Siliwata semakin kuat merasakan aura yang sangat jahat telah mendekati kampung karang buana.
Suara gemuruh angin yang di iringi lolongan srigala menambah suasana semakin mencekam.
Siliwata masih tetap duduk bersemedi diatas bale-bale kayu jati, sambil bersidakep memusatkan tenaga dan pikirannya.
Tebaran aura jahat semakin kuat siliwata rasakan, siliwata tetap tenang bersemedi diatas balai-balai kayu jati.
Bau tak sedap kini siliwata rasakan, kemungkinan sosok monster sanca kuning telah mendekati rumah yang siliwata diami.
Suara mendesis seperti suara ular terasa jelas oleh siliwata, perlahan siliwata membuka matanya, dan apa yang terlihat oleh siliwata, sosok mahluk raksasa telah mengelilingi dirinya dengan lingkaran tubuhnya yang memenuhi ruangan itu.
Terus siliwata mendelik keatas, sosok sang monster telah melotot dengan lidahnya yang terus menjulur julur siap untuk memangsa dirinya.
Tapi siliwata tetap tenang masih dalam posisi bersemedi, sang monster sanca kuning terus mengangkat kepala melesit ke atas, terus dengan cepat meluncur dengan mulutnya terbuka lebar seperti ingin memakan siliwata mentah-mentah.
Secepat kilat siliwata melesat sambil memutarkan pedang mamba merahnya dihantamkan kepada kepalanya monster sanca kuning.
treweng...
Pedang mamba merah seperti menghantam batu karang yang sangat keras.
Siliwata sampai kaget, pedang mamba merah yang terkenal sangat sakti, tidak berarti apa-apa pada sanca kuning.
''Jagat dewa batara, ular apa tumbukan batu karang, sedikitpun pedang ini tidak bisa melukai kulit monster ini.'' Gumam siliwata dalam hatinya.
Pada sa'at siliwata sedang terheran-heran, ekor sang monster dengan cepat menghantam tubuh siliwata.
Deeaaassss....
Aaaauuuuwwww...
Tubuh siliwata terpental jauh dan menimpa dinding kayu jati yang tebal.
Buk..
Pralaaakk..
Siliwata jatuh menimpa tumbukan kayu kering yang banyak berserakan, sang monster kini semakin ganas menghantamkan ekornya dan sesekali menyerang dengan moncongnya yang ingin menghabiskan siliwata.
Siliwata melompat lompat kesana kemari dengan gerakan yang sangat cepat, sambil melakukan tebasan-tebasan pedang mamba merahnya pada kepala sang monster, tapi semua upaya siliwata tidak membuahkan hasil, malahan sanca kuning semakin ganas mengobrak abrik rumah tua tersebut dengan ekornya yang sangat panjang dan besar.
''Rasanya tak mungkin saya bisa mengalahkan ular ini didalam ruangan yang ruang lingkupnya kurang begitu leluasa.'' Ucap siliwata dalam hatinya.
Terus siliwata melesit terbang keatas genting, terus siliwata melompat membawa sang monster itu keluar dari rumah tua tersebut.
Nampak terlihat oleh siliwata kepala sanca kuning diatas atap genting, yang sudah mulai terpancing amarah membunuhnya, dan terus mengejar siliwata.
Setelah siliwata berada di sebuah padang rumput yang luas, iapun berhenti, sambil membalikan badannya mengarah pada sang monster yang lagi mengejar dirinya.
''Ayo sanca busuk kita bertarung disini, supaya lebih leluasa saya menghabisimu.'' Teriak siliwata.
Sanca kuning terus melotot dengan matanya yang merah dan kepala menjulang diketinggian.
Terus siliwata melesat menyambar kepala sang monster dengan sabetan-sabetan pedang mamba merahnya secara bertubi-tubi.
Tapi sang monster hanya menggeleng-gelengkan kepalanya, sambil menggeram menyeramkan.
Hantaman-hantaman dari ekor sang monster telah membuat tanah dan rumput-rumput berhamburan, dan siliwata begitu cepat melompat menghindari dari hantaman ekor sang monster.
Berbagai upaya telah siliwata lakukan, tapi sang monster itu terlalu kuat dan tidak mempan oleh senjata apa pun.
