Setelah siliwata membebaskan yuda sara adiknya yang di ditawan di bukit berlian perak, karena ada campur tangannya badrun kakenya yang sangat membenci pada semua keturunannya kala seta, dan badrun pun hampir melepaskan nyawanya, kalau kedatangan dewi kencana telat sedikit saja, karena pedang mamba merah siliwata yang tinggal ditebaskan pada leher badrun, karena cintanya siliwata pada sang ibuk, akhirnya siliwatapun menjatuhkan pedangnya.
Biarpun badrun sudah tidak menganggap anak pada dewi kencana, tapi dewi kencana tidak pernah mempunyai hati pedendam, makanya begitu mendengar siliwata yang mau memberi pelajaran pada kakenya itu, dewi kencanapun langsung bergegas menunggangi kudanya menuju rumah ayahandanya di tirta kencana.
Dan setelah siliwata pulang kerumah bersama ibundanya dewi kencana, diakala siliwata lagi tertidur,, didalam tidurnya siliwata di datangi se ekor naga hijau.
Di dalam mimpi itu, sang naga yang bermahkota dikepalanya berbicara pada siliwata.
''Wahaii satria, tolong lah aku.'' Ujar sang naga.
''Apa kiranya yang hendak saya bantu?.'' Tanya siliwata.
''Tolong bebaskan dan rebut kembali berlian naga hijau dari tangannya si raja iblis.'' Pinta sang naga.
''Kenapa tidak anda saja yang membebaskannya, wahai sang naga.'' Ujar siliwata.
''Saya tidak mampu untuk mengalahkan siraja iblis,, menurut wangsit yang saya terima, hanya seorang satria mamba hitam yang mampu mengalahkan si raja iblis itu.'' Ujar sang naga.
''Bagaimana mungkin saya bisa mengalahkan si raja iblis yang sangat sakti mandra guna.'' Ucap siliwata.
''Tolonglah saya satria mamba hitam, anda ditakdirkan untuk menumpas keangkara murka'an dimuka bumi ini, dan anda adalah satria terakhir keterunan dewa penumpas angkara murka bana pati.'' Ujarnya.
''Terus harus kemanakah saya melangkah?.'' Tanya siliwata.
''Kamu harus pergi ke negri berlian perak, karena si raja iblis berada di negri itu.'' Ucap sang naga.
''Anda adalah raja dari segala raja para naga yang sangat sakti, tidak mampu untuk mengalahkan si raja iblis, apa lagi saya.'' Ucap siliwata.
''Kamu adalah salah satu murid dari sang pertapa sakti dari bukit hanjuang, tolonglah kami bangsa naga jangan sampai kami nantinya di perbudak oleh si raja iblis, karena berlian naga hijau kekuatan kami lagi berada ditangan si raja iblis.'' Begitu tutur kata sang naga pada siliwata di dalam mimpinya.
Setelah itu siliwata terbangun dari tidurnya, terus ia duduk sambil merenungkan mimipinya itu.
''Naga hijau, terus dimana negri berlian perak itu,, terus kenapa ku yang ditunjuk untuk mengambil mustika naga hijau itu.'' Gerutu siliwata dalam hatinya.
Setelah itu siliwata duduk bersila dan langsung memejamkan matanya, batin siliwata di tujukan pada gurunya eyang resi wanayasa, untuk melakukan mediasi.
Terpanteng sudah antara batin siliwata dengan batinnya resi wanayasa, untuk melakukan obrolan dari jarak jauh.
Sementara di sebuah bukit hanjuang, tepatnya di sebuah goa, nampak resi wanayasa lagi bersemedi, terus sang resi merasakan seperti ada kekuatan gaib tembus memasuki goa itu.
Dan sang resi pun langsung memusatkan pikirannya pada kekuatan yang masuk pada dirinya.
''Eyang guru, siliwata memanggil guru.'' Tutur siliwata.
''Ada apa siliwata, menemui kake?.'' Tanya resi wanayasa.
''Hamba ingin meminta petunjuk dari eyang guru,, siapa itu naga hijau.'' Tanya siliwata.
