melatih dan meregangkan otot-ototnya yang kaku.
''Ini tempat apa keke Resi?.'' Tanya Siliwata.
''Ini tempat yang biasa kake untuk mrlepaskan otot-otot kake, Siliwata.'' Jawab sang Resi.
''Maksud kake Resi.'' Ucap Siliwata.
Resi wanayasa tidak menjawab pertanya'an Siliwata, ia malah langsung memainkan sebuah jurus-jurus yang sangat indah bila dilihat gerakannya tidak begitu cepat tapi mengandung sebuah kekuatan yang maha dahsyat.
Liukan gerakan tangan dan Kaki ditambah lenturnya tubuh Resi Wanayasa begitu memukau dan indah dipandang.
Siliwata merasakan dari setiap gerakannya Resi wanayasa tersimpan gelombang kekuatan yang sangat besar.
''Tidak salah lagi, pantesan Nyai Ratu mamba sari, menyuruh saya mendatangi kake Resi.'' Siliwata berkata dalam hati.
Setelah Resi wanayasa memperagakan beberapa jurus pada Siliwata, sang Resipun menghentikan gerakan-gerakannya itu, langsung menghampiri Siliwata yang sedang mengamati semua jurus-jurus yang sudah diperagakannya.
''Jurus yang lembut tapi sangat berbahaya, kalau boleh tau jurus apa itu namanya kake Resi?.'' Tanya Siliwata.
''Ini jurus penuh kasih sayang dan kelembutan Siliwata, Kake memberikan nama jurus itu, jurus Witara cakra dia, Kake menciptakan jurus ini selama tiga tahun didalam goa hanjuang, dan Kake pun belum pernah menurunkan jurus ini pada siapapun, karena takut nanti salah orang, kalau jurus ini dimiliki orang jahat dan rakus akan kekuasa'an, bisa hancur dunia persilatan ini siliwata, akan banyak orang-orang yang tertindas.'' Ucap Sang Resi menjelaskan pada Siliwata.
''Witara cakra dia, nama jurusnya juga sudah sangat bagus, apalagi kalau sudah diperagakan, aku jadi tertarik dengan jurus ini ke, kalau boleh, saya mau belajar kake Resi.'' Ucap Siliwata.
''Tentu saja boleh, karena yang datang dalam semedi kake, Pemuda yang datang dari dari Utara, dengan membawa sebuah pedang mamba merah, sudah barang tentu pasti kamu orangnya Siliwata.'' Ucap Sang Resi.
''Kenapa mesti aku yang datang dalam semedi kake Resi, padahal masih banyak orang-orang yang lebih baik menyerap jurus-jurus itu dari padaku ke.'' Ucap Siliwata.
''Mungkin sudah menjadi petunjuk dari sang pencipta, kamulah orangnya yang pas, untuk menyerap semua ilmu kake.'' Jawab Sang Resi.
Setelah itu, Siliwatapun tidak banyak lagi bertanya, Ia lalu berdiri sejajar dengan Resi wanayasa, mengikuti gerakan-gerakan yang dilakukan oleh Resi wanayasa.
Siliwata ternyata sangat pintar dalam menangkap semua jurus-jurus yang telah Resi wanayasa ajarkan.
Sang Resi pun sampai menggeleng-gelengkan kepalanya, melihat daya tangkap dan imajinasi Siliwata yang sangat luar biasa, bisa hapal dengan mudah sekali jurus jurus yang telah diajarkannya.
Jurus witara cakra dia, tingkat pertama sudah siliwata kuasai dengan mudah.
Hari demi hari terus berganti minggu, bulan dan tahun, begitu cepatnya waktu berputar, seiring dengan roda kehidupan terus berjalan dan berganti masa demi masa terus berlalu.
Sehingga tidak terasa Siliwata berguru pada Resi wanayasa, Sudah satu setengah tahun lamanya.
Semua ilmu dan kedidjaya'an Resi wanayasa, sudah Siliwata kuasai hingga di tingkat paling akhir.
Di hari terakhirnya Siliwata masih bersemedi didalam goa bukit hanjuang.
Dalam semedinya Siliwata sangat kuat dan teguh dengan semua goda'an, banyak sekali goda'an yang sudah Siliwata lalui, di mulai dari dililit ular sanca yang besar dan dikerubunin ribuan semut, tapi Siliwata sedikitpun tidak tergoda, tetap teguh dalam semedinya.
Resi wanayasa sangat kagum dan takjub dengan keteguhannya Siliwata.
''Sungguh hebat pemuda ini, teguh dan pantang menyerah, dari manakah asal muasal pemuda itu.'' Ucap Resi wanayasa dalam hatinya.
Semedinya Siliwata sudah tepat pada waktunya tujuh hari tujuh malam, Resi wanayasa pun kini sudah mulai membangunkan Siliwata dalam semedinya, Sang Resipun sudah mempersiapkan segelas air putih dan makanan Sekepal tangan nasi putih hangat, untuk memperkuat dan membangun tenaga Siliwata supaya pulih kembali sperti biasa.
''Bangunlah Siliwata, Semedimu sudah cukup sampai disini, dan kamu sudah lulus melewati berbagai macam ujian dan coba'an yang ingin mencoba menggalkan niat dan tekadmu, kau adalah lelaki yang tangguh dan pantang menyerah.'' Ucap Sang Resi.
Setelah suara Resi wanayasa terdengar berbisik dipendangarannya, Siliwata pun dengan secara perlahan membukakan matanya pelan-pelan.
Setelah matanya terbuka terlihat oleh Siliwata, Resi wanayasa lagi duduk bersila memandanginya, dengan sorot mata yang penuh kepastian dan terucap kata-kata yang bijaksana.
''Kini kau telah lulus, Dan minumlah setes dulu air putih yang sudah kake sediakan dihadapanmu, setelah itu makanlah nasi hangat sebesar jari telunjuk untuk membangunkan tenagamu, ingat jangan dulu makan banyak karena organ dalam tubuh masih melemah, harus secara pelan-pelan untuk bisa memulihkan semuanya.'' Ucap Sang Resi.
Siliwata hanya memanggutkan kepalanya tanda mengerti apa yang dibilang Resi wanayasa, karena Bibir siliwata masih rapat susah sekali untuk dibuka.
Dengan masih lemasnya, karena tujuh hari tujuh malam Siliwata bertapa tanpa kemasukan makanan dan minuman sedikitpun.
Kini tangan kekar itu dengan sangat pelan sekali meraih segelas air, lalu ditempelkan pada bibirnya, setetes air kini telah masuk membasahi rongga Siliwata dan mengalir masuk, Kini organ tubuhpun mulai bekerja.
Setelah itu diraih pula secuil nasi putih hangat lalu dimakannya.
¤¤¤¤¤¤¤¤●¤¤¤¤¤¤¤¤
Bersambung
Nantikan kelanjutan kisahnya di episode selanjutnya.
Jangan lupa, klik 👍like, tulis comentar dan saran, Favorit, Ranting dan Vote.
Selamat membaca.
Terima kasih atas dukungannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 40 Episodes
Comments
Rusliadi Rusli
lanjut
2022-06-05
0
Ana Yulia
mantap thor 👍👍
2022-02-04
1
Elisabeth Ratna Susanti
hadir 😍
2021-11-01
1