R&S#3

Setelah jam pelajaran usai, Rava memutuskan untuk mengisi perutnya yang lapar kekantin sebelum pulang keapartemen.

Roni yang salalu membuntutinya, kali ini Roni juga ikut kekantin bersama dengan Rava.

Memang Roni adalah teman baik, bisa dikatakan teman yang sangat baik pada Rava, ia tidak pernah memandang Rava sebgai orang yang bagus untuk ia manfaatkan, ia memilih Rava sebagai temannya karena ia merasa bahwa Rava adalah orang yang asik dan selalu bertindak seenaknya, namun tidak pernah lepas tanggung jawab atas apa yang sudah ia perbuat.

"Lu mau pesen apaan?" Tanya Roni setelah memilih tempat duduk.

"Apa aja, asal jangan sama in sama lu." Jawab Rava yang sudah tahu makanan dan minuman apa yang akan dipilih oleh Roni jika ia yang memesankan makanan.

"Lah emang lu tahu gw mesen apa gitu?" Tanya Roni.

"Hmmm, steak matengnya rare sama telor setengah mateng, iuh daging mentah dimakan, telor belum mateng lu makan." Ucap Rava.

"Yeee jangan ngejek lu, itu makanan sehat." Bantah Roni.

"Iye, sehat buat lu, buat gw kaga, sono pesen." Suruh Rava.

"Bakso, sama es teh aja gw." Lanjutnya memilih makanan.

"Gitu kek dari tadi." Ucap Roni langsung pergi memesan.

Sesaat setelah memesan, Roni datang dengan membawa nampan berisi makanan mereka berdua.

"Nih." Ucap Roni memberikan makanan Rava.

"Hmmm, thanks."

Disela sela makannya, Roni mulai mengajak Rava mengobrol lagi, memang begitulah sifat Roni, cerewet, kepo dan selalu ingin tahu.

"Lu diapartemen sendirian kaga kesepian gitu?" Tanya Roni membuka topik.

"Kaga." Jawab Rava singkat meneguk es teh nya.

"Kaga mau gitu nampung gw, gw juga sendiri kali disini." Ucap Roni.

"Enak aja lu, emang lu kira apartemen gw penampungan hewan liar, lagian juga kamar apartemen gw cuman satu doang." Ucap Rava.

"Enak aja lu, gw ganteng gini, lu sama samain sama hewan liar." Ucap Roni menggerutu.

"Emang sama." Balas Rava santuy, bagai orang tiada doza.

"Oh ya, ngomong ngomong, kapan lu punya cewe?" Tanya Roni lagi, ia terus saja mencari topik untuk terus mengobrol dengan Rava, yang sebenarnya Rava tidak ingin menanggapinya, namun ia menghargai usaha Roni agar bisa berteman dengan baik dengannya.

"Kapan? nunggu takdir berpihak sama gw." Ucap Rava menjawab dengan entengnya.

"Gila, pasangan nunggu takdir, cari dulu, ntar kalo udah takdir baru tau cocok apa enggaknya." Ucap Roni mulai berceramah.

"Sekarang gw tanya sama lu, lu sendiri punya pacar? kaga, kan? nah kenapa lu ceremahin gw seakan akan lu punya banyak pacar." Ucap Rava.

"Inilah gunanya teman yang punya wawasan luas." Balas Roni.

"Iya luas, seluas angkasa, sedalam samudera hindia." Ucap Rava memasukkan bakso kemulutnya.

"Hahah, sa ae lu, Bambank." Ucap Roni yang sama sekali tidak marah, karena ia tahu bahwa Rava hanya menanggapinya dengan caranya yang terkesan menyinggung, namun sebenarnya tidak. (Intinya Roni nggak baperan.)

"Udah? nggak nyari topik lagi kan, lu?" Ucap Rava.

"Ada satu lagi yang pengen gw omongin, tapi lu pasti kaga ngenotice." Ucap Roni.

"Apaan?" Tanya Rava malah penasaran.

"Cieeeee penasaran nih ye." Ucap Roni mengejek.

"Lu bilang sekarang, atau gw balik." Ancam Rava hendak berdiri, namun ia langsung ditahan oleh Roni, hingga ia tidak jadi untuk mengangkat pantatnya dari kursi kantin yang menghipnotis.

"Buru buru amat, mau kemana sih lu, duduk dulu kenapa, gw mau bicarain soal hati ini." Ucap Roni mengentikan Rava yang hendak pergi.

"Ck, buruan cepet, apaan?" Tanya Rava.

"Gw sebenernya...." Ucap Roni menggantung.

"Sebenernya apaan? buruan elah, lama lu." Kesal Rava yang tidak ingin digantung oleh Roni, yang jika berbicara selalu digangung dan membuat penasaran.

"Iya, bentar napa, gw juga lagi mikir nih, mau ngomong sama lu nya dari mana, secara lu belum pernah suka sama orang, jadi lu pasti nggak akan ngerti." Ucap Roni.