''Naga hijau adalah pemimpin dari para naga yang menghuni gua pertala, dan naga hijau juga sahabat terbaik kake.'' Ucap sang resi.
''Ooh jadi begitu eyang guru,, terima kasih eyang guru, saya mohon pamit.'' Ucap siliwata.
''Iya nanda siliwata pergilah, kake selalu mendoakanmu.'' Saut resi wanayasa.
Tidak menunggu lama lagi siliwata langsung beranjak dari semedinya, pergi tanpa pamitan dulu sama kedua orang tuanya, siliwata hanya berpesan pada orang tuanya dan adiknya yudasara, melalu pesan gaib yang siliwata bisikan dari kejauhan.
''Ibu ayah dan adiku yudasara, ku pamit mau pergi dulu ke negri berlian perak, yang berada di timur bukit berlian.''
Dewi kencana dan kala seta yang lagi tertidur tersontak kaget begitu mendengar suara siliwata yang bergema, meninggalkan sebuah pesan dari kejauhan.
''Sepertinya itu suara siliwata nyai.'' Kata Kalaseta.
''Iya kakang, itu suaranya anak kita, hendak kemana lagi, apa mau menjalankan misinya lagi.'' Saut Dewi kencana.
''Mungkin, ada amanat atau perintah dari gurunya untuk menumpas ke angkara murka'an di muka bumi ini nyai.'' Ucap Siliwata.
''Iya kakang, mungkin anak kita sudah di takdirkan oleh semesta untuk berpetualang, menegakan keadilan.'' Ujar Dewi kencana.
''Ya sudah sekarang tidur lagi, semoga anak kita bisa menjalankan misinya dengan sebuah kemenangan.'' Ucap Kala seta.
Kala seta dan Dewi kencana lalu membaringkan lagi tubuhnya di atas rangjang kayu yang beralaskan tikar yang terbuat dari daun pandan yang di anyam.
......................
Sementara Siliwata yang lagi berjalan dì malam hari, menyusuri jalan setapak di wilayah tirta kencana, ia terus berjalan kearah timur menuju negri berlian perak, setelah Siliwata keluar dari wilayah tirta kencana, ia pun mempercepat jalannya dengan menggunakan ilmu mamba angin, daun-daun yang terkena serbuan ilmu mamba angin sampai terlepas dari tangkainya dan berhamburan.
Kemudian Siliwata telah sampai di bukit berlian, untuk menuju negri berlian perak Siliwata masih harus berjalan puluhan kilo meter lagi.
''Sampai juga akhirnya dibukit berlian, kalau ku ada di bukit ini, teringat waktu membebaskan yuda sara, dan membunuh semua antek-antek kake badrun yang berjiwa brengsek itu.'' Gerutu Siliwata.
Setelah Siliwata tiba di bukit berlian, iapun tidak menggunakan ilmu lari cepatnya, Siliwata lebih memilih menggunakan langkah kakinya untuk berjalan, sekalian buat mengenal dulu perwatakannya para penduduk di negri berlian perak.
Siliwata kemudian berjalan menuruni bukit berlian, dengan di iringi oleh dinginnya angin malam yang meniup dengan lembut.
''Masih jauhkah negri berlian perak itu.'' Gerutu Siliwata.
Kemudian Siliwata menurunkan tubuhnya dan direbahkannya pada sebuah pohon yang besar, sambil matanya menatap jauh kearah jalan yang akan ditempuhnya.
Sambil menghela napas sedikit untuk menghilangkan rasa lelahnya, Siliwata menggeserkan pedang mamba merahnya yang sempat menghalangi sewaktu Siliwata mau merebahkan badannya.
Dalam istirahatnya Siliwata yang baru saja ia duduk dan bersandar,, tercium oleh Siliwata bau yang tidak sedap telah menggannggu penciumannya.
''Bedebah bau apa ini,, hingga napasku tersa sesak begini.''
Kemudian Siliwata meraih sebuah senjatanya yang terselip dibalik ikat pinggangnya, lalu diputarkan dan dihempaskannya, ketika siliwata melihat sebuah bayangan berkelebat.
Auuummmmm..
Suara yang terdengar dari mulutnya sebuah bayanagan berkelebat yang hendak menerkam Siliwata.
