"Lepasin dia!" Suruh Rava dingin menatap tajam para Preman.
"Heh mau apa lo bocah, sini sekalian main sama kita, pesta kita malam ini." Ucap salah satu preman
Rava melihat bahwa Siska sudah sangat ketakutan dan gemetar. Tanpa berbasa basi Rava langsung memukuli para preman yang sudah berbuat tak senonoh pada seorang wanita, apalagi gadis yang mungil tak berdaya.
Bugh.
Srek.
Krak.
Bugh.
Rava memukuli semua preman tanpa ampun.
"Pergi lo semua!" Bentak Rava pada semua preman. Para preman yang sudah dibuat babak belur oleh Rava langsung pergi meninggalkan tempat.
"Lu nggak papa?" Tanya Rava menunduk mengimbangi Siska.
"Jangan mendekat!" Ucap Siska takut dan gemetar.
Rava yang melihat penampilan Siska sudah tidak karuan, dengan jilbab yang sudah terbuka dan keadaan tubuh yang gemetar ketakutan, Rava langsung melepas hodie yang ia kenakan dan langsung ia berikan padanya.
"Ini pake." Ucap Rava, Siska langsung memakai hodie yang diberikan oleh Rava.
"Ma..makasih." Ucapnya memakai hodie dan menutupi kepalanya agar rambutnya tak terlihat oleh Rava.
"Rumah lu dimana biar gw anterin lu balik, nggak baik juga kalo lu gini balik sendirian." Ucap Rava.
"Lagian kayaknya gw pernah ngelihat elu dikampus." Lanjut Rava.
Siska langsung mendongak melihat wajah tampan Rava.
"Rava.." Ucap Siska, mendongak melihat wajah Rava.
"Iya gw Rava, lu Siska, gw tahu nama ku dari Roni." Ucap Rava menyebutkan namanya.
"Berdiri." Ucap Rava mengulurkan tangannya, namun tak diraih oleh Siska, Siska berdiri dengan sendirinya.
"Makasih udah mau nolongin aku, aku nggak tahu nasib gw kalo nggak ada kamu." Ucap Siska.
"Iya, santai aja, lagian lu kenapa malem malem gini keluar sih?" Tanya Rava.
"Aku cuman mau beli keperluan ku, malah aku ketemu sama berandalan tadi." Ucap Siska.
"Yaudah sekarang dimana rumah lu? gw anterin balik, nggak baik kalo lu sendirian." Ucap Rava.
"Nggak ngerepotin?" Tanya Siska.
"Nggak lah, orang juga sekalian, dimana?"
"Aku tinggal dipesantren, nggak jauh kok dari sini." Ucap Siska.
"Yudah ayok." Ucap Rava.
Rava mengantar Siska menuju kesebuah pesantren dimana pesantren tersebut juga tidak jauh dari jalan tadi juga apartemen dimana ia tinggal.
"Lu sejak kapan tinggal dipesantren?" Tanya Rava.
"Semenjak orang tua ku meninggal, Aku langsung masuk pesantren." Jawab Siska.
"Maaf gw nggak tahu." Ucap Rava merasa tak enak hati.
"Nggak papa." Ucap Siska.
"Kok bisa lu dipesantren?"
"Iya, soalnya dulu waktu orang tua ku meninggal, Aku sendiri nggak ada yang mau adopsi, jadi Aku dibawa sama pak kyai dan diurus disini, disekolahin sampe pinter, dan sekarang bisa masuk universitas juga karna beasiswa kampus." Ucap Siska bercerita.
"Kasihan juga, nasibnya berbanding terbalik sama gw, gw harusnya bisa lebih bersyukur." Batin Rava.
"Lu, lupain aja kejadian malam ini, anggep aja nggak ada apa apa yang terjadi." Ucap Rava memberikan saran.
"Emmm nggak tahu, mungkin atau enggak." Jawab Siska yang sepertinya memiliki trauma dalam hatinya.
"Gw tahu lu pasti trauma." Batin Rava yang mengetahui apa yang dirasakan oleh Rava, ia malah membayangkan bagaimana jika hal ini juga terjadi pada sang adik, Audrey.
"Tapi untungnya adek gw terlatih, kalau engga, pasti gw bakal nyesel marah kediri gw sendiri." Ucapnya lagi dalam hati membayangkan.
"Lu coba aja pelan pelan, pasti bisa, anggap aja malam ini nggak ada yang terjadi, lu cuman belanja terus lu balik gw yang anter, udah gitu aja." Ucap Rava.
"Emm, iya." Ucap Siska yang mengerti apa maksud dibalik ucapan Rava.
***************************************
Like
Komen
Vote
Tambahkan favorite 💜
AUTHOR SAYANG KALIAN💕
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 50 Episodes
Comments
Happyy
😍😍😍
2021-05-04
0
chinoet
kayanya bakalan ada benih2 cinta..
2021-01-31
2
Oi Min
Calon bini tu Rav....
2021-01-11
11