Kini pedang mamba merah telah siliwata sarungkan kembali, dan siliwata merubah taktiknya dengan jurus-jurus dan ilmu kedidjaya'an yang telah ia dapatkannya dari eyang resi wanayasa.
Bayangan siliwata dalam melompat-lompat bagaikan kilat, dengan tingkatan jurus witara cakra dia tingkatan terakhir, yang terus secara bertubi-tubi menghujani kepala sang monster itu.
Tapi sang monster sanca kuning masih tetap berdiri kokoh.
Siliwata merasa putus harapan untuk membinasakan sang monster yang meresahkan warga karang buana.
Lalu terlintas bisikan suara ditelinganya, supaya jangan putus asa.
''Pergunakanlah ilmu cakra saketi tingkat terakhir, dan pancinglah, disa'at mulutnya lagi terbuka, bungkamlah dengan ajian cakra saketi.'' Ucap suara yang melintas ditelinganya siliwata.
Setelah itu siliwata melesat mundur kebelakang sepuluh tumbak, dan memancing sanca kuning untuk mengejarnya.
''Monster busuk ayo kejar saya.'' Teriak siliwata.
Sang monster pun kini mengejar siliwata, yang berlari lagi kearah rumah tua tersebut.
Dengan suaranya yang mengerikan yang keluar dari mulutnya sanca kuning, sampai terdengar diperkempungan sebelah selatan karang buana, dimana para warga karang buana banyak mengungsi ketempat itu.
Dua orang pemuda yang mendengar dan melihat caha merah ke kuning kuningan dan ledakan-ledakan dahsyat, dibalik bukit karang buana, berlari kearah rumahnya kepala kampung.
Setiba dirumahnya kepala kampung dua pemuda lalu mengetuk-ngetuk pintu rumahnya kepala kampung tersebut.
''Sampu rasuun, pak jaro...'' Panggil dua pemuda itu.
Sejenak dua pemuda itu terdiam, karena tidak ada jawaban dari kepala kampung, dan dua pemuda itu saling pandang.
''Bagaimana nih, apa mungkin sudah tertidur pak kepala kampungnya.'' Ujarnya.
''Kemungkinan iya, ya sudah kita kerumah pak rt saja.'' Jawab temannya.
Dua pemuda itu lalu membalikan badannya, berniat mau cari solusi pada pak rt.
Tapi belum saja dua pemuda itu meneruskan langkahnya, tiba-tiba terdengar suara pintu terbuka, bersama'an dengan munculnya sosok pria berbadan tegap dengan kepalanya tertutup bando, memanggil pada kedua pemuda itu.
''Ada apa, malam-malam begini kalian mendatangi rumah saya?.'' Tanya kepala kampung.
''Begini pak jaro, tadi saat kami lagi berada di pos ronda, tiba-tiba mendengar suara menyeramkan dan ledakan dahsyat bersama sinar merah kekuning-kuningan terpancar dibalik bukit karang buana.'' Ujar pemuda itu menjelaskan.
''Ooh ya, benarkah itu, ya sudah sekarang kamu pukul kentongan, kita lihat apa benar sanca kuning lagi kena kutuknya.'' Ujar kepala kampung.
Terus kedua pemuda itu berlari ke arah pos ronda untuk memukul kentongannya.
Tung tung tung tung.
Suara kentongan yang dipukul, untuk membangun para warga, dan setelah itu warga pun sudah terbangun memburu pada suara kentongan itu, sesudah semua warga berkumpul, kepala kampung menyerukan pada warga, bahwa malam ini harus ditingkatkan kewaspada'an soalnya sanca kuning seperti lagi marah.
''Coba kalian perhatikan ke balik bukit karang buana, dan coba dengarkan suara-suara menyeramkan yang keluar dari sanca kuning, dan diantara kalian siapa yang mau ikut kesana untuk melihat apa yang sebenarnya sedang terjadi di karang buana.'' Ucap kepala kampung sambil menunjuk kearah bukit sebelah utara.
Dan para warga pun beramai-ramai berbondong-bondong untuk mengetahui apa sebenarnya yang telah terjadi dikarang buana.