Kini tubuh loreng telah terkujur kaku karena sabetan pedang mamba merah telah menembus isi perutnya.
''Ma'ap kan saya wahai sang macan, kalau kamu tidak menyerang saya, saya pun tidak akan mengganggumu.'' Ucap Siliwata sambil mencabut pedang mamba merahnya.
Kini Siliwata tidak jadi istirahat untuk melepaskan lelahnya, ia terus melangkahkan kakinya menuju negri berlian perak yang jarak tempuh masih sangat jauh dengan jalan kaki.
Tidak lama kemudian Siliwata telah tiba disebuah perkampungan yang penduduknya sangat padat dan rumah-rumah pendudukpun sudah agak rapat kiri kanan jalan.
Kemudian Siliwata mendekati seorang warga penduduk yang lagi mengumpulkan sebuah kayu bakar yang dijemur di halaman rumah untuk di jadikan bahan bakar untuk memasak.
''Sampu rasun, numpang tanya pak?.'' Tanya Siliwata.
''Rampess, ooh silahkan, kisanak mau bertanya apa?.''
''Ini negri apa pak?.'' Tanya Siliwata.
''Ooh ini tuh negri berlian perak kisanak, kisanak hendak kemana dan mau bertamu pada siapa.'' Ucap warga penduduk.
''Saya hanya berpetualang aja kisanak, kebetulan bekal ku buat diperjalanan sudah habis, barang kali disini ada pekerja'an buat saya nyambung hidup pak.'' Ucap Siliwata.
''Ooh kalau disini tidak ada kerja'an, kalau mau kisanak bisa minta kerja dikota raja, disana mau kerja apa juga ada.'' Sautnya.
''Ooh, apa kota raja masih jauh dari sini?.'' Tanya Siliwata.
''Kalau ditempuh dengan jalan kaki, masih jauh kisanak, tapi disana kisanak harus lebih hati-hati.'' Jawabnya.
''Emang kenapa pak, apa disana orang-orangnya tidak bersahabat?.'' Tanya Siliwata.
''Ya bisa dibilang begitu kisanak.'' Jawabnya.
''Terima kasih pak, bapak sudah mengingatkan saya.'' Ujar Siliwata.
'''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''
Singkat cerita.
Setelah siliwata melakukan perjalanannya yang sangat melelahkan, akhirnya Siliwata sudah sampai di wilayah kota raja, sebuah keraja'an yang sangat besar, dengan prajurit yang banyak berkeliaran keliling wilayah sampai ke desa-desa dan kademangan.
Siliwata terus berjalan, dengan langkah pasti penuh wibawa, gagah dan pemberani.
Ketika Siliwata lagi pokus dengan perjalanannya, terdengar tiga kuda lagi berlari mendekati ke arah Siliwata.
Keteprok keteprok keteprok.
Kuda yang berlari semakin mendekati Siliwata dan akhirnya.
''Berhenti kisanak.'' Tegur salah satu dari penunggang kuda.
Siliwata pun berhenti sambil memberi hormat dengan membungkukan badannya, kemudian Siliwata menjawab.
''Ada apa tuan?.'' Tanya Siliwata.
''Kisanak mau kemana, sepertinya kisanak bukan orang negri ini.''
''Iya tuan saya datang dari negri barat.'' Ujar Siliwata.
Kemudian ketiga orang yang menunggang kuda itu turun dari punggung kudanya masing-masing, sambil memegang tali kekang kuda.
''Lantas ada perlu apa? sampai kisanak memijakan kaki di negri berlian perak.''
''Saya hanya berpetualang, yang kebetulan perbekalan saya sudah habis, saya sampai disini ingin mencari pekerja'an, untuk menyambung hidup tuan.'' Jawab Siliwata.
''Di negri ini, tidak sembarangan menerima orang, apalagi orang luar seperti kisanak.'' Ujarnya.
''Tolonglah tuan, kasih saya pekerja'an, hanya buat bekal saja, selepas itu saya pasti akan kembali ke negri saya.'' Ucap Siliwata.
Ketiga prajurit itu lalu saling pandang sesama temannya, seperti meminta pendapat dari temannya itu.