"Lah, nih anak suka sama sape." Batin Rava menatap datar Roni.

"Lu suka sama siapa hah?" Tanya Rava serius.

"Emmm, anu itu... dia." Jawab Roni, menunjuk seseorang yang duduk disebrang berjarak 4 sampai 5 meja kantin, terdapat dua gadis yang sedang duduk dan mengobrol.

"Cewe yang tadi pagi." Batin Rava.

"Siska?" Tanya Rava pada Roni ia melihat bahwa jari Roni menunjuk pada Siska.

"Bukan, bukan Siska, kalo Siska gw kaga berani, agamais dia, yang duduk bereng dia." Ucap Roni menerangkan.

"Sape tuh?" Tanya Rava.

"Aqila, gw udah lama suka sama dia, tapi gw nggak berani buat ngomong, gw udah dapet nomor wa nya." Ucap Roni.

"Yaudah lu tinggal bilang aja, kalo lu suka sama dia, gitu aja lu bikin pusing, dienakin aja." Ucap Rava membuka dan melihat layar handphone nya.

"Gw balik duluan, kalo lu mau disini silahkan, sono pandengin terus orang yang belum tentu jadi milik lu." Ucap Rava lalu pergi menunggalkan Roni.

"Udah gw duga, dia kaga bisa ngasih solusi buat gw, serasa salah gw ngomong sama dia, udah kaya ngomong sama batu." Ucap Roni.

"Tapi anehnya, dia satu satunya orang yang mau dengerin gw, meski nggak banyak ngerespon."

Roni tidak langsung pergi meninggalkan kantin, ia masih tetap disana, menikmati keindahan dan kecantikan yang dipancarkan oleh Aqila yang sedang asik duduk mengobrol bersama dengan Siska.

"Sis, lu tahu cowo yang disana?" Tanya Aqila melirik bangku Roni, ia sadar bahwa Roni terus mengamatinya.

"Mana?" Tanya Siska hendak menoleh.

"Heh, nggak usah ditoleh, lirik aja." Ucap Aqila cepat agar Siska tidak menengok kearah Roni, Siska langsung melirik Roni.

"Dia? kenapa?" Tanya Siska yang sudah melirik Roni.

"Gw ngerasa dia ngelihatin kita mulu dari tadi." Ucap Aqila.

"Ah masa, jangan berburuk sangka, positif thinking aja, paling cuman kebetulan aja dia lagi ngelamun, tapi pandangannya kesini, tapi sebenernya pikirannya kemana mana." Ucap Siska yang berpikiran sangat positif.

"Ah iya kali, mungkin dia banyak pikiran." Ucap Aqila yang juga berubah menjadi berpikir positif karena Siska.

"Nah kan, positif thinking aja, jangan mikir yang aneh aneh." Balas Siska.

"Iya iya."

"Eh tapi, lu tau nggak yang tadi duduk sama dia?" Tanya Aqila.

"Siapa? Rava?" Tanya Siska.

"Lah lu kok tahu namanya, jangan jangan lu udah stalking dia duluan ya, atau jangan jangan lu suka sama dia." Ucap Aqila.

"Hust, Qila, nggak boleh berpikiran kaya gitu, siapa juga yang suka sama dia, aku aja nggak pernah ngobrol sama dia." Ucap Siska menerangkan.

"Kok lu tahu dia Rava?"

"Iya, siapa yang enggak tahu dia sih, dia itu anak yang pinter dan udah dikenal disetiap fakultas, tapi dia punya sikap bad."Jawab Siska menerangkan.

"Lah, kok gw nggak tahu sih." Ucap Aqila yang belum tahu soal Rava.

"Yakan kamu, dateng kekampus aja jarang jarang, kalo lagi mood doang." Jawab Siska.

"Tau aja lu." Ucap Aqila lalu tertawa.

"Oh ya, tadi lu bilang si Rava itu pinter."

"Iya."

"Saingan lu dong ya, secara lu pinter."

"Ya nggak lah, aku nggak pernah nganggep orang saingan, cukup belajar lebih giat aja." Ucap Siska.

"Terserah bu hajah." Ucap Aqila.

"Yaudah, ayok pulang, nanti kesorean." Ajak Siska.

"Iya, ayok."

***************************************

Like

Komen

Vote

Tambahkan favorite 💜

AUTHOR SAYANG KALIAN💕

Terpopuler

Comments

Happyy

Happyy

😘😘😘

2021-05-04

0

anotherbyl

anotherbyl

That's right! Jangan sampai kita menganggap orang lain itu saingan. Intinya sadar diri. Kita harus apa dan apa. Pengen apapun harus sadar. Kita harus usaha.

2021-03-12

1

Dinda Natalisa

Dinda Natalisa

Hai author aku mampir nih kasih like jangan lupa mampir di novel ku "menyimpan perasaan" mari saling mendukung.

2021-03-10

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!