Puluhan warga pergi dari kampung jati menuju karang buana, mereka berjalan ditengah malam, yang disinari cahaya bulan purnama, menyusuri jalanan setapak, dan sebagian orang ada yang membawa obor untuk menerangi perjalanannya dikala mereka telah memasuki sebuah hutan.
Suara-suara yang menyeramkan semakin jelas terdengar oleh mereka, karena jarak tempuh yang lagi mereka arungi semakin mendekati karang buana.
Dan tidak lama kemudian mereka telah sampai dbukit karang buana, nampak jelas terlihat oleh para warga jati, sanca kuning lagi bertarung dengan seorang anak manusia yang gagah dan pemberani, utusan dari sang dewata untuk menumpas keangkara murka'an mahluk raksasa yang telah meresahkan umat manusia dimuka bumi.
Back to siliwata.
Siliwata yang terus memancing sanca kuning, menuju kerumah tua kembali, sang monsterpun terus mengejar siliwata yang terus berkelebat kelebat bagaikan kilatan cahaya yang sangat cepat sekali gerakannya.
''Ayo sanca busuk kejar saya.'' Teriak siliwata.
Raungan suara sang monster begitu mengerikan, dan amarahnya sudah benar-benar memuncak, begitu siliwata tiba didepan rumah tua siliwata berdiri sambil matanya yang terus memperhatikan kepala sanca kuning yang mejulang tinggi ke angkasa, dan ekornya yang membabi buta menghancurkan rumah-rumah warga karang buana yang sudah tidak berpenghuni lagi.
Sanca kuning terdiam sejenak dengan matanya yang menyala menatap ganas pada siliwata.
Dan disa'at itu kepala sanca kuning melorot dengan cepat dengan mulut yang terbuka mau menelan siliwata mentah-mentah.
Siliwata masih terdiam sembari ancang-ancang mengerahkan kesaktiannya, pada sa'at mulut sanca kuning sudah mau mendekati pada siliwata, disitu siliwata bergerak cepat sembari mendorong tangan kanannya yang sudah dilapisi oleh kesaktian ajian cakra saketi.
Heeeaaaaaa......
Cakra saketi...
teriak siliwata, sebuah sinar merah bundar berkelebat lepasa dari tangan siliwata pas masuk kedalam mulutnya sanca kuning..
Bblluuuuuurrrrrrrr...
Aauuuummmmmmmmm...
Jeritan dari sang monster dengan kepalanya terpelanting menimpa rumah tua tersebut, disa'at itu pula siliwata melesat sambil mencabut pedang mamba merahnya, dengan kekuatan penuh tubuh siliwata meluncur dengan pedang mamba merah yang sudah berada dalam genggaman.
Heaaaaa..
Pedang mamba merah kini telah menancap diatas kepalanya sanca kuning, semua kekuatan dan kekebalannya sanca kuning telah hilang musnah oleh ajian cakra saketi.
Sejenak siliwata terdiam dengan napasnya yang nampak turun naik, mungkin merasakan lelah yang tak terhingga, sambil menatap pada tubuh yang menjulur panjang dan besar dalam keada'an sudah tidak berdaya lagi.
Disa'at siluwata lagi mengatur napasnya, tiba-tiba terdengar sorak sorai di kejauhan, berlari kearah siliwata.
''Horee horee horee,, hidup kesatria hidup kesatria.'' Begitu suara yang terdengar oleh siliwata.
Siliwata lalu membalikan badannya kearah bukit karang buana, nampak terlihat puluhan orang lagi berlari menurini bukit menuju pada siliwata yang masih berdiri dengan gagah berani.
\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=
Bersambung.
Apabila kaka yang suka dengan cerita ini, pantau terus kelanjutannya di episode selanjutnya.
Jangan lupa sertakan like, comentar, jadikan favorit bila suka, beri ranting dan vote, serta hadiahnya, untuk memberikan semangat pada author.
Terima atas dukungannya, salam sehat dan sukses selalu.
Assalam mualaikum.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 40 Episodes
Comments
Rahma AR
🥰
2022-06-13
0
Elisabeth Ratna Susanti
keren 😍
2022-01-15
1
yyyy
Sanca kuning tuh, ular bukan sih ka?🤔😁. Semangat terus ka Upnya💪
Salam dari BUKU HARIAN NABILA & MY HANDAOME KIMORI🤗
2021-12-04
1