Dan salah satu dari prajurit yang mempunyai jabatan hulu balang, berjalan mengelilingi Siliwata sambil memperhatikan postur tubuh Siluwata dan ikat kepalanya yang seperti ular yang melilit dan bersisik.
''Ma'ap kisanak apakaha andika seorang penakluk ular?.'' Tanya hulu balang.
''Bukan tua, saya cuma pengembara biasa, kenapa tuan bertanya begitu?.'' Siliwata balik bertanya.
''Soalnya ikat kepalamu itu agak aneh, dan menyerupai seekor ular, apakah itu kain atau emang kulit ular?.'' Tanya hulu balang.
''Ooh ini, ini kain biasa tuan kalau gak percaya akan saya buka.'' Ujar Siliwata sambil membuka ikat kepalanya.
Sebuah kain halus seperti sutra warna hitam, dan sangat lebar begitu Siliwata membukanya.
Dan ketiga prajurit itu seperti terkesan akan kain yang sangat lebar tapi bisa di gulung menjadi kecil.
Singkat cerita.
Siliwata akhirnya di bawa ke kota raja, untuk di pekerjakan sebagai tukang urus kuda-kuda para bangsawan di kota raja.
•••••••••••••
Satu pekan kemudian.
Siliwata lagi membersihkan kuda-kuda yang sangat bagus.
Dengan semangatnya Siliwata bekerja, dan dibalik itu semua ada sepasang bola mata yang memperhatikan Siliwat dari jarak yang lumayan jauh.
''Wah ternyata pemuda itu benar-benar ingin bekerja, dan orangnya pun rajin dan pekerja keras.'' Gumam se orang prajurit yang ditugaskan untuk mengawasi Siliwata.
Selepas itu prajurit yang mengawasi Siliwata pun pergi, mungkin untuk memberikan laporannya pada ponggawa keraja'an, atau pada sang maha patih keraja'an berlian perak.
Setelah Siliwata selesai dengan pekerja'annya ia lalu kembali ke tempat istirahatnya sebuah gubuk kecil yang telah disediakannya untuk para pekatik.
''Sudah lama juga ku berada di negri ini, tapi ku belum melihat sosok dari si raja iblis itu, apakah beliau se orang raja ataukah hanya ponggawa keraja'an.'' Gumam Siliwata.
Kemudian siliwata meraih gandul lalu di ambilnya air minum di dalam guci besar yang terpajang diluar tempat istirahatnya Siliwata.
.................
Enam pekan kemudian.
Ketika Siliwata lagi tertidur pulas, ia bermimpi, di datangi kembali sang naga haijau, yang menyuruh Siliwata untuk tidak terlalu lama berdiam diri di negri berlian perak.
''Satria mamba hitam, kenapa kamu belum juga melakukan aksimu?.'' Tanya sang naga pada Siliwata dalam mimpi.
''Saya lagi menunggu waktu yang tepat untuk masuk kedalam singga sana si raja iblis, wahai sang naga.'' Ucap Siliwata.
''Kamu tidak usah masuk kedalam singga sana si raja iblis, karena perjaga'an disana sangat ketat sekali.'' Ujar sang naga.
''Lantas harus dengan cara apa, untuk merebut mustika itu sang naga?.'' Bertanya Siliwata.
''Cukup kamu hanya mrngirim surat pada si raja iblis, yang berisi sebuah tantangan adu kesaktian, pasti si raja iblis akan datang memenuhi tantanganmu itu.'' Jawab sang naga.
''Mungkinkah itu akan berhasil wahai sang naga.'' Ujar Siliwata.
''Saya pastikan akan berhasil, karena si raja iblis manusia yang jumawa, merasa dirinya paling sakti di muka bumi ini.'' Ucap sang naga.
''Baiklah kalau begitu, dengan cara apa? untuk mengirimkan surat tersebut?.'' Tanya Siliwata.
''Kamu cukup mengirim burung merpati untuk mengantarkan surat itu.'' Jelasnya sang naga.
Kemudian Siliwata terbangun dari tidurnya, sambil merenungkan mimpinya itu.
Dimalam yang sepi mencekam, Siliwata keluar dari gubuk itu sambil melihat lihat disekitar itu, kemudian Siliwata berjalan kesamping gubuk dan di ambilnya beberapa helai daun lontar, lalu di bawa masuk ke dalam gubuk, kemudian Siliwata membuat tulisan di atas daun lontar itu, yang ber isikan sebuah tantangan untuk si raja iblis, sang penguasa negri berlian perak.
Setelah selesai lalu daun lontar itu di susun dan di tusuk kemudian di masukan benang yang terbuat dari serat daun ganas, lalu di lipat.
Kemudian Siliwata memanggil se ekor burung merpati dengan kekuatannya, dan burung merpatipun datang dan bertengker di depan pintu gubuk.
''Wahai sang burung, tolong antarkan surat ini pada baginda raja berlian perak.'' Ucap siliwata sambil mengikat lipatan daun lontar di kaki merpati tersebut.
Setelah itu sang merpati pun langsung terbang tinggi menuju ke kota raja.
Sementara suasana di kota raja, tepat di singgasana sang prabu Denta warna diksa alias si raja iblis, sedang duduk sendiri di taman sambil menikmati suasana malam, dengan langit cerah penuh bintang.
Tiba-tiba di kagetkan dengan kedatangan se ekor burung merpati yang bertenker di atas benteng.
''Ada burung merpati di malam hari, sepertinya burung itu utusan yang membawa pesan dari seseorang.'' Gumam sang prabu.
Kemudia prabu denta warna diksa berjalan mendekati burung tersebut.
''Wahai sang merpati, pesan apakah yang kau bawa itu?.'' Tanya sang prabu.
Burung itu pun seperti mengerti dengan ucapannya sang prabu, lalu burung merpati itu mematuk-matuk tali yang mengikat di kakinya, setelah tali itu terlepas, paruh brung merpati itu mematuk se ikat daun lontar terus dibawa terbang, dan di jatuhkannya daun lontar yang di ikat itu persis mengenai sang prabu, kemudian prabu denta warna diksa menangkapnya.
Kemudian sang prabu membuka lipatan daun lontar yang tersusun rapi itu, dan membaca tulisan yang terukir di atas daun lontar tersebut.
''Sang prabu yang terhormat, saya satria dari barat ingin bertemu dengan sang prabu, melaui adu tanding kesaktian, bila benar sang prabu yang termashur seorang kesatria, sudikah kiranya memenuhi undangan saya di bukit sebelah selatan kota raja, hormat saya.'' (Satria mamba hitam).
Begitu selesai sang prabu membaca pesan itu, mendadak mukanya merah jambu, dan di robek-robeknya ikatan daun lontar tersebut.
''Kurang ajar, bertahun-tahun saya menjadi penguasa di negri berlian perak, belum ada satu orangpun yang berani apalagi menantang adu kesaktian, rupanya orang yang mengirim surat ini sudah bosan hidup.'' Gerutu sang prabu.
Setelah itu sang prabu denta warna diksa, memasuki sebuah ruangan kecil, kemudian tangannya meraih sebuah kotak kecil, setelah kotak itu terbuka sebuah cahaya hijau menyilaukan menyala-nyala dari dalam kotak tersebut, kemudian sang prabu mengambilnya sebuah benda yang berupa cincin berlian naga hijau.
''Dengan mustika ini, kekuatan apapun akan bisa dilumpuhkannya.'' Ujar sang prabu.
Tanpa mikir panjang lagi, yang ada dalam pikiran sang prabu sebuah harga dirinya merasa di injak-injak oleh orang tak di kenal.
Prabu denta warna diksa alias si raja iblis melesat pergi keselatan kota raja, memenuhi tantangan dari orang yang mengatas namakan satria mamba hitam.
Kini sang prabu berkelebat, seperti kilatan cahaya menuju selatan.
Setibanya di sebuah bukit sang prabu lalu memanggil sang penantangnya itu, dengan tenaga lapisan yang bisa menggetarkan bukit itu.
''Wahai satria sombong, kini saya telah datang memenuhi tantanganmu.'' Seru sang prabu sambil tolaknpinggang.
Kemudian terdengar suara bergema menjawab dari perkata'annya sang prabu.
''Bagus sang prabu, ternyata anda benar-benar punya nyali besar, dan saya disini sang prabu.'' Jawabnya.
Prabu denta warna diksa tersontak kaget begitu melihat ke arah suara itu, se orang lelaki berpakaian serba hitam dengan ikat kepala menyerupai seekor ulat yang melilit, telah berdiri sambil membelakanginya.
Sementara satria berdarah dingin itu nampak tenang dengan kedatangan sang prabu yang kejam dan sakti itu.
''Hai satria, kenapa anda tidak menunjukan wajahmu, apa kamu tidak memiliki wajah, apa mungkin wajahmu sangat menjijikan.'' Bentak sang prabu.
''Kalau hanya untuk menghadapi raja yang sombong seperti anda, saya tidak perlu berhadapan.'' Celoteh satria.
''Jumawa kau, akan ku cincang tubuhmu kurang ajar.'' Tutur sang prabu, sembati melesat menerjang satria itu, yang tidak lain adalah Siliwata.
Dan Siliwata seperti mempunyai empat mata, ketika prabu denta warna diksa menyerang, hanya dalam sekejap saja Siliwata telah hilang, dan serangan sang prabu makan ruang yang kosong.
''Pantesan dia berani mrnantangku, ternyata tingkat kepandaiannya sangat luar biasa.'' Gumam sang prabu dalam hati.
''Hanya segitukah tingkat kedidjaya'anmu raja iblis.'' Teriak Siliwata.
''Bangsat, semakin kurang ajar mulutmu satria.'' Teriak si raja iblis.
Dan pertarungan pun kini berlangsung sangat seru, suara-suara senjata yang berbenturan begitu nyaring sekali, hingga tiga puluh jurus berlangsung mereka masih sama-sama kuat.
Si raja iblis yang terkenal sangat sakti dan belum terkalahkan di negri berlian perak kini harus bertemu dengan lawan yang sepadan malahan lebih unggul darinya.
Kini si raja iblis mengepalkan tangannya, dengan kuda-kuda yang cukup kokoh, nampak cahaya hijau keluar dari cincin mustika naga hijau yang terus mengembang sehingga menjadi besar.
Melihat begitu Siliwata pun membangun sebuah kuda-kuda dan dikerahkan nya tenaga inti alam bersama'an dengan dikeluarkannya ilmu cakra saketi sebuah ilmu warisan dari eyang resi wanayasa.
Sang prabu denta warna diksa sudah merasa bahwa dirinya akan berhasil membinasakan satria mamba hitam, ketika itu pula prabu denta melesat secepat kilat kearah Siliwata dengan sinar hujau yang membungkus tubuhnya.
Kemudian Siliwata pun melesat menyambut prabu denta, setelah itu mereka saling menghantamkan pukulan saktinya
Tak
Tak
Tak
Tak
Bluuuuuueeerrrrr..
Suara ledakan keras dari bertemunya dua kekuatan sakti.
Prabu denta warna diksa terpental jauh, begitupun Siliwata sampai terdorong beberapa meter ke belakang, tapi Siliwata langsung bangun dan mengatur tenaga dalamnya untuk mengalirkan darahnya.
Di sa'at itu pula sebuah benda hujau lepas dari jarinya prabu denta alias si raja iblis, karena prabu denta sudah terkapar dengan seluruh tubuhnya seperti pecah-pecah darah terus keluar membasahi bumi, sungguh mengerikan nasib si raja iblis.
kemudian Siliwata langsung melompat mengambil mustika naga hijau tersebut.
\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=
Bersambung.
Ikuti terus kelanjutannya, jangan lupa sertakan like, comentar, jadikan favorit bila suka, berikanlah vote serta hadiahnya.
Terima kasih atas dukungannya, salam sehat dan sukses selalu.
''Assalam mualaikum''
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 40 Episodes
Comments
Elisabeth Ratna Susanti
triple like 👍👍👍
2022-01-15
1
Hiatus
semangat kak, mampir juga yuk ke karya baruku 'Berubah'
2022-01-07
1
Susi Ana
semangat nulisnya,hebat...
2022-01-